Part 1

528 38 0
                                    

Buat pembaca lama maupun pembaca baru gue, gue akan next cerita ini 2 part. semoga kalian suka dengan ceritaku ya. jangan lupa vote dan coment.  

 " lalice ini sudah satu minggu kau seperti ini, setidaknya menangislah jangan memendam kesedihanmu sendirian. Aku tahu kau kehilangan tapi kita semua juga kehilangan lice. Berhentilah bersikap seperti ini, bicaralah! " marah mingyu, kesabarannya sudah habis melihat lalice hanya melamun. Mingyu mengerti jika rose telah meninggal, dan ini adalah cobaan terberat dari tuhan untuk lalice tetapi gadis belia ini merasa seakan dirinya lah yang paling tersakiti, dia menghukum dirinya sendiri dengan berdiam di kamar selama seminggu tidak keluar sama sekali. Dan hanya makan satu sekali itu pun harus di paksa dengan mingyu setelah itu ia baru mau makan. Entahlah jika mingyu dan ketiga sahabatnya tidak memaksa lalice mungkin ia membiarkan dirinya mati kelaparan.

Tidak ada pergerakan dari lalice ia hanya diam seakan diruangan ini tidak ada orang dan hanya ada dirinya. Mingyu menghembuskan nafasnya pelan hatinya begitu perih ketika melihat sahabatnya seperti ini. Dia begitu tidak tega.

" lalice dengarkan aku " mingyu membalikkan badan lalice untuk menghadap kearahnya.

Deg

Hatinya kembali nyeri ketika melihat kedua kantung mata lalice yang menghitam, menandakan kalau sang empu jarang tertidur akhir-akhir ini.

Mingyu memegang kedua pundak lalice " aku mengerti perasaanmu kau begitu kehilangan kakakmu rose, tetapi kau harus ingat kalau ada kita bersamamu lalice, aku mengerti kita tidak bisa menggantikan posisi rose di hatimu tapi apa kau mengerti bahwa kita disini akan selalu ada untukmu. Jangan menyakiti dirimu sendiri, setidaknya menangislah untuk meluapkan perasaanmu jangan hanya diam. Kau membuatku takut lice. Ayo menangislah " mingyu mengguncang pundak lalice dengan kuat.

" agar kau tahu bahwa bukan hanya kau yang kehilangan rose, tetapi juga doyoung. Dia juga kehilangan sosok ibunya lalice " lanjut mingyu lembut.

Deg

Jantung lalice seakan tertusuk ketika mendengar perkataan mingyu yang terakhir, kenapa lalice melupakan segalanya kalau doyoung yang begitu menderita disini. Anak itu harus kehilangan ibunya di umurnya yang masih terlalu kecil. Anak itu seharusnya mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu, tetapi ia malah mendapatkan kesedihan yang amat mendalam karena ibunya pergi meninggalkannya. Bagaimana lalice bisa lupa dengan itu semua. Air mata yang ia tahan sejak seminggu yang lalu akhirnya luruh juga, wajah doyoung yang menangis di pemakaman waktu itu memenuhi pikirannya. Melihat anak itu yang menangis di gendongan ayahnya meraung-raung memanggil nama ibunya, anak itu begitu cerdas dia mengerti kalau ibunya telah meninggal dan tidak akan kembali selama-lamanya.

Apakah anak itu baik-baik saja? Seharusnya lalice berada disampingnya, bukan ikut meratapi kepergian rose.

Mingyu tersenyum masam akhirnya lalice bisa menangis juga. Tangisannya begitu pilu siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan apa yang dirasakannya. Mingyu membawa lalice ke dalam dekapannya, tangisan lalice semakin pecah ketika mendapat pelukan dari sahabatnya, lalice mengeratkan dekapannya untuk melampiaskan kesedihannya kepada mingyu seakan memperlihatkan kepadanya betapa sakitnya ia kehilangan rose, dan akhirnya lalice menyerah ia membiarkan dunia mengetahui kalau ia begitu kehilangan sosok yang begitu berharga didalam hidupnya. 

LOVE, LALISA || LIZKOOK ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang