5 - 1000 Dongeng di Tengah Hutan

786 94 84
                                    

Aku akan memulai kisah ini dengan sebuah kalimat yang terkenal, "Kau tahu alasan kenapa tak ada panggilan bagi orangtua yang kehilangan anaknya? Sementara seorang istri yang kehilangan suaminya disebut janda, suami yang kehilangan istrinya disebut duda dan anak yang kehilangan orangtuanya disebut yatim piatu."

Eh....

"Sungguh? Kau tak tahu? Karena... kehilangan anak adalah perasaan tak terkatakan. Rasa sakitnya tak bisa digambarkan,"

Lalu?

Apa urusannya dengan cerita ini?

Bukankah ini adalah kisah seorang anak yang ditinggal mati orangtuanya?

"Tidak! Ini bukan tentang itu saja! Ini juga tentang orangtua yang kehilangan anaknya. Lihat! Pasangan suami istri itu! Mereka tak seharusnya di sini, mereka harusnya sudah pergi tapi...."

Tapi?

"Mereka tak bisa! Mereka berkeliaran dan menderita karena tak sanggup melakukan apa pun untuk anaknya."

Siapa mereka?

"Mereka... adalah alasan kita membaca cerita ini. Ko Moon Young dan Moon Gangtae."

🦋🦋🦋

Bunyi gagak adalah pertanda, suara angin adalah pertanda dan siapa sangka, senyuman itu juga pertanda.

Bagi seorang Moon Gangtae, itu adalah hari paling naas dalam hidupnya. Lebih naas dari saat ia kehilangan ibunya atau saat ia akhirnya mengetahui jika Moon Young adalah anak 'si kupu-kupu' jahanam yang menyakiti Sangtae.

Itulah hari dimana ia kehilangan seluruh harapannya, hari ia pergi meninggalkan jantung dan jiwanya - Moon Hyunji.

Cinta seorang ayah!

Kita tak pernah sungguh-sungguh membahasnya, padahal mereka juga mencintai sebesar ibu.

Sejak kecil, Gangtae yang terlalu cepat kehilangan ayahnya selalu ingin menjadi ayah yang baik, ayah yang berumur panjang dan dapat memberikan cinta, perhatian dan semua yang anaknya inginkan hingga dewasa.

Saat ia tahu Moon Young hamil, hatinya berdebar tak karuan, ia ketakutan tapi juga kegirangan. Ia takut harapannya tak terkabul, tapi ia juga terlampau senang hingga begitu gugup.

Ternyata... setelah penderitaan bertubi-tubi, ia dapat mereguk kebahagiaan semanis ini.

Setiap hari sejak detik itu, Gangtae selalu mengajak si janin kecil dalam perut istrinya bicara.

Ia menceritakannya apapun. Ia berbagi apapun, sebab ia takut.

Ia takut dipanggil pergi dengan begitu mendadak dan menyentak seperti cara ayahnya tiada.

Gangtae mencintai Hyunji dengan sepenuh jiwanya, dengan seluruh napasnya bahkan sejak anak semata wayangnya itu sebesar buih.

Pria itu ingat, suatu malam di gedung bioskop, ketika Moon Young tiba-tiba menarik tangannya dan menaruhnya ke atas perutnya di tengah adegan pertempuran.

"Bayi kecil kita menendang!" pekik Moon Young kala itu dengan mata berbinar.

Keduanya terdiam dan saling berpandangan dengan jantung berdegup kencang.

Mereka menunggu, menunggu sang buah hati 'menyapa' lagi.

Dan benar saja, Hyunji kecil kembali menendang, lebih kuat kali ini. Gangtae dan Moon Young terpana, tak tahu harus berkata apa. Airmata mereka mendadak tumpah.

Pasangan suami istri itu tertawa, begitu lepas dan bahagia, sementara orang-orang di sekitar mereka memandang aneh sebab film menunjukkan adegan sedih tapi mereka malah kegirangan... seolah kematian adalah sebuah perayaan.

It's Okay to not be Okay - Spin OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang