21 - Surat wasiat

68 27 86
                                    

akhirnya bisa up lagi :)
jangan lupa vomment yaw ^^

Aku berjalan menuju laci meja papa, membukanya perlahan, sejak dulu papa memang tidak mau foto-fotonya di masukan album foto, entah apa alasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan menuju laci meja papa, membukanya perlahan, sejak dulu papa memang tidak mau foto-fotonya di masukan album foto, entah apa alasannya.

Aku mengambil foto papa satu persatu, air mata kembali jatuh bergeliang dipipiku.

"Papa" lirihku pelan, aku memeluk foto papa yang saat iti sedang bersamaku merayakan ulang tahunku ke 9 tahun.

Aku kembali mengambil foto-foto papa yang lainnya dan sampai akhirnya aku mendapatkan secarik kertas yang sudah usang.

"Apa ini?" batinku penasaran.

Aku membuka lipatan kertas yang sudah usang itu dengan perlahan dan juga hati-hati.

______________________________________

Untuk Anak-anak kebanggaan papa : Dezza dan Fani,

Maafkan semua kesalahan yang pernah papa lakukan ya... Papa juga mau minta tolong untuk selalu doakan papa yaa.

Papa hanya ingin menyampaikan, jika nanti papa sudah tiada, kalian jaga diri baik-baik ya, jagain mama. Kalian harus banggain mama, jangan kecewain mama, bilang ya sama mama, papa sayang banget sama mama. Papa juga sayang sama kalian, Dezza dan Fani. Papa yakin, kalian akan menjadi anak yang sukses.

Perusahaan papa akan papa percayakan pada kalian Dezza dan Fani. Papa yakin jika kalian yang mengelolanya, perusahaan itu akan maju.

Papa sayang kalian semua, Mama, Dezza dan Fani ♡

Salam hangat selalu,
Papa Gahardi Fanasyah

______________________________________

Tangisanku seketika pecah tak menyangka papa menulis surat itu. "Hiks, Fani janji bakal selalu doain papa, selalu tengokin papa, Fani sayang papa" lirihku pelan, aku memeluk surat itu dengan erat, kemudian melipatnya kembali dengan rapi.

"Aku harus kasih tau mama sama kak Dezza" lirihku pelan.

Aku beranjak dari kamar papa menuju ruang tengah untuk memberi tau mama tentang surat wasiat ini.

Tubuhku yang masih lemas, aku paksa untuk berlari menuju ruang tengah.

"MAMA" teriakku memanggil mama, mama yang sedang di ruang tengah sampai terkejut mendengar teriakanku.

"Ada apa Fan?" tanya mama panik.

"Ini ma" aku menyodorkan surat itu kepada mama.

"Apa ini, Fan?" tanya mama penasaran seraya membuka lipatan surat itu, lalu mama membaca surat itu. Tak lama suara tangisan dari mama pun datang.

"Kak Dezza mana ma? Aku mau kasih tau tentang surat ini" tanyaku pada mama.

"Dezza lagi di kamar, sana samperin aja" jawab mama.

nyaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang