─ tujuh belas ─

94 52 89
                                    

"walaupun kadang sikap lo cuek, tapi ternyata aslinya lo peduli banget"


Happy reading all🌜


♪ ♬ ♬ ♪


Pukul  7 malam tepat, aku sudah siap dengan pakaian dan juga tas ku.

Drrtt

Hpku bergetar, ada pesan dari Rendi.

Rendi

Keluar

Aku tidak langsung menjawab pesan Rendi, aku berjalan menuju jendela dan ternyata benar, Rendi sudah ada di depan pagar rumahku. Rendi tampak tersenyum sambil melambaikan tangan.

Aku buru buru turun ke bawah untuk menemui Rendi dan sekalian pamit sama mama.

"ma" panggilku

Mama yang sedari tadi sore masih fokus dengan serial sinetron yang episodenya gak habis habis akhirnya menoleh ke arahku.

"ada apa, Fan?" tanya mama

"Fani pergi dulu ya"

"Rendi udah jemput?"

"udah ma"

"oh, ya udah hati hati ya nak, bilang sama Rendi jangan ngebut ngebut, inget jangan pulang malam malam ya"

"iya ma, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku pun keluar dari rumah,

"yuk"ajak Rendi

"mau kemana sih Ren?"

"udah nanti aja bahasnya di mobil"

Aku mengganguk, Rendi membukakan pintu mobil, dan mempersilahkan aku masuk, layaknya seorang putri.

"silahkan masuk tuan putri"

"makasih pangeran"

Di perjalanan tak ada satu pun kata di lontarkan baik dari mulutku atau pun dari mulut Rendi, sangat hening.

"tumben gak bawa motor" ucapku berusaha memecah keheningan.

"emang lo gak mau pake mobil?" tanya Rendi

"mau aja, tapi kan biasanya lo emang nyamannya bawa motor"

"ya udah, kalo mau naik mobil, diem aja"

Aku mendengus kesal, Rendi memang kadang menjadi tipe cowok yang agak cuek.

"gue takut lo sakit, gue takut lo kedinginan kalo pake motor" ungkap Rendi yang seakan akan tau apa kalimat yang aku tunggu dari mulutnya.

Aku menoleh ke arah Rendi, kini senyumku mulai mengembang.

"makasih udah perhatiin gue"

"iya"

"walaupun kadang sikap lo cuek, tapi ternyata aslinya lo peduli banget" batinku dalam hati.

♪ ♬ ♬ ♪

Akhirnya Aku dan Rendi sampai di sebuah Restoran yang cukup ramai di tengah-tengah Kota.

Aku membuka seatbelt dan hendak membuka pintu, namun Rendi mencegahnya.

"bentar, gue aja yang bukain" cegah Rendi yang segera turun dan membukakan pintu untukku.

"makasih"

nyaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang