Bab 4.Keikhlasan berbuah manis

17 1 0
                                    

Part 4
Terjerat Hasrat
( Ch. Maria)

Minggu pagi Rani bangun dengan semangat, tak lagi memikirkan Anto, setelah semalem ditelpon berkali-kali tidak diangkat.
Mending mencuci baju lalu membantu mbak Lusi di dapur.
Rani sempat ke warung membeli sayuran, ikan dan tempe.
Mbak Lusi senang Rani terlihat segar tidak murung seperti beberapa hari yang lalu.
Hari makin siang Rani mencoba membuka ponsel siapa tau ada balasan pesan dari Anto. Namun ternyata sepi.
Ah, barangkali dia masih di bengkel jadi sibuk lupa membuka pesanku, Rani masih berpikir positip.
Tetapi mulai males untuk menelpon atau mengirim pesan.

'Aku hanya menunggu balasan saja, tak akan mengirim atau menelpon. Coba biar kuuji seberapa perhatianmu padaku, Mas.
Aku berharap aku segera haid dibeberapa hari ke depan, jika betul keluar, aku akan putus denganmu.
Namun jika tidak? Bagaimana ini?
Kembali ingat itu Rani sedih, ia bermonolog sendiri.
Ah, lupakan.

***

Banyak waktu digunakan Rani untuk beberes kamar dan setelah makan siang bersama keluarga, lalu menyeterika baju.
Termasuk baju kakaknya dan ponakan yang ada di jemuran yang telah kering.
Rani ingin menghabiskan hari dengan kegiatan yang positip dan membantu keluarga yang selama ini sering terlewatkan.
Kalau selama ini Sabtu dan Minggu full hari untuk pergi jalan dengan Anto, namun beberapa minggu terakhir sejak Anto menghindar dengan berbagai alasan Rani mulai sadar, ia mulai menggunakan waktunya untuk berbenah dan mulai merenungi hubungan yang sebaiknya diakhiri ini.

*****

Sementara Anto yang ternyata tidak pergi ke bengkel, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tiduran sambil berselancar di medsos. Berbalas pesan dengan Sulis lebih asyik.

Anto bilang masih males keluar tapi lapar.
Dan Sulis segera memesankan makan melalui online.
Anto melonjak bahagia. Benar-benar Sulis surganya. Penuh perhatian dengan gelora cinta yang membara.

Anto mulai melupakan  anaknya yang di kampung. Selama anaknya tidak telpon, ia tetap anteng saja. Toh ada ibu mertuanya yang menjaga dan memberi makan, pikir Anto santai.
Betul-betul laki-laki tak bertanggung jawab.

Sementara dengan Rani, ternyata hanya di permainkan oleh Anto.
Demi tercapai keinginan pergi dengan Sulis, dia rela mengkhianati Rani. Dengan berbohong katanya mau ke bengkel dengan  meminjam uang Rani. Tak taunya bermesraan di hotel dengan Sulis. Laki-laki kejam penghianat. Kasihan Rani. Lebih baik putus saja hubungan dengan Anto.

***

Sore ini Rani jalan ke supermarket tak jauh dari rumahnya. Ia membeli beberapa keperluan mandi dan dapur yang mulai habis, seperti sabun cuci, sabun mandi, odol, pembersih lantai, telur, sarden dan beberapa bumbu. Rani ingat ingin mencoba membeli tespac untuk memeriksa kondisi perutnya.
Segera ia menuju ke conter obat. Rani membeli 2 buah tespac.

Setelah sampai di rumah Rani ingin segera mencoba mengetes kondisi dirinya.
Maka buru-buru ke kamar mandi dan mencelupkan alat tespack dalam urine. Dan hasilnya setrip satu alias negatif.
Ah, benarkah ini? Pikir Rani.

Menurut aturan untuk hasil tes yang akurat harus urine di pagi hari setelah bangun tidur.
Untung Rani masih menyimpan satu buah tespack yang sengaja ditaruh di sebelah bantal agar pagi-pagi begitu bangun tidur langsung di tes dengan urine pertama di pagi hari.

Ketika malam hari mau tidur, ponselnya berbunyi. Pesan masuk dari Anto.

"Maaf, seharian sibuk di bengkel, gak sempat buka WA. Besok ketemuan, ya?"
Rani hanya membaca dan tak membalas apapun. Lalu tidur.

Pagi-pagi Rani bangun mau sholat subuh, biar tidak lupa sekalian bawa tespac ke kamar mandi. Tapi betapa kagetnya dia, ketika ke kamar mandi celananya sudah ada warna merah. Alias haid sudah datang.
Alhamdulilah, ya Allah. Engkau dengar doaku. Kalau aku haid maka seperti janjiku inilah saatnya aku harus putus dengan Anto.

Selain aku lega, aku ingin membahagiakan orang tuaku dan kakakku, agar tidak asal memilih jodoh.

Sujud syukur aku panjatkan ke hadirat Allah.
Meski Rani kini batal sholat subuh.
Rani tercenung, bahagia penuh syukur. Dia langsung mandi menggunakan pembalut dan dengan semangat yang membara mulai ke dapur membantu menyiapkan sarapan. Terlalu pagi memang, tetapi biarlah.
Begitu Mbak Lusi turun, terlihat kaget melihat Rani sudah di dapur.

"Tumben Ran, sudah mau masak?" tanya Mbak Lusi heran.

"Aku pengin bawa bekel, Mbak,"jawabnya  sekenanya namun pas.

Memang dari pada jajan di kantin lebih sehat bawa bekal sendiri.
Rani menggoreng ikan dan tumis buncis saja. Sementara mbak Lusi menambah memasak sup ayam dan perkedel, juga sambel tomat.
Karena Ado dan Sisi anak- anaknya suka sup ayam.

Setelah rapi, Rani beberes untuk berangkat kerja.
Hari terasa indah, dan andaikan Anto kirim pesan lagi, saatnya untuk memutuskan hubungan.
Namun setelah siang hingga sore tak kunjung ada pesan lagi. Dan Rani juga enggan menjawab ajakannya untuk ketemuan.

Berlalu satu hari tanpa kabar. 'Biarin saja, mau sampai di mana,' batin Rani.

Hari ini tanggal gajian, namun juga ada tawaran untuk lembur di bagian produksi.
Rani mengambil saja jam lembur, yang biasa pulang pukul 16.30 akan menjadi pulang pukul 19.30.
Tidak apa-apa, banyak temannya, itung- itung tambahan gaji untuk bulan depan.
Sementara yang tidak ambil lembur ya sudah pulang dari sore tadi.

Pukul. 19.30 Rani keluar dari pabrik dan jalan ke depan, ingin membeli ayam  penyet yang biasa dia makan dengan Anto.

Hari ini gajian, Rani ingin memesan ayam banyak, sejumlah orang di rumah yaitu 5 potong ayam goreng penyet.
Karena antri dan yang di beli banyak, Rani ingin menunggu di dalam sambil minum jeruk hangat.
Namun betapa kagetnya ketika masuk dan duduk, dia melihat Anto dan Sulis tengah suap-suapan. Tepatnya Anto makan tapi menyuapi Sulis.
Rani diam saja, duduk manis pura-pura tidak kenal.

Anto kaget melihat Rani. Namun Rani pura-pura tidak tau dan sibuk memainkan ponselnya sambil minum jeruk hangatnya, hanya sesekali melirik.
Anto dibikin geram dengan sikap Rani.
Kenapa tak melihatnya?
Karena jengkel, Anto yang menyapa duluan.

"Ran, ayo makan,"ujarnya sambil menunggu reaksi Rani.

"Hai, Anto, ya? Terima kasih, aku lagi pesan dibawa pulang, kok,"jawab Rani enteng kemudian menerima kantong ayam dari penjual dan menunggu kembalian. Rani sudah bertekad putus, untuk apa sakit hati.
Tidak perlu mempertahankan laki-laki penghianat.

Sulis memandang tajam Rani. Namun Rani cuek saja seolah tak ada hubungan apa-apa dengan lelaki di sebelah perempuan bahenol tersebut.

"Yok pulang dulu,"pamit Rani sambil berlalu tanpa memandang, setelah menerima kembalian dari pedagang ayam penyet.
Anto dibuat keki dengan sikap Rani.
Kenapa Rani cuek banget dan tidak kaget gitu dengan keberadaannya bersama Sulis?
Justru Anto yang blingsatan melihat Rani pergi begitu saja, seolah tidak ada apa-apa.

"Kenapa kamu? Dia siapa mu?"suara Sulis sinis mengagetkan Anto.

"Oh, bukan siapa-siapa, itu tadi temanku, baru pulang. Berarti dia ikutan lembur,"ujar Anto asal jawab, untung benar.
Walau sebetulnya Anto masih berpikir. Kenapa Rani seolah acuh dengan dirinya? Anto sadar, wajar jika Rani marah karena memang pantas dirinya menerima kemarahan itu. Namun aneh, seolah Rani sudah tau perselingkuhan ini.

"Kamu gak ikut lembur?"suara Sulis mengagetkan Anto yang melamun, untung tidak ketauan olehnya.

"Bukan bagianku sekarang, kali ini bagian produksi," terang Anto sudah lebih tenang menjawab dari pada tadi.

"Dari pada lembur kan lebih enak pacaran,"gombal Anto pada Sulis.

Anto berharap Sulis tidak berubah sikap dengan kejadian barusan tadi. Dan tidak akan menanyakan lagi siapa Rani.

"Mau ke mana setelah ini?" tanya Anto mengalihkan pembicaraan.

"Ke kostmu saja, mau main gratis di atas dipan atau kursi panjangmu," ujar Sulis dengan muka mesum.

'Dasar perempuan gatal, tapi aku suka, batin Anto'
"Ayo, siapa takut?"tantang Anto dengan muka serem.

Berdua berdiri dari tenda ayam penyet menuju kost Anto.
Tempat mereka berdua menikmati dosa, mengkhianati cinta.

Bersambung
Jangan lupa dukung  ya.
Subs dan follow

Terjerat HasratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang