rain day

967 37 2
                                    

'Aku benci ketika hujan turun' gerutu pemuda manis itu, sesaat setelah dia turun dari motor dan berteduh di halte samping jalan raya.

'Kau membenci semua musim bukan?' bright membalas ucapan si manis diselingi dengan kekehan 'saat panas kau akan mengeluh kepanasan, saat hujan kau akan mengeluh kau kebasahan' lanjut bright masih dengan kekehanya dan menepuk ruang kosong di sampingnya mengisyaratkan agar si manis ikut mendudukan dirinya di bangku panjang halte itu.

'Coba saja kau bayangkan saat kau berjalan di bawah panas kau akan berkeringat dan ayolah itu sangat lengket dan menyebalkan, lalu saat hujan kau hanya bisa berteduh seperti yang kita lakukan saat ini, menghambat perjalanan kita saja'
si manis mengerucutkan bibirnya setelah mengatakan keluhannya membuat bright gemas dan mengusak surai hitam si kekasih manis nya.

'Ahh hentikan, kau membuatnya berantakan' lagi dan lagi si manis mengeluh dan bright hanya tertawa melihat kelakuan kekasihnya itu.

'bisakah kau berhenti mengeluh dan nikmati saja keadaan kita sekarang'

'Oh apa-apaan, apa aku terdengar mengeluh saat ini'

'Lalu apakah kau sedang membuat puisi sejak tadi?!' tanya bright dengan nada sarkas nya.

'Kau menyebalkan' sahut si manis dengan bibir semakin mengerucut lalu mesedakapkan tanganya di depan dada tanda bahwa dia sedang merajuk, dan itu membuat bright semakn gemas di buatnya.

'astaga kenapa kau sangat menggegmaskan, metawin' bright mengatakan hal itu sambil mencubit pipi gembul kekasihnya itu yang di balas cebikan dari metawin.
.
.
.
.
.
.
20 menit berlalu

'Astaga kapan ini akan berhenti, aku sudah hampir berjamur karna terus-terusan duduk dan menunggu hujan redah' si manis kembali dengan keluhannya.

'Kau ingin kita menerobos hujan?' bright masih dengan sabarnya memberi saran pada si manis.

'Apa kau gila, tentu saja tidak. Baju kita akan basah dan bagaimana kalo kita sakit?' balas si manis sengit.

'Jika kau lupa pakaian kita sudah basag, win. Dan Oh ayolah win, hujannya tidak terlalu lebat dan kost an kita hanya beberapa meter saja dari sini, itu tidak akan membuat kita basah kuyup. Dan sakit? Astaga kau berlebihan' sergah bright.

Metawin diam dan terlihat tengah mempertimbangkan pilihannya, apakah dia akan tetap menunggu sampai hujan benar - benar reda, atau menerobos hujan yang bright katakan tidak terlalu deras dan tak akan membuat dirinya dan bright basah kuyup.

setelah berpikir hampir seabad win menolehkan kepalanya pada bright dan menatap nya dengan insten, merasa sedang di perhatikan bright menolehkan kepalanya pada lelaki manis yg sedang menatapnya itu.

'Apa kau sudah selesai berpikir?' tanya bright dan yang ditanya hanya diam.

'Jadi?!' kembali bright layangkan pertanyaan yang kali ini di jawab anggukan oleh si manis.

'Ayok terobos sajaa, lagipula kita tidak punya pilihan lain kan' akhirnya setelah penantian yang panjang pikir bright.

Bright terkekeh dan bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tanganya pada si manis untuk dia bantu berdiri.

'ayok' ajaknya.

yg di sambut gembira oleh si manis. Meski win sangat menyebalkan dengan segala keluhannya tetapi hal itu akan selalu terlihat menggemaskan Untuk bright, lalu bagaimana bisa bright marah akan hal itu?! Oh tentu saja itu tidak mungkin dia sudah menjadi bucin akut pada si manis.



Asatag gue nulis apa ini!? Maapkan kegabutan ini. Bye

Brightwin One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang