Jika kalian bertanya, apa ketakutan seorang Moon Gangtae sejak ibunya tiada?
Jawabannya adalah menjadi sendirian atau meninggalkan kakaknya sendirian. Ia selalu berdoa agar berumur panjang namun siapa yang bisa mencium aroma kematian? Siapa yang sanggup berteman dekat dengannya dan memahami jalan pikirannya?
Tak ada.
Hanya Tuhan!
Tapi setidaknya, setelah kepergiannya, kakaknya tidak sendirian. Ia bersama Moon Hyunji - anak semata wayangnya dengan Moon Young.
Dan takdir juga tidak sekejam itu, Gangtae tak sendirian. Ada Moon Young bersamanya.
Ya, Tuhan memang menciptakan keduanya untuk satu sama lain.
Mereka... pergi berdua, meninggalkan lenggang dunia, menuju ke nirwana ke entah.
Meski begitu, selalu ada satu penyesalan bagi mereka yang mati. Moon Young dan Gangtae tak bisa melihat anak mereka tumbuh. Tak bisa melimpahinya dengan cinta. Tak bisa melindunginya dari bahaya.
Kematian bukan hal yang menakutkan bagi orang tua. Meninggalkan anakmu sendirian di tengah ketidakadilan dunia adalah yang paling mereka cemaskan.
Tapi, Gangtae dan Moon Young bisa apa?
Berbeda dengan kelahiran, kematian menyapa tanpa kata, tanpa rencana, tanpa aba-aba.
Keduanya hanya tahu, tiba-tiba ruh tercerabut dari tubuh dan napas terhenti begitu saja.
Itu bukan cuma malam yang menyakitkan bagi mereka namun juga semua orang - terutama Sangtae.
Mendadak ia sendirian dan harus mengurus seorang balita - keponakannya.
Ia hanya ingat, sore itu Gangtae, Moon Young dan keponakan kecilnya izin keluar pada Sangtae yang asyik menggambar di ruang kerja.
"Hyung! Aku dan Moon Young pergi dulu! Kami mau belanja! Kau titip sesuatu?"
"Ti... tidak! Tidak! Sana! A... aku mau fokus menggambar!" usir Sangtae cuek. Ia tak tahu, itu akan menjadi percakapan terakhir mereka.
"Oppa! Kau sungguh tak bisa menjaga Hyunji sebentar saja?" Moon Young muncul di belakang suaminya dan memasang ekspresi sok imut.
"Ku... kubilang... kubilang aku harus bekerja! Aku akan membelikan Hyunji mainan! Mainan!" jawab Sangtae.
"Aiiissshhh!!! Aku rindu saat-saat dia sangat mengagumiku dan menjadi fans nomor satu." omel Moon Young sebal yang disambut tawa kecil Gangtae.
"Ya sudah, kalau begitu kami berangkat dulu!" Gangtae melambaikan tangan lalu menggandeng Moon Young keluar, menemui anak mereka - Moon Hyunji yang sudah menunggu dengan tak sabar di depan mobil.
Bocah lelaki berusia 5 tahun itu ingin membeli miniatur kereta api yang dijanjikan ibunya seminggu lalu.
Moon Young yang royal dan masa bodoh dengan uang sebenarnya bisa membelikannya sejak anak lelakinya itu memintanya, namun Gangtae mau anaknya tak dimanja.
Jadi mereka sengaja mengulur waktu agar anaknya paham arti bersabar dan menunjukkan sikap yang baik selama seminggu ini seperti mau makan sayur, tidak cengeng dan tidur malam tepat waktu.
Moon Young duduk di samping Gangtae, sementara putra mereka di belakang.
Segalanya begitu menyenangkan. Indah dan penuh gelak tawa, hingga dalam perjalanan pulang, hujan deras menyapa.
Badai datang.
Dan tanpa sebuah pertanda, sebongkah pohon rubuh. Ia tumbang dalam keheningan dan merampas nyawa sepasang suami istri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay to not be Okay - Spin Off
FanfictionSetelah kematian mendadak Ko Moon Young dan Moon Gangtae, Sangtae harus membesarkan keponakannya sendirian dan menghilang dari mata dunia. 🦋 LIMITED FICTION 🦋 Cerita ini tidak terhubung dengan kisah IOTNBO season 2 yang sedang kutulis dan masih on...