Lalice mengelus rambut halus doyoung yang tertidur di atas pahanya, ia tersenyum manis ketika melihat doyoung begitu menggemaskan dimatanya. Setelah pertengkarannya dengan yuna doyoung tidak ingin ditinggal, ia dari tadi terus menangis dan lalice dari tadi juga yang menenangkannya. Hati lalice begitu teriris ketika melihat kedua mata doyoung mengeluarkan air mata dan bibir mungil doyoung terus menyebut ibunya, ia begitu tidak tega anak sekecil doyoung harus mengalami ini semua, dia masih terlalu kecil untuk merasakan apa itu sebuah kehilangan.
Melihat doyoung lalice seperti melihat dirinya waktu kecil, ia juga kehilangan kedua orang tuannya ketika umurnya masih terbilang muda. Kedua orang tua lalice dan rose meninggal karena kecelakaan, mobil yang di kendarai oleh kedua orang tua lalice menabrak pembatas jalan hingga menyebabkan kedua orang tua mereka meninggal di tempat. Kepergian kedua orang tuanya membuat luka yang begitu mendalam bagi lalice dan rose. Tetapi untunglah kedua orang tua lalice keluarga yang berkecukupan mereka meninggalkan harta seperti rumah dan beberapa sertifikat tanah. Tetapi meskipun orang tuanya meninggalkan warisan tetapi rose tidak mengandalkan warisannya, diumurnya yang masih berusia delapan belas tahun rose harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga adiknya. Rose bekerja paruh waktu setelah pulang sekolah dan pulang hingga larut malam, lalice jarang bertemu dengan rose karena rose pergi ketika lalice masih tertidur dan rose datang ketika lalice sudah tertidur. Tetapi meskipun keduanya jarang bertemu tetapi mereka akan menghabiskan waktu mereka berdua ketika weekend tiba, lalice mengerti kalau kakaknya begitu menyayanginya, begitu pun lalice ia begitu menyayangi rose.
Dan apapun yang terjadi lalice akan melakukan apapun demi kebahagian rose, lalice akan memenuhi keinginan terakhirnya. Meskipun ia harus mengorbankan perasaannya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai. dan juga demi doyoung lalice akan memberikan kasih sayang, agar anak itu tidak akan merasakan apa yang dirasakannya pada waktu masih kecil.
Lalice meringis ketika membayangkan apa yang harus ia katakan pada sahabatnya, pasti merekakan terkejut ketika mendengar lalice memutuskan untuk menikah dengan jungkook.
Dret dret dret
Ponsel lalice bergetar, ada pesan dengan nomor tidak terdaftar di ponselnya. Ia mengernyitkan dahinya pelan. Lalice mengangkat kepala doyoung hati-hati agar dia tidak bangun, lalu meletakkannya di bantal dan membetulkan posisi tidurnya.
Nanti malam kita akan menemui orang tuaku untuk membahas pernikahan ini, aku akan mengirim pakaian yang kau gunakan nanti malam. Bersiaplah.
lalice menghembuskan nafas lelah, apa lagi ini . ia membiarkan pesan dari jungkook, ia tidak berminat untuk membalasnya.
Jungkook datang tepat pada waktu yang telah di janjikan, ia keluar dari mobil dan berjalan menuju kediamannya, pelayan yang melihat presensi jungkook tuannya segera membuka pintu dan menunduk hormat. Ia masuk ke dalam rumahnya dan bertanya pada pelayan dimana keberedaan anaknya.
" tuan muda baru saja tertidur tuan "
Jungkook pergi ke kamar doyoung dengan naik lift, sesampai di depan kamar anaknya jungkook mendorong pintu kamarnya dan mendapatkan presensi putranya tengah tidur dengan nyeyak. Jungkook menghampirinya dan duduk di pinggir ranjang, dia mengelus lembut rambut putranya pelan dan menunduk mengecup lama keningnya, lalu ia menjauhkan wajahnya.
Jungkook bisa melihat ada sisa-sisa air mata di pipi anaknya, hatinya begitu sakit ketika melihat keadaan anaknya. Meskipun jungkook seperti tidak perduli, tetapi ia tahu semua apa yang dialami oleh doyoung, jungkook merasa gagal menjadi orang tua.Air matanya menggenang di pelupuk matanya, ia menghembuskan nafas berat.