"Menurutmu, kenapa film yang berakhir dengan kematian karakter utamanya disebut film yang menyedihkan?" tanya Moon Young suatu hari pada Gangtae saat mereka sedang menonton film berdua di mobil kemah.
Gangtae terdiam, ini pertama kalinya ia memikirkannya.
"Hmm... kenapa ya...." pria itu menggaruk kepalanya.
Melihat kekasihnya bingung, Moon Young seketika tergelak gemas.
"Wajahmu lucu sekali saat bingung!" Ia menyandarkan kepalanya di atas bahu Gangtae yang menyuapinya popcorn.
"Kenapa memangnya?" Gangtae melirik penasaran.
"Sebab kita tidak tahu bagaimana cara para tokoh lainnya menghadapi kematiannya. Bagaimana cara mereka menuntaskan rindu dan rasa kehilangan. Kita akan terus berandai-andai dan merasa kasihan, sebab kita tahu siapa tokoh itu, bagaimana ia meninggal dan siapa saja yang ditinggalkannya,"
Gangtae memandangi Moon Young dengan penuh kekaguman.
"Kenapa?" tanya Moon Young melihat tatapan kekasihnya.
"Tidak! Kau terdengar sangat bijaksana!"
"Bijaksana?" Moon Young tertawa.
"Aku hanya ingat kematian ayahku. Aku lebih sedih melihat kematian karakter utama di film ini daripada kematiannya. Kau tahu kenapa?"
Gangtae menggeleng.
"Sebab bukan kematian yang menyedihkan namun ketiadaan mereka yang pernah ada, kehilangan canda tawa mereka serta merasakan rindu tanpa penawar itulah yang menyedihkan.
Kematian bukan hal yang menyedihkan jika kau tidak mengenal siapa yang mati. Aku tidak mengenal ayahku.
Kematian adalah kata benda, ia baru menjelma menjadi kata sifat, menjadi sebuah kesedihan saat kau tahu, apa yang menghilang dari hidupmu bersamanya," jawab Moon Young dengan tersenyum.
Gangtae mengangguk dan membelai lembut kepalanya.
"Karena itu kau tidak boleh meninggalkanku sendirian! Jika mau mati, aku harus ikut! Kau sudah kabur sekali! Jangan kabur lagi!" cetus Moon Young.
"Tentu saja! Bagaimana aku bisa tenang melihatmu berbuat ulah dari atas sana?"
"Hyaaaa!!!"
"Hahaha... iya! aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi! Tidak akan! Tidak akan pernah!" Gangtae memeluk Moon Young dan mengecup lembut keningnya.
Dan seperti kata Moon Young, bagaimana kau bisa sedih jika tak kenal siapa yang mati, maka bagi Hyunji, kematian kedua orangtuanya bukanlah hal yang menyedihkan.
Ingatannya tentang mereka memudar seiring waktu. Ia hanya punya ingatan samar tentang dongeng ibunya sebelum tidur dan gendongan hangat ayahnya.
Selain itu, semuanya menghilang dan alih-alih merasa sedih, ia justru marah, kenapa mereka meninggalkannya?
Kenapa mereka membebankannya pada sang pamannya dan membuatnya kesusahan?
Jadi, Hyunji tak pernah sedih atas kematian Gangtae dan Moon Young. Ia masih 5 tahun saat kecelakaan maut itu merenggut keduanya dalam semalam.
Tentu, ia pernah sangat penasaran akan kisah cinta kedua orangtuanya, bagaimana sifat mereka dan cara mereka menyayanginya sebelum tiada, namun setelah dewasa, bagi Hyunji itu tak penting.
Toh mereka tak akan kembali!
Ayah dan ibunya sudah pergi ke mulut maut nyaris bersamaan.
Sungguh romantis!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay to not be Okay - Spin Off
FanfictionSetelah kematian mendadak Ko Moon Young dan Moon Gangtae, Sangtae harus membesarkan keponakannya sendirian dan menghilang dari mata dunia. 🦋 LIMITED FICTION 🦋 Cerita ini tidak terhubung dengan kisah IOTNBO season 2 yang sedang kutulis dan masih on...