🌠3 : A thousand reasons to be close to you.🌠

725 111 2
                                    


Rupanya pertemuan itu membuat Namjoon amat sangat penasaran dengan sosokNya.


Entah bagaimana setiap hari Namjoon menjadi langganan setia mengunjungi taman bunga itu selama seminggu belakangan.

Ia jadi tau bahwa pemuda itu sering sekali tidur siang di sana. Biasanya pemuda itu akan tidur selama satu jam lamanya. Dan Namjoon akan dengan setia menunggu pria itu tidur.

Mengawasinya dari jauh selama pemuda itu tidur. Bahkan diam diam selama seminggu ini Namjoon menyelinap ke tempat pria itu tidur,

Ternyata tempat itu cukup nyaman. Ada selimut yang di jadikan alas tuk tidur. Dan selama seminggu ini Namjoon selalu meletakan bantal di sana untuk pemuda itu. Namjoon selalu sejam datang lebih awal dari jam kedatangan pemuda yang belum Ia kenal namanya.

Namjoon tak berani bertanya atau mendekatinya.







Seperti hari ini, Namjoon masuk ke dalam bunga bunga itu. Kemudian Ia kembali berjumpa pada alas selimut yang menjadi alas tidur pemuda itu.

Namjoon merapikannya. Kemudian meletakan bantal yang baru Ia beli dengan rapih di sana.

Namjoon tersenyum, berharap pemuda itu dapat tidur nyenyak di sana.




Tapi belum sempat Namjoon meninggalkan tempat itu, suara rumput di pijak terdengar di telinganya. Begitu dekat, Namjoon tak bisa melarikan diri.







Dan kemudian hari itu Namjoon tertangkap basah oleh si pemilik tempat singgah itu.







Wajah nya terkejut, kemudian merenggut. Jelas terlihat kesal dengan keberadaan Namjoon di sana. Namjoon terdiam membeku.

"Jadi selama ini Tuan yang memberikan bantal? Sudah ku duga." Ucapnya.

Namjoon jelas siap bahwa pemuda itu akan segera membencinya sekarang. Namjoon menghela, Ia ingin melarikan diri saja rasanya. Tapi terlambat, pemuda itu telah menyentuh lengan berototnya. Mencegahnya untuk pergi.

"Mau kemana Tuan? Kau harus menjelaskannya pada ku." Wajah menawan itu nampak begitu serius.

Pemuda itu membawa Namjoon untuk ikut duduk bersama nya. Di atas alas. Matanya menatap lurus ke arah Namjoon membuat pria berusia 35 tahun itu gugup. Namjoon mengusap janggut tipis di sekitar dagu dan pipinya.

"Jadi?" Ia membukan suara.

"Baiklah.. Maafkan aku. Aku yang meletakan bantal selama seminggu itu di sini." Aku Namjoon.

"Untuk apa?" Tanya nya.

Namjoon menunduk malu, dia tau di usia nya Ia sama sekali tak pantas malu malu kucing seperti ini. Namjoon menggaruk tengkuknya kikuk.

"Uhm ya.. Kau terlihat tak nyaman tanpa bantal.. Jadi ku fikir..."

"Kau memperhatikan ku tidur?" Tanyanya.

Sontak Namjoon menatap ke arahnya. Jangan sampai pemuda itu berfikir yang macam-macam tentangnya.

"I-ini.. Aku.. Aku sungguh tidak bermaksud jahat padamu. Sungguh! Aku berani bersumpah!" Namjoon berusaha menjelaskan.

Sedangkan pemuda itu hanya menatapnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Membuat Namjoon semakin kikuk.

"Aku bersumpah..." Lirih Namjoon.

Namun kemudian Ia mendengar ledakan tawa dari pemuda itu. Bahkan suaranya terdengar merdu di telinga Namjoon.

"Pftttt BHAHAHAHA"

"Kau tertawa? " Namjoon bergumam.

Pemuda itu kemudian mengusap air matanya yang sempat keluar dari sudut mata.

"Upss. Maaf Tuan.. Hehehe"

"Kau jelas marah pada ku ya kan?" Namjoon bergumam.

Pemuda itu mengulas senyum menawannya.



Oh Astaga, berhenti menyungingkan senyum itu. Kau membuat ku selalu dalam bahaya hanya dengan tersenyum. Aku bisa terkena serangan jantung. Batin Namjoon bersikeras.







"Aku tidak marah pada mu Tuan. Sejujurnya, aku sudah tau jika kau orangnya." Ucapnya.

"Aku juga tau kau selalu mengawasi ku ketika aku tertidur." Lanjutnya.

Namjoon semakin malu di buatnya. Ia beruntung mempunyai bulu tipis yang menghiasi pipi dan dagunya. Setidaknya dapat menyamarkan rona di wajahnya. Namjoon yang gugup membuang wajahnya ke segala arah.

"Baiklah tidur lah. Aku akan pergi." Namjoon hendak pergi. Namun pemuda itu kembali mencegah tangannya.

"Apa itu artinya.. Kau ingin berkenalan dengan ku Tuan?" Tanya nya.

Degup jantung Namjoon berdebar cepat tatkala afeksi manis di berikan sosok di hadapannya pada tangan besar kasar miliknya.

"Nama ku Seokjin. Senang berkenalan dengan mu." Ia tersenyum kemudian menjabat tangan yang lebih besar.

"Kau ingin roti dan susu? Kebetulan hari ini aku membawa bekal untuk camping di sini." Seokjin melepaskan pangutan tangannya. Ia mengeluarkan barang-barang yang ada di bucket yang Ia bawa.

"Duduklah Tuan. Anggap ini ucapan terimakasih ku karena telah membelikan ku bantal baru dalam seminggu ini." Ucap Seokjin.

Namjoon berdeham. Tidak ada salahnya Ia menerima tawaran pemuda itu.

"Namjoon."

Seokjin berhenti mengoleskan selai di atas rotinya.

"Ya?"

"Itu nama ku." Balas Namjoon.

Seokjin tersenyum sekali lagi.

"Senang bertemu dengan mu Tuan Namjoon." Ucap Seokjin.

Seokjin menyodorkan roti dan susu ke Namjoon.

"Ini, makan ya Tuan."







Dug!







Sebuah bola menyenggol roti dan susu itu. Rotinya jatuh ke tanah sedangkan susunya tumpah. Namjoon dan Seokjin terkejut.

Kemudian seorang anak datang mengambil bola dengan wajah takut.

"Maaf kan aku Uncle. Aku tidak sengaja. " Ucapnya.

"Bocah, kau tau tidak kau baru saja merusak makanannya?! Main bola tidak di perbolehkan di area ini!" Namjoon terdengar kesal. Anak itu hampir menangis.

"Heey.. Jangan menangis. Tidak masalah. Aku bisa membelinya lagi. Ini aku punya susu dan roti. Ambil lah dan berbagilah dengan teman mu ok? Main bola nya di lapangan yang ada di sana ya?" Seokjin tersenyum manis ke bocah itu.

Bocah itu tak jadi menangis. Ia tersenyum senang seraya membawa roti dan susu untuk berbagi dengan temannya.

"Kau harusnya memarahinya. Agar dia paham!" Namjoon protes.

"Dia hanya anak-anak Tuan. Santai aja." Seokjin berucap.

Namun kemudian Ia baru sadar kalau Ia kehabisan susu dan roti.

"Opss.. Maaf, sepertinya kita kehabisan roti dan susu. Tapi.. Jangan khawatir. Aku akan membelinya. Tunggu di sin-"

"Ayo beli bersama." Ucap Namjoon.









To be continue...

✔A TALE OF THOUSAND STAR [NAMJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang