Akhir

869 134 61
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk Edith sampai ke perpustakaan yang William maksud. Nafasnya tersengal sengal, karena ia datang kemari sambil berlari karena takut Louis sudah pergi karena terlalu lelah menunggu. Dibuka nya pintu perpustakaan itu dengan sedikit membanting, karena ketidak sabarannya untuk bertemu dengan Louis.

Beruntung, sosok Louis berada tepat di depan mata sang gadis muda. Tubuhnya yang jangkung tengah berdiri sambil membaca buku di antara lemari yang beberapa kali menjadi saksi bisu tentang kisah mereka. Seakan dia sengaja berada di sana, untuk menunggu kedatangan sang gadis.

Mereka menatap satu sama lain tanpa bicara, kerinduan bercampur kebahagiaan terlihat jelas dari sorot mata mereka. Pada akhirnya, mereka dapat bertemu lagi. Edith pun mengambil satu langkah masuk, sedikit demi sedikit mengurangi jarak diantara mereka.

"Edith..." Bagi Edith, mendengarkan Louis mengucapkan namanya lagi terasa seperti keajaiban dari surga.

Sudah berapa lama ia tidak mendengar suara itu? Sudah berapa kali Edith menyelipkan doa agar ia bisa mendengar suara itu menyebutkan namanya lagi? Pikiran Edith dikacaukan dengan perasaan senang yang tak berujung. Sehingga dia mengekspresikannya dengan mengucapkan nama pria yang ia cintai, "...Louis."

Langkah Edith terhenti ketika ujung sepatunya bertemu tepat di ujung sepatu sang pria. Kedua mata mereka masih menatap satu sama lain saat Louis berkata, "Maaf pada hari itu. Aku--"

"Stth, tidak apa apa yang berlalu biarkanlah berlalu." Potong Edith, jari telunjuk di tangan kanannya menyentuh bibir sang pria yang membuat bibirnya tertutup rapat, "Yang terpenting sekarang adalah kau telah kembali padaku. Louis, aku sangat merindukanmu!" Ucap Edith yang tanpa sadar melingkarkan kedua tangannya ke tubuh sang pria. Memeluknya dengan erat seperti seseorang hendak melepaskan pelukannya sewaktu waktu. Buih buih air mata muncul dari kedua mata birunya, layaknya hujan yang mengguyur dunia.

Di sisi lain Louis menjatuhkan buku yang ia pegang, kedua tanganya pula dilingkarkan ke tubuh sang kekasih yang telah kembali. Sudah tidak ada kata apapun lagi yang dapat menggambarkan kebahagiaannya.

Cerita ini diawali di jalanan dan diakhiri di sebuah sudut perpustakaan. Dimana akhirnya si pemuda dapat mendekap si gadis dalam pelukannya. Di bawah cahaya temaram yang terselip lewat cela lemari buku. Bibir mereka pun saling bertemu.

Encounter | Louis x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang