Chapter VII : Father

620 131 16
                                    

Selayaknya sepasang kekasih yang hidup pada era ini.
Salah satu hal yang dilakukan oleh Louis dan Edith ketika menghabiskan waktu bersama adalah berjalan di taman kota. Sebenarnya Edith lebih memilih jika mereka duduk di suatu tempat -mungkin sebuah cafe kecil yang ada di tengah kota sebagai tempat kencan mereka. Dimana mereka dapat duduk berdua untuk membahas buku yang tengah mereka baca sekarang selayaknya anggota sebuah klub buku.

Tapi karena hal yang dialami Edith kemarin, ia meminta Louis untuk tidak bertemu di perpustakaan atau sebuah tempat yang mungkin terlihat oleh salah satu kawan Nona Adams. Karena Edith ingin membicarakannya secara rahasia tanpa ada orang yang dapat menguping lalu melaporkannya kepada sang pengasuh. Louis pun menyarankan bahwa tempat yang paling sempurna untuk membicarakan ini hanyalah berjalan jalan di taman, karena orang orang akan selalu sibuk sendiri jika sudah berada di jalan.

Edith pun menyetujui usul tersebut dan mereka berakhir disini.

"Jadi. Apa yang terjadi?" Tanya Louis, ekspresi si jangkung terlihat datar seperti biasa, namun Edith bisa mengenal sebuah kekhawatiran yang tulus dari nada bicaranya.

"Kemarin malam, Nona Adams-Pengasuhku- menanyakan soal hubungan kita karena diberitahu oleh si penjaga perpustakaan yang berteman dengannya. Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut sih dia akan bertanya seperti itu -dan aku yakin Louis pun demikian-. Jadi aku menjawab segalanya dengan jujur. Tapi yang menggangguku..." Jawab Edith dengan sorot mata yang kini tertuju ke sang kekasih, "Fakta bahwa cara kita dapat bertemu, berkenalan dan berakhir seperti ini membuat ku menyadari satu hal. Meski aku mencintaimu, aku tidak tau apapun soal jati dirimu."

"Ah." Itulah komentar pertama yang Louis lontarkan. "Mungkin aneh jika aku mengatakannya. Tapi aku paham dengan kekhawatiran pengasuhmu. Memang benar, tidak ada orang yang mau menikahkan anak gadisnya dengan seorang pria yang memiliki asal usul yang tidak jelas. Maaf aku sering lupa menceritakan tentang siapa diriku. Soalnya menghabiskan waktu bersamamu sangat menyenangkan." Tambahnya.

Tentu saja Louis paham. Meski posisinya berbeda, namun sosok keluarga yang paling ia cintai, William. Sering mengekspresikan kekhawatiran kepada Louis ketika ia menceritakan soal dirinya dengan Edith. Mulai dari kekhawatiran bahwa suatu hari nanti sang adik akan patah hati dan berimbas kepada kesehatannya[1], sampai kekhawatiran bahwa Edith bukanlah wanita yang seperti Louis lihat. Tapi Louis tau, William bertindak demikian karena semata mata ia menyayangi dirinya.

Dilain pihak, tanpa Edith bisa kendalikan, wajahnya merona merah setelah mendengar kalimat itu.

Sosok tingginya berhenti melangkah yang otomatis membuat Edith pun berlaku demikian. Mata berwarna langit menatap si pemilik mata merah darah, di tengah taman kota yang ramai. Lalu Louis tersenyum kepada kekasihnya dan berkata, "Kalau begitu hari ini, khusus hari ini, mari kita mengenal satu sama lain lebih dalam Nona."

Dikarenakan urusan penting di kota London yang mengharuskannya datang. Si sulung Moriarty, Albert James Moriarty, terpaksa meninggalkan rumah barunya di Durham selama beberapa hari.

Seperti biasa pemandangan kota London membuatnya muak.

Terlepas dari pembangunan yang pesat, kesenjangan antara si miskin dan si kaya ditengah kota terlihat sangat jelas di mata Albert. Di antara gedung gedung yang berdiri kokoh sepanjang jalan, tepatnya di gang kecil yang tidak dipedulikan oleh pejalan kaki yang lalu lalang. Albert akan melihat mereka dari kereta kuda yang ditumpangi, para manusia yang hidup dengan memprihatinkan dan dianggap sebagai sampah yang dapat dipermainkan oleh mereka yang merasa berhak.

Tidak ada seorang pun yang sepatutnya berakhir hidup seperti itu. Seharusnya mereka mendapatkan kesempatan dan keadilan yang sama dengan orang orang yang merasa memiliki derajat lebih tinggi dari mereka karena status sosial yang mereka miliki. Karena itulah dengan segala kemampuan yang ia punya, ia akan membantu William untuk menciptakan dunia barunya. Dunia ideal dimana manusia tidak akan bisa dibeda bedakan oleh status sosial.

Kerumunan orang di salah satu gang kecil tertangkap oleh indra penglihatan Albert saat ia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Selain melihat masyarakat, Albert juga menangkap beberapa petugas polisi berjaga disana. Jika sudah begini, Albert dapat mengasumsikan sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi.

Jadi, sesampainya ia di tempat tujuan. Albert pun meminta seorang pelayan untuk mengambilkannya koran hari ini. Melihat kehebohan masyarakat tadi, yang berkerumun saat siang menjelang, membuat Albert menduga bahwa kejadian tersebut terjadi pada waktu dini hari. Jika kalau sudah begitu, ada kemungkinan besar berita nya telah dimuat pada koran yang terbit pada siang hari ini[2].

Dan benar saja, sebuah berita mengenai penemuan jasad seorang gadis belia yang tak teridentifikasi menjadi topik utama di koran yang ia terima. Dan menurut berita tersebut, ini bukan pertama kalinya terjadi.

"Sepertinya kota ini semakin tidak aman ya." Komentarnya sembari menutup koran yang baru saja ia baca. Albert pun mengalihkan sorotan gioknya ke sang pelayan yang tengah sibuk menuangkan teh ke cangkir, "Tuan, beritahu aku. Sejak kapan kejadian seperti ini terjadi di kota London?"

Sang pelayan nampak berfikir sesaat setelah pelayan itu berdiri dengan tegak. Pelayan itu kemudian menjawab, "Saya tidak ingat sejak kapan pastinya. Tapi kalau tidak salah, kejadian itu terjadi dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini. Saya rasa, sepertinya sampai hari inipun polisi masih belum berhasil menangkap pelakunya."

"Begitu rupanya."

Pembicaraan singkat itu berakhir dan dari pembicaraan itu Albert menyimpulkan, sepertinya kasus ini adalah sesuatu yang layak untuk mendapat perhatian dia dan saudara saudaranya.

"Moriarty?" Komentar dengan nada tak percaya itu muncul di bibir Tuan Woodhouse ketika mendengar nama pria yang dikencani oleh putrinya pada makan malam hari ini.

Kalau tidak salah, Tuan Woodhouse mengetahui bahwa Moriarty merupakan keluarga bangsawan yang baru pindah dari London kemari karena sang anak kedua mengajar di universitas setempat. Tapi, bagaimana bisa putri kesayangannya bertemu dan berkencan dengan seorang pemuda yang memiliki status sosial lebih tinggi dari mereka?

Kedengarannya nyaris tidak dapat dipercaya.

Ia memang membebaskan sang putri untuk hidup, jatuh cinta dan menikah dengan pria pilihannya seperti pesan mendiang sang istri sebelum beliau berpulang. Tapi, mengetahui sang anak gadis bisa saja jatuh ke pelukan seorang penipu -seperti yang diperingatkan oleh sang pengasuh- membuat Tuan Woodhouse juga tidak bisa tinggal diam.

Edith mengangguk, "Benar."

"Edith, ayah tau kamu mencintainya. Tapi apakah kamu yakin bahwa kata katanya bisa kita percayai?" Tuan Woodhouse pun melanjutkan kata dengan hati hati agar tidak menyinggung perasaan putrinya yang sedang kasmaran, "Maksud ayah, tidak mungkin seorang pria berstatus sosial setinggi beliau mau berkumpul -apalagi sampai berkencan- dengan kita yang hanya rakyat jelata."

"Reaksi ayah ternyata persis seperti apa yang Louis katakan tadi siang." Ucap Edith diiringi tawa, "Karena itulah Louis mengundang kita untuk makan malam di rumahnya besok."

Trivia :
[1] Canonically dalam manga Moriarty The Patriot. Louis merupakan anak yang sakit sakitan sewaktu kecil. Menggunakan alasan inilah Albert meyakinkan sang ayah bahwa Louis dan kakaknya, William dapat di adopsi oleh keluarga Moriarty.
[2] Pada zaman Victorian dulu (sampai sekarang di beberapa tempat), beberapa koran yang terbit setiap hari akan diterbitkan pada dua kali yaitu pagi dan siang.

Author's Note :
Hallo! Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih karena sudah komen dan nge vote cerita ini. Maaf hari sabtu ini aku update nya agak kemaleman karena badan rada nggak enak dan belakangan ini aku menghabiskan waktu untuk 'merapikan' rumah lama ku karena rumah nya makin penuh ahahaha. Aku harap kalian enjoy dengan chapter chapter selajutnya karena aku berusaha bikin sedikit drama di fanfic ini (meski kayaknya failed deh :') )

Okay thank you for reading, see you next week.

Encounter | Louis x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang