Mahesa bercerita.

29 6 0
                                    

Jadi, hari ini tidak masalah kan jika saya yang bercerita? Karena saya merasa, Qiandra terlalu berlebihan menceritakan tentang saya. Sekarang sudah saat nya orang-orang juga tau seberapa berharganya dia.

Apa dia pernah bercerita bahwa saya mulai mengincarnya dari hari pertama kami menapakkan kaki disekolah kami? Tidak ya? Atau selama ini dia malah bercerita tentang cintanya yang bertepuk sebelah tangan diawal kami saling mengenal? Tolong diingat, itu semua salah. Karena sekali lagi, saya jatuh dalam pesonanya saat pertama kali kelereng kami bertubrukkan.

Hari itu, seperti MPLS pada biasanya. Dihari pertama kami hanya berkenalan dengan pembimbing kelas, dan tentu saja pembagian kelas. Dan hari itu pula, saya bertemu dengan Qiandra. Kami bertemu di taman yang kebetulan memisahkan kelasnya dengan kelas milik saya. Saya ingat betul, dia berdiri, melihat keatas lalu kesamping. Begitu seterusnya sampai saya datang. Awalnya saya merasa terintimidasi, karena demi Tuhan, tatapan nya menyeramkan. Ditambah lagi, dia menatap tepat dimata.

Beberapa detik setelahnya dia mengalihkan pandangan. Saya mengikuti pandangan nya yang menatap kearah belakang saya. Tidak ada siapa-siapa. Saya sempat berpikir bahwa dia adalah anak indigo. Tapi pikiran itu menghilang saat dia bertanya,

"Boleh minta air minum gak? Aku lupa bawa. Dari tadi nyari kantin belum ketemu"

Hari-hari berikutnya kami jarang bertemu. Ya, begitu. Karena saya merasa, saya yang menemukannya. Kelas kami bersebrangan, hanya dibatasi oleh taman dan itu merupakan kesempatan untuk menemukannya. Saya selalu menyempatkan menengok kearah nya, meski tak jarang dia juga menghilang. Sampai di hari terakhir, semesta memberi saya kesempatan setidaknya untuk berkenalan.

Hari terakhir masa MPLS dilakukan kegiatan demo ekskul. Dan saya ingat betul, bagaimana Qia berdiri menyandarkan tubuh nya ke pohon yang berada di belakang lapangan. Saya yakin dia pasti lupa membawa koran.

Pembimbing kami memberi saran untuk membawa koran atau alas apapun, mengingat kegiatan ini dilakukan di lapangan utama. Sifat pemalu Qia juga pasti menjadi salah satu faktor dia belum berkenalan dengan siapapun, sehingga tidak ada seorangpun yang menawarkan bantuan.

"Udah sana samperin, jangan cupu lo jadi cowo" begitu ucap Ayis saat mengikuti arah pandang saya yang tentu saja melihat Qia.

"Halah lama, yang cupu bukan temen gue" lanjutnya, saya mendelik malas.

"Bodo amat, lo yang rugi gak bisa belajar bareng gue" setelahnya saya melangkah.

Sebenarnya saya sedikit ragu, karena Qia punya wajah yang terlihat dingin. Saya juga mendengar cerita bahwa beberapa hari yang lalu dia menolak kakak pembimbing osis yang terkenal seantero sekolah karena prestasi juga wajah manis nya. Nyali saya rasanya sedikit menciut ketika langkah makin mendekat.

"Hey, gue ada koran lebih, lo mau ga?" dan dia meninggalkan saya dengan tanya dalam kepala.



TBC

Haii temann, kalian apa kabss? Semoga selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan yaa.

Kalian lagi uas ga? Apa udah? Aku hari ini baru hari pertama lol. Stress banget ga sih? lol

Di daerahku sekarang jadi zona merah. Kalian jaga kesehatan yaa! Kalo penting banget dan terpaksa harus keluar, jangan lupa ikuti protocol kesehatan! luv u all

rumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang