3. Canggung

231 36 0
                                    


"Kamu Mama tinggal sebentar ya?"

Umji mengerutkan dahi nya, menghentikan aktivitas makannya. "Mama mau kemana?"

Sehwi tersenyum, sembari menenteng tas selempang berwarna merah. "Mama mau keluar sama Papa"

"Papa kemana?"

"Mama jemput Papa dikantor"

Mendadak Umji hilang nafsu makan, ekspetasi nya mengenai keluarga gugur sudah. Ia kira, dengan kedatangan Jisoo, Papanya akan dirumah.

"Yaudah, Mama pergi. Baik-baik ya dirumah"

Umji mengangguk, menatap nanar punggung Mamanya yang perlahan menjauh dan hilang. Lalu melirik piring didepannya.

Ingin muntah saja, buru-buru ia berlari menuju kamarnya. "Heh, kenapa?"

Umji tersentak, ternyata Jisoo keluar dari kamar dengan handuk yang terbalut dirambutnya. "Siang-siang malah keramas"

Jisoo mendelik tajam, "bukannya menjawab malah mencibir"

Umji bergidik, lalu memasuki kamar nya tanpa mempedulikan teriakan Jisoo yang memekikkan telinga.

"ADIK DURHAKA!"

...

"Ma.."

"Sayang, Jaehyun mau nyamperin kamu"

"Hah?! Buat apa, Ma?!"

"Katanya mau nemenin kamu, balas Budi hari kemarin"

"Ya Ampun, Ma. Kan ada Kak Jisoo juga"

"Kamu sambut gih, mau Dateng kayaknya"

"Ish! Yaudah lah"

Tut! Tut! Tut!

Umji berdecak, panggilan telepon mereka terputus. Kenapa dia lagi? Karena jujur saja, Umji merasa risih saat berada didekat Putra Jung tersebut.

"UMJI, ADA TEMAN MU DISINI!"

Deg!

"Itu pasti Jung Jaehyun.."

...

"Huh! Sudah lama aku tidak bertemu dengan nya"

Gadis berambut Merah panjang itu tersenyum, melirik ponselnya. "Apa dia tidak merindukan ku?"

"Haha.. mungkin dia trauma"

"Hey!"

Gadis red hair itu tersentak, sebuah tepukan ada di bahunya. "Melamun saja? Ada apa?"

Menggeleng pelan, teman gadis itu duduk di samping lalu melirik. "Kau kenapa?"

"Ah, hanya ada sedikit masalah"

"Kau bisa membagikannya padaku"

Gadis red hair itu hanya tersenyum, "tidak, aku tidak mau membebanimu"

"Tidak, kau tak perlu sungkan. Lagipula, masalah mengenai laki-laki--"

"Ya, sudah selesai!" Selanya cepat.

Ia menjadi sensitif ketika membicarakan laki-laki itu, tidak nyaman saja. Ingin kembali, ingin memulai lagi, namun ia sadar. Ini hanya sebatas khayalan.

"Okey, tenang kan dirimu. Aku pergi"

Selepas kepergian temannya itu, ia termenung. Dasar bodoh! Gadis itu sedikit emosi, mengingat betapa bodohnya ia dulu.

Kini, ia menyesal.

Sungguh, jika ia dapat memutar waktu. Ia ingin kembali ke 2 tahun sebelumnya, tepat saat hubungan mereka terjalin sangat erat.

Bucin.

Tapi ia kembali teringat, bahwa ia hanya sebatas khayalan.













TBC
Yuhu!
Akhirnya update jg
Setelah beberapa hari
Maklum in aja ya 😁
See you next chap

❤️

I Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang