Lanjutan Buku Ketiga

4.6K 477 19
                                    

"Aku tidak suka sikap hyungmu, apa boleh aku menyiksanya?" Tanyanya ke Haechan yang pasti tidak mendengarkannya.

Kemudian perjalanan dilanjutkan dalam keadaan hening, Haechan yang tertidur, dan taeyong doyoung yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Jujur saja taeyong masih marah dengan doyoung tentang percakapan mereka saat Haechan masih dalam pemeriksaan dengan dokter. Doyoung tau taeyong sedang menahan amarahnya, makanya doyoung lebih baik diam dan menikmati keheningan saat ini sampai mereka tiba di rumah doyoung.

。*゚+*.✧

"Kau tidur di kamar tamu lantai dua. Tidak apa-apa kan tidur sendirian?" Tanya doyoung ke Haechan. Haechan yang masih tak bertenaga itu hanya memberi senyuman tipisnya yang bertanda ia tak apa.

Hari demi hari dan tanpa sadar Haechan dan taeyong sudah menumpang di rumah doyoung selama 3 minggu. Dan Haechan masih tidak paham kenapa ia dan hyungnya menumpang dirumah teman hyungnya, jika Haechan bertanya pasti jawabannya 'rumah kita sedang di renovasi' Haechan hanya mengangguk pura-pura paham saja. Haechan tau hyungnya berbohong, karena sebelum meninggalkan rumahnya Haechan hanya melihat kamarnya saja yang seperti kapal pecah.

Jadi bukankah bisa ia dan hyungnya tak perlu merepotkan teman hyungnya? Renovasi kamarnya tak memakan waktu lama, walaupun lama bukankah Haechan bisa menumpang di kamar hyungnya dulu?

Tepat setelah sebulan Haechan dan hyungnya menumpang di rumah doyoung hyung, kini mereka berdua kembali kerumah mereka sendiri. Haechan berjalan dengan santai ke arah kamar nya, tangga demi tangga Haechan langkahi jantungnya semakin berdegup kencang, jangan tanya karena apa, Haechan juga tidak tau alasan ia gugup saat ini. Yang pasti tujuan Haechan ke kamarnya hanya ingin melihat boneka miliknya yang ia tinggalkan sendirian di kamarnya. Namun sesampai di kamarnya Haechan, Haechan tidak menemukan apa yang ia cari.

"Sudah aku bilang, aku tidak mau apapun, siapapun selain boneka yang kau buang! Tidakkah hyung mengerti!" teriak frustasi Haechan kepada hyungnya dan tak lupa air mata yang terus menetes.

Boneka yang Haechan maksud adalah boneka pemberian seorang nenek, ya seorang nenek yang Haechan lupa wujud seorang nenek tersebut. Bahkan Haechan lupa bagaimana bisa ia mendapatkan boneka tersebut.

"Haechan, boneka itu punya pengaruh buruk untuk mu. Tidakkah kau sadar itu? Kau selalu bangun dari tidur dengan wajah pucat mu dan tubuhmu yang tak bertenaga. Jangan lupakan merah-merah yang ada hampir di seluruh tubuhmu." Haechan tidak mendengarkan penjelasan hyungnya, ia sibuk dengan rasa cemasnya tentang bonekanya yang telah dibuang oleh hyungnya tanpa ia tau.

Suara nada dering handphone berbunyi, taeyong mengambil handphonenya dari kantong celananya dan melihat nama pacar nya. Taeyong menghela nafas, sebenarnya taeyong ingin mengabaikan panggilan telepon dari pacarnya dan fokus ke Haechan terlebih dahulu. Tapi, taeyong juga tidak mau menyia-nyiakan waktu pacarnya yang rela menelpon taeyong di sela kesibukannya. Taeyong dan pacarnya ldr beda negara, dan itu menjadi salah satu alasan mereka jarang berkomunikasi.

"Kau.... tenangkan dirimu terlebih dahulu, hyung akan kembali setelah selesai berbicara dengan jaehyun." Ucap taeyong, setelah itu pergi meninggalkan Haechan di kamarnya.

Jaehyun?

Jaehyun?

Jaehyun hyung?

Mendadak pikiran Haechan kosong saat mendengar nama yang hyungnya sebut.

"Jaehyun hyung" lirih Haechan.

Kemudian bayang-bayangan seorang murid di suatu sekolah, seorang perempuan dengan rambut panjang di perpustakaan, lukisan seorang nenek tua, dan juga seorang pria yang tersenyum ke arahnya dengan dimples dan tangan kekarnya yang mengelus rambut nya dengan lembut.

Air mata Haechan yang tadinya sudah tidak mengalir di pipinya sekarang kembali mengalir. Haechan menangis, kali ini bukan karena boneka yang sudah di buang hyungnya. Melainkan menangis karena ia ingat alasan kenapa dia berada disini. Haechan menghapus air mata nya kemudian berlari keluar untuk menemui taeyong hyungnya namun tidak bisa, hyungnya mengunci pintu kamarnya. Haechan mengedor pintunya sekuat tenaga dan berteriak meminta hyungnya membuka pintu kamarnya sekarang.

"Aku tau kau bisa melakukan lebih."

Bisikkan yang telah lama tidak Haechan dengar kembali muncul. Haechan membalikkan badannya ke belakang, tidak ada apa-apa hanya ada suara hembusan angin yang cukup kencang dari arah luar jendelanya.

"Kau butuh bantuanku?" Bisikkan itu lagi, Haechan menghadap ke kirinya karena bisikkan itu seperti terdengar dari telinga kirinya. Tatapan Haechan kosong begitu saja dan juga pikirannya. Tanpa Haechan sadari, dia sudah berjalan menuju jendelanya.

Haechan mulai menaiki palang jendelanya, sudah bersiap untuk terjun ke tanah namun ditahan oleh tangan seseorang. "Haechan! Sadar lah!" Teriak doyoung ke Haechan. Haechan menepis tangan kasar doyoung dengan tatapan kosongnya. Doyoung kembali menggenggam tangan Haechan dengan erat.

"Jaemin berhenti mengganggu pikiran Haechan!" Teriak doyoung lagi tanpa tau dimana seseorang kasat mata itu berdiri. Orang yang di teriaki doyoung terus melakukan aksinya, mengontrol pikiran Haechan untuk melakukan yang ia mau.

Melukai Haechan.


;TBC


Get Into The Storybook - (Haechan Harem)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang