🌠Epilog

717 100 18
                                    

Seoul, South Korea.

Hoseok termenung.

Saat semua orang sudah meninggalkan pemakaman itu, Ia tetap tinggal di sana lebih lama.

Jemari nya bertaut satu.
Menunduk dalam mengheningkan cipta sejak tadi.

Kepalanya sejak tadi terus memutar kejadian hari itu secara berulang-ulang. Seakan akan membawanya pada lubang kehancuran bernama penyesalan yang tak pernah berujung.

Sejak tadi air mata telah berlinang dari pelupuknya. Hoseok terdiam berusaha tegar.

Jika kau berfikir, apakah Hoseok akan merasa putus asa dan akan menghabisi nyawanya sendiri, kau salah. Sedikit pun pria bermarga Jung itu tidak memiliki niatan mengakhiri hidupnya dalam waktu singkat.

Namjoon sobatnya telah merelakan nyawa untuknya. Maka darinya Hoseok bersumpah pada dirinya akan melakukan yang terbaik di sisa hidupnya.

Ia tidak akan menyia nyiakan nyawanya. Ia akan menjaganya dengan baik.

Netra indah milik Hoseok terus menatap pada dua gundukan batu besar di hadapannya. Meskipun pelupuk mata itu telah basah sejak tadi,  Ia tetap bisa membaca dengan jelas kedua nama itu.

Pada batu besar itu,  masing masing terukir nama dengan ukiran terindah.
Tersemat dengan rapih baris-baris huruf yang di ukir seelok mungkin atas nama...

Kim Namjoon

Dan...

Kim Seokjin.

Nisan itu saling bersebelahan. Di bawah tanah tempat berpijak, jasad pahlawan hidup Hoseok itu ada di sana. Ya,  meskipun di bawah tanah itu tidak ada jasad Namjoon, setidaknya mereka membuat batu nisan sebagai penghormatan terakhir untuk astronot tercinta.

"Maafkan Aku Namjoon-ah.. Maafkan aku.. " Lirih Hoseok, Ia nyaris terus terusan mengatakan itu seperti burung beo jika saja Jungkook dan Taehyung tidak menepuk bahunya pelan, kemudian membawa Hoseok pada pelukan hangat yang pernah ada.

"Hyung.... Aku tau perasaan mu, tapi kau jangan bersedih, kau hanya akan membuat Namjoon-hyung dan Seokjin-hyung semakin sedih." Hibur Jungkook.

Ia mungkin tidak begitu kenal dengan pria ini, tapi Ia sering mendapati pria ini datang ke tokonya bersama Namjoon sesekali.

Hoseok segera mengangguk kemudian lagi lagi untuk yang kesekian kalinya Ia menghapus air mata dengan punggung tangannya.

"Sekarang ayo pulang Hyung.. Kau butuh istirahat yang cukup.." Jungkook meremat bahu nya, menyalurkan kekuatan pada pria yang biasa di sebut 'Matahari' itu.

"Tunggu sebentar.. Beri aku beberapa detik.. " Balas Hoseok.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Taehyung bertanya khawatir.

"Yeah, tentu saja. Ini tidak akan memakan waktu lama.. Aku akan kembali ke Amerika setelah ini. Aku ingin mengucapkan ucapan sampai jumpa ku kemudian pergi. " Balas Hoseok.

Jungkook dan Taehyung mengangguk kemudian membiarkan bahu tegap pria itu berbalik dan melangkah kan kaki menuju nisan. Ia mengusap air matanya sekali lagi. Lalu dari dalam jas hitamnya, Ia merogoh kain beludru yang Ia simpan dengan manis di balik jas hitamnya.

Perlahan Ia mengeluarkan dua pasang cincin indah sewarna perak yang di desain begitu indah. Ia kemudian meletakan kedua cincin itu di depan kedua nisan itu dan mengalasinya dengan kain beludru yang sempat membungkus cincin berharga itu.

"Namjoon-ah... Aku memenuhi keinginan mu.. Aku telah membuat batu bulan itu menjadi sebuah cincin sesuai dengan permintaan mu." Hoseok berusaha mengulas senyumnya, meskipun Ia tau Ia seakan berbicara dengan angin dingin, namun Hoseok percaya Namjoon dan Seokjin mungkin mendengarnya di alam lain.

"Berbahagialah kalian.." Genangan air mata kembali memenuhi pelupuk Hoseok.

"Aku bersumpah akan hidup bahagia Namjoon-ah.. Aku tidak akan menyia nyiakan hidup kedua yang kau berikan. Terimakasih sobat." Bisik Hoseok pelan.

Kemudian Hoseok berdiri tegap, menghela sejenak sebelum akhirnya berbalik pergi menyusul Taehyung dan Jungkook yang telah menunggunya—






—tanpa tau bahwa sejak tadi Namjoon dan Seokjin yang berdiri di sana tersenyum memandang nya.










Namjoon menatap Seokjin yang berdiri di sebelahnya.

Pujaan hatinya masihlah bersinar dan berpedar hangat sama seperti sedia kala. Ia tak berubah, pun tak kan pernah berubah bagi Namjoon. Senyum yang di ulas Seokjin masih sama hangatnya seperti kali pertama Ia melihat senyum itu kala pagi membangunkannya.

Namjoon membalas senyumnya, Ia kemudian mengamit tangan dingin itu kemudian memasangkan cincin yang telah lama di dambakannya. Bahkan ketika memasangkannya rasa gugup itu masih hadir begitu nyata pada relung dada yang tak berketuk lagi.

Seokjin memasang milik Namjoon ke jari manis pria tampan itu.

Nyatanya pria nya masih sama. Tampan luar biasa di matanya. Begitu teduh laksana bulan purnama di tengah malam yang temaram.

Seokjin memeluk Namjoon.

Kemudian yang bertubuh lebih besar itu membalas pelukannya menyalurkan segala rasa yang telah bercampur aduk.








Kemudian mereka saling mengenggam erat tangan masing-masing siap melintasi ruang dan waktu yang secara teknis telah berhenti bagi keduanya. Mereka berlari kemudian menghilang tertelan bersama cahaya silau laksana bintang sirius yang begitu terang.





Meskipun kematian telah memisahkan keduanya, namun ruang dan waktu masih mempertemukannya sekali lagi, membimbing keduanya pada keabadian yang tak pernah lekang oleh ruang dan waktu.







TAMAT!


HEY! THANKS YANG UDAH VOTE DAN NGIKUTIN! IKUTI KISAH NAMJIN YANG LAINNYA YAA~~



Hey!

Kamu bisa mampir kemari kalau ada waktu~

VKOOK : JANGAN BAPEREU

VKOOK : JANGAN BAPEREU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Baca kisah ku yang lainnya~

See you on next project!

✔A TALE OF THOUSAND STAR [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang