PROLOG

28 4 3
                                    


Terkadang menjadi dewasa adalah sebuah kutukan besar.

Menjadi dewasa, artinya kamu harus siap menangis seorang diri diantara gelapnya malam. Kamu harus menerima bahwa orang orang di sekitarmu tidaklah sebaik yang kamu kira. Orang tua, sahabat, bahkan kerabat. Menjadi dewasa juga berarti kamu harus siap menerima segala kenyataan bahwa fakta terkadang tidaklah seindah ekspentasi yang selama ini ada dipikiranmu.

Menjadi dewasa itu sangat menyakitkan. Terlebih ketika memilih untuk menjadi dewasa karena sebuah keadaan.

❤❤❤


"Kenapa sih, Ma, Pa kalian ga pisah aja? Angkasa capek dengar kalian ribut terus tiap hari?!"

Cowok berusia tujuh belas tahun itu menyuarakan kekesalannya dari tangga lantai dua. Berharap kedua orang tuanya yang  berada di ruang tengah menyudahi debat mereka. Namun seperti biasa, kehadirannya seperti tidak dianggap oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang mendengarkannya di rumah ini.

Lelaki itu memasuki kamarnya dan berlalu menuju balkon untuk menatap bintang-bintang.

Jujur saja, ia lelah melihat keduanya bertengkar setiap hari. Mendebatkan masalah pekerjaan yang pada dasarnya tidaklah penting untuk di perpanjang.

Angkasa hanya berharap dunianya akan kembali indah seperti dulu lagi.

***

"Cobalah mengerti Sasa, kamu adalah anak sulung. Tugas kamu adalah memberi.contoh yang baik buat Rara, adik kamu. Bukan malah sebaliknya, justru adik kamulah yang memberi contoh untuk kamu!"

"Kalau jadi anak sulung cuma buat aku jadi menderita, lebih baik aku memilih untuk terlahir sebagai anak bungsu, Ma, Pa. Aku juga capek di bandingin terus sama Rara. Rara ini Rara itu, semua Rara. Sasa kapan? Bahkan saat Sasa juara satu di sekolah aja kalian ngak pernah peduliin Sasa!"

"Sasa! Begitukah cara kamu berbicara dengan orang tua? Begitu tidak sopan. Kami seperti ini karena Rara jauh lebih baik dari kamu. Didikan yang kami berikan antara kamu dan Rara itu sama, tapi kenapa sikap Rara jauh lebih baik dibanding kamu? Rara itu sopan, pintar, juga lembut tatakramanya. Sementara kamu malah kebalikan Rara!"

"Kalian egois! Kalian selalu merasa bahwa didikan kalian adalah yang terbaik, tapi nyatanya didikan adalah yang terburuk! Rara Rara Rara dan selalu aja Rara. Sasa benci Rara"

Gadis itu berlari menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Dengan air mata berderai, dikunci cepat pintu kamarnya.

"Kenapa semua harus tentang Rara?! Gue benci mama papa!"

Batusangkar, 3 Juni 2021

Yolla Nabila Fahepy

Elsa, Angkasa, dan DustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang