8° Percaya

404 113 19
                                    

Ini soal kepercayaan.

Dimana Jieun dituntut untuk mempercayai salah seorang.

Antara dia sendiri, atau Changmin.


















Penyelidikan polisi masih dilakukan. Semua siswa belum dibolehin buat masuk sekolah, alhasil Jieun pun masih dirumah aja. Emang suka gabut kalau dirumah apalagi kalau sendirian ditinggal mama buat arisan. Makanya dia sempet-sempetin buat telphonan sama teman-temannya.

Kaya sekarang.




"Bosen gue dirumah." Doyeon dari balik telphon sana ngehela nafas gusar. "Pingin sekolah."

"Samaa." Ucap Yoojung dengan nada yang terdengar sama.

"Belum ada pengumuman dari sekolah emang?" Jieun duduk di sofa sambil nyalain tvnya.

"Kayanya sih kata gue bakal lebih dari semingguan. Lo ga liat apa sekolah kita jadi breaking news mulu di koran sama berita?" Ucapan Yoojung benar, gak mungkin bisa langsung mudah lepas dari masa libur kalau suasana makin memanas.

Teng-nong~!

Bel rumah bunyi, disaat yang sama Siyeon nongol dari kamarnya dan suruh Jieun bukain pintu-pakai lagat kurang hajar kalau kata Jieun.

Melihat kakaknya yang lumayan kurang hajar itu Jieun jadi kesel, walau gitu dibuka juga si pintu rumahnya. Tentunya dengan keadaan masih tersambung panggilan telphon barusan.

Langkah Jieun berpacu melewati beberapa ruang langsung menuju depan pintu. Sambutan hangat dari abang jne terlihat meresahkan, demikian juga pas liat isi kotak yang dikirim.

"Atas nama Lee Siyeon?" Kata pengantar barang itu.

"Bentar guys." Jieun sakuin handphone dan liat si mas tadi terus ngangguk, "iya..kalau boleh tau, kakak saya pasti beli make up lagi ya?"

Si masnya malah senyum canggung dan garuk tengkuknya bingung. "Ah kalau itu...."

"Ada kak Siyeon ternyata~" Yoojung terdengar antusias pas denger percakapan barusan.

"Wah baru liburan langsung shopping-an." Doyeon berkomentar.

Meskipun jarak handphone lumayan jauh, tapi suara mereka tetep kedenger. Si mas yang ikut denger jadi ketawa, melihat hal itu Jieun jadi komplen ke mereka buat ga bicara.

"Bikin malu aja..." gumam Jieun.

Mereka yang dikatain malah ketawa gajelas. Emang pada dasarnya orang aneh.

"Maaf mbak, kalau rumah nomor 48 dimana ya? Saya sekalian mau antar barang ini." Mas itu tunjuk bagian belakang motornya, dimana ada sebuah kotak besar diam disana.

"Nomor 48?" Jieun mikir, "oh di depan.." Jieun tunjuk ke rumah depan-rumah Changmin. Dia diam sebentar dan lanjutin bicaranya, "belok aja sekali...itu rumahnya yang paling keliatan kok-rumah lantai 3 sendiri jadi gaakan bingung."

"Oh gitu ya? Makasih mbak." Si mas pamit dan langsung jalan ke arah yang ditunjuk tadi.

Setelah si mas pergi, ingatan Jieun jadi makin kacau lagi.

Semua keganjalannya tentang Ji Changmin, sedikit demi sedikit akan terungkap.









Malam ini semua keluarga berkumpul diruang tengah. Semua awalnya masih terus bercanda, sampai pada akhirnya Lee Siyeon pamit untuk pergi semua mendesah kecewa.

"Ah ga asik Siyeonnya~" ejek mama.

"Udah kerja mah gitu, sibuk terus." Untuk pertama kalinya Jieun dan Siyeon liat papanya bersikap sok imut kaya gitu.

Kakak Tingkat || Ji Changmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang