1

1.1K 213 280
                                    

Jam baru menujukkan pukul 6 pagi, namun sosok gadis itu sudah berada di bangku kelasnya, lengkap dengan earphone di telinga juga buku novel klasik kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam baru menujukkan pukul 6 pagi, namun sosok gadis itu sudah berada di bangku kelasnya, lengkap dengan earphone di telinga juga buku novel klasik kesukaannya.

Tentu saja ini masih terlalu pagi, bel baru akan berbunyi satu setengah jam lagi, tapi gadis itu tidak peduli.

Sudah menjadi kebiasaannya untuk datang ke sekolah saat belum ada siapa pun di kelas. Duduk di bangku terpojok sambil mendengarkan musik, menunggu datangnya murid satu persatu adalah hal rutin yang selalu ia lakukan.

meski pun tidak ada satu pun dari mereka yang menyapa gadis itu.

"Asli gue ngelihat sendiri! Barusan ada adik kelas yang nembak dia di lapangan basket!"

"Hah seriusan lo? Sengaja jadi mangsa apa gimana?"

"Tapi emang sih dia kan kemarin gak masuk, kalo aja kemarin masuk mungkin dia udah di tembak dari kemarin kali."

"Bukan masalah itunya, del! Lo tau kan dia tuh gimana kalo sama cewe?"

Mendengus, gadis yang duduk di pojok ruangan itu kemudian meraih handphonenya, berusaha mencari lagu favorit di gadgetnya itu, berharap agar telinganya tidak terlalu panas mendengar celotehan teman sekelasnya.

Gadis itu masih bisa mendengar pembicaraan terakhir mereka, sebelum musik kembali berputar di telinganya.

"Fauzan Dirgantara, satu - satunya cowo idola sekolah yang benci dekat dengan cewe. Lo pikir apa yang bakal dia lakuin pas dia di tembak depan umum gitu?"

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

"Aku suka sama kakak,"

Fauzan mengernyitkan dahinya, menatap murid yang ia yakini berada satu tahun di bawahnya ini dengan tatapan heran.

"Dari jaman kakak yang nolongin aku saat MOS, aku udah suka sama kakak, jadi tolong terima aku ya kak!" Gadis itu tersenyum manis, membuat yang melihat ingin sekali mencubit pipinya.

Tidak peduli banyaknya murid yang sudah datang, menonton acara tembak dadakan di pagi hari. Gadis itu tetap kukuh berdiri menunggu jawaban dari lelakinya, meyakini diri sendiri bahwa ia akan di terima.

"Sehat lo?"

Senyum itu seketika luntur, Fauzan berjalan kembali menuju kelasnya tanpa memperdulikan tatapan murid dari lantai atas mau pun bawah.

Baru dua langkah berjalan, ia menoleh, memandang name tag yang terpasang di dada kiri adik kelasnya itu.

"Anastasya Zahira, nama lo cantik. Sayang, gak punya malu."

-

Satu sekolah di buat gempar dengan berita Fauzan, sang idola yang memiliki banyak penggemar dari kakak kelas mau pun adik kelas itu, baru saja menolak putri sekolah yang di segani banyak kaum adam.

Fauzan tidak peduli, ia mendecih ketika irusnya bertemu dengan beberapa pasang mata yang menatapnya bengis, tidak suka mengetahui sang putri sekolah jatuh padanya walau pun berakhir ia tolak.

"Minggir, mata lo mau gue culek?"

Mendesah kasar, akhirnya segerombolan cowo disana menyingkir. Meskipun diam diam mereka memiliki dendam, tetap saja mereka tidak berani melawan Fauzan.

Nama Fauzan tidak hanya di kenal sebagai idola sekolah saja, fakta bahwa orang tua dari Fauzan sendiri merupakan donatur utama sekolah mereka, membuat banyak murid segan dan berusaha untuk tidak cari gara - gara dengannya.

-

Gadis yang sedari tadi memasang earphone itu terperanjat saat merasakan kursi di sebelahnya di tarik mundur, dan lebih kaget lagi melihat siapa pelakunya.

Ia mengerjap ringan, menatap si pelaku yang sekarang juga menatapnya balik. "Lo gak salah tempat duduk?" tanyanya.

"Kosong kan?" pertanyaan di jawab pertanyaan, gadis —yang lebih akrab di panggil Jans itu hanya mengangguk mengiyakan.

"Lo tau, alasan gue mau duduk sama lo disini?" Jans mengedipkan matanya dua kali, pertanda tidak paham.

"Lo, Jannice Susilo. Golongan murid cerdas yang pendiam dan nggak mau tau apa pun soal idola sekolah, tentunya gue gak bakal rugi duduk sama cewek kayak lo."

tbc.

Lee Haechan as Fauzan Dirgantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Haechan as Fauzan Dirgantara

©teachowae, 2020

Chairmate | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang