23. Acara kemah

3.3K 362 39
                                    

Kalo ada typo tandain aja ya😉

-Happy Reading-

"Ana, udah abang bilang semalam. Harusnya kamu siap-siap, ini kenapa baru pagi gini ribetnya!" Sedari tadi Ilham terus saja mengoceh, tetapi tangannya tak berhenti membantu sang adik menyusun perlengkapan untuk kemah.

"Gak usah ikut aja deh," ucap Ilham. Membuat Ana langsung mendongak menatap sang abang.

"Ana bisa sendiri kok, abang gak perlu bantuin!" Kesal Ana seraya mengambil tasnya.

"Punya adik gini banget, udah ditolongin. Bukannya bi--"

"Abang cepetan!" teriak Ana dari luar kamarnya.

Ilham hanya bisa menggelus dadanya, menghadapi kelakuan sang adik.

"Bang, cepetan!" teriak Ana, saat ini ia sudah duduk manis di dalam mobil Ilham. Lagi-lagi ia harus melihat keromantisan sang pacar dengan Siska yang selalu Ray sebut sebagai sahabat.

Pagi-pagi sekali tetapi mood Ana sudah buruk saat mengetahui bahwa Siska menginap di rumah Ray karena kedua orang tuanya yang pergi keluar kota. Padahal baru semalam ia berbaikan dengan Ray. Sepertinya hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja saat kedatangan perempuan yang bernama Siska itu. Ana mengacak rambutnya frustrasi, lalu kembali menatap ke arah depan. Di mana Ray tengah mengacak-acak rambut Siska dengan senyum yang tak hentinya memudar.

"Ehem! Abang ada tebakan nih, Na," ujar Ilham saat memasuki mobilnya.

"Apa?" balas Ana dengan tak bersemangat.

Ilham melajukan mobilnya, tak lupa juga membunyikan klaksonnya saat melihat Ray yang masih berbincang dengan Siska.

Ana menatap tajam sang abang yang terlihat sengaja membunyikan klakson saat di depan Ray tadi. Dalam beberapa detik Ana juga bisa melihat pergerakan bibir Ray yang mengucapkan maaf padanya. Selalu saja seperti itu, membuatnya semakin kesal saja.

"Jadi gak sih, tebakannya?" tanya Ana saat mobil itu sudah mulai menjauh dari kediaman mereka.

"Kamu kenapa sih, dek. Daritadi ngegas mulu perasaan. Beda dari biasanya," lontar Ilham.

"Harus beda lah, masa sama terus. Gak asik." Ana lebih tertarik menatap pemandangan diluar kaca mobilnya. Menatap beberapa kendaraan dan juga pejalan kaki, tetapi yang lebih menarik adalah saat ia tak sengaja menatap seorang perempuan yang masih menggunakan pakaian putih biru, berjalan santai bersama laki-laki SMA. Ana seperti melihat dirinya di masa lalu, saat awal ia bertemu dengan Ray.

"Woi, dek!" teriak Ilham kesal karena perkataannya sama sekali tidak dengarkan oleh sang adik.

"Astaghfirullah, kaget hyung!" ucap Ana berpura-pura terkejut padahal aslinya tidak sama sekali.

Kocaknya muncul lagi? Batin Ilham bertanya. Namun, saat melihat raut wajah sang adik yang biasa saja membuatnya bingung.

"Ada yang panas, tapi bukan api. Apalagi kalo bukan, liat doi ketawa sama yang lain. Ah rasanya, mantap kan Na?"

"Abang!" jerit Ana. Ilham hanya menutup telinganya karena saking nyaringnya suara Ana barusan.

***

Siska dan Ray sudah siap berangkat, keduanya kompak melambaikan tangan ke arah bunda dan kedua adik kembar dari Ray. Sedangkan ayahnya sudah berangkat bekerja beberapa menit yang lalu.

RAYNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang