Seusai perkuliahan seperti biasa kumenunggu sopir pribadiku untuk menjemputku. Saking baiknya sopirku itu, selalu membawa orang untuk ikutan naik ke bus mini ini. *angkutan maksudnya 😂😄😂😄😂😄😂😄
“Woi, anak bawang” seru Edfan dari kejauhan sudah mengataiku. Aku tersenyum kecut ke arahnya, apalagi setelah tahu tuh makhluk bawa makhluk cewek di sebelahnya. “Ngapain lu di situ, nggak pulang?” tanyanya.
“Bukan urusan lo” ucapku manyun.
Edfan kini tersenyum penuh kepuasan sudah membuatku kesal. Ia menghampiriku dengan senyum kemenangan. Cewek di sebelahnya pun nggak tanggung-tanggung buat ikutan menertawaiku, memangnya lucu apa ya. Nih dua makhluk bisa nggak ya menghilang dari hadapanku. Walau benar si Edfan gantengnya nggak ketulungan tapi sifatnya yang seperti ini yang membuatku langsung illfell banget deh, ya. Oh enough.
“Woi, anak bawang, nggak pulang apa? Udah jam segini lho” ucapnya lagi yang kini berjalan mendekat ke arahku.
“Bukan urusan lo, pulang sana” usirku kesal.
“Yah gitu, marahkah dikau wahai little onion” ucapnya sambil mencolek daguku.
“Heeiiii!!! Bisa nggak, nggak ngatain anak bawang lagi? Orang tua gue itu udah milih nama buat gue susah-susah mungkin sampai puasa 40 hari, lo main ganti nama seenaknya aja” rutukku kesal.
“Yah…marah, kalau ngambek jelek tahu” timpalnya.
Tetep aja nih muka masih kutekuk kayak kertas lecek jatuh di comberan. “Ck, nggak enak dah kalo gini, udah ah balik. Yuk Shel balik, lo mo gue anterin atau…” Edfan berbicara dengan gadis di sebelahnya.
“Gue balik sendiri aja deh” ucapnya manis. Nih cewek benar-benar sempurna, tutur katanya lembut dan enak didengar, pantes nih makhluk betah nempel sama nih cewek. Atau jangan-jangan mereka udah pacaran tanpa sepengetahuanku.
Belum selesai aku mengagumi keindahan cewek sempurna ini, tiba-tiba sebuah mobil melaju cukup kencang dan menabraknya. Membawa tubuh yang bagai model itu terpelanting jauh dan bersimbah darah.
Aku dan Edfan yang melihat kejadian itu sampai tak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Orang yang baru saja bersama kami, sudah pergi begitu cepat. Memang kematian adalah misteri dunia, ia datang tak terduga. Edfan langsung berlari menghampiri gadis tersebut dan aku mencoba menghubungi ambulans.
Beberapa hari setelah kecelakaan tersebut. Edfan sering sekali murung, entah apa sebabnya aku juga kurang tahu. Tapi menurutku adalah karena kematian Shella, yang membuatnya jadi seperti ini.
“Hei, kog ngelamun aja sih…ayamnya beranak ntar” ucapku ngocol yang ngeliat Edfan memandangi ayam goreng di depannya dengan tatapan kosong.
Ia terkejut, senyum sekilas. “Idih, pelit amat sih, koment dikit napa?” ucapku sambil menyomot daging ayam miliknya. “Bagi ya, punya gue abis daripada lo pantengin akhirnya beranak, nggak jadi makan deh gue”
Edfan tidak menanggapi. “Ngapain sih lu manyun mulu? Ini kan lagi liburan lo nggak happy apa ya? Lo masih kepikiran waktu itu, ya?” ucapku setelah menghabiskan ayam gorengnya.
Edfan terhenyak dari lamunannya, “Lo beneran suka ya, sama Shella?” tanyaku terus menerus.
Edfan malah marah dan mengusirku pergi. “Pergi sana anak bawang, nggak usah deh sok tahu masalah orang. Makan saja sana, terus tidur. Nggak usah keluyuran malem-malem” ucapnya sambil pergi meninggalkan aku.
“Yeee…emangnya gue bocah ingusan” gerutuku kesal. “Hidup itu harus dinikmati selagi kita muda, apalagi liburan gini, rugi kalau cuma ngelamun doang”
“Lo gampang Kay bilang gitu, Si Edfan mah susah. Dia bener-bener kehilangan sosok Shella, cewek pujaannya” sambar Nit-nit yang ikut nimbrung di meja makanku.
“Jadi beneran tuh bocah naksir sama Shella?” kataku seraya tak percaya kata-kata Reinita. Reinita cuma ngangguk doang.
Sedangkan, Aku masih benar-benar kaget dengan fakta yang barusan disampaikan oleh Reinita. Cowok seperti Edfan bisa bener-bener serius suka sama cewek? Padahal selama ini dia cuma bisa tebar pesona kemana-mana dan suka ngejalin hubungan dengan banyak cewek tapi tanpa status. Yah bisa dibilang tuh anak playboy, tapi nggak juga seratus persen salah Edfan, ceweknya juga mau hubungan tanpa status.
Keesokan harinya, aku seperti biasa tiap pagi harus jogging di manapun itu, yang penting kakiku jalan beberapa ribu langkah, biar nggak osteoporosis muda. Aku melihat Edfan termenung di bawah pohon sambil memperhatikan sebuah kalung di tangannya. Aku mendekatinya, “woi, lagi ngapain? Sendirian aja, gue temenin ya?”
“Gue lagi pengen sendirian. Pergi sana gih” usirnya sambil mendorong tubuhku menjauhinya.
“Iya deh gue pergi, oya ada sesuatu yang pengen gue bilang sama lo, gue semalem mimpiin si Shella, dia bilang gini sama gue, sesuatu yang sudah pergi jangan dilihat lagi tataplah sesuatu yang ada didepanmu sekarang, jangan larut dalam kesedihan semu. Gue nggak ngerti juga apa kata-katanya tapi begitulah pesannya. Gue pergi ya, bye” ucapku yang kemudian melanjutkan berjogging ria di pinggir laut.
Seperti terbentur timbangan 1000 ton *gagar otak dong* Edfan menyadari kebodohannya selama ini, ia pun memilih untuk kembali lagi menjadi Edfan si cowok easy going and playboy gila. Walaupun sering kali ia masih sedih jika ada seseorang yang membahas soal Shella di hadapannya.
Pulang dari jogging aku dikejutkan sama si playboy tengil itu. “Woi, anak bawang!” serunya dari belakang. Aku kaget bukan main, sampai-sampai aku hampir terjengkang kesamping, untung tuh bocah narik tangan aku jadi insiden jatuh tidak terjadi sama sekali. “Eits….ati-ati dong” ucapnya tanpa dosa.
“Yeee…lu sih ngagetin gue” ucapku sambil mendorong tubuh Edfan pelan.
Edfan tersenyum, “dari mana aja lu bocah?” ucapnya sambil mengacak pelan rambutku.
Aku kesal, kurapikan kembali rambutku sambil manyun kuda. “Lu pikir rambut gue ini sayur urap main aduk seenaknya. Gue dari pantai ngapain nanya-nanya, bukannya tadi barusan ngusir gue?” keluhku.
“Yee…maaf deh kalo gitu. Lo boleh kog minta bantuan apa aja sama gue bakal gue jabanin, sebagai permintaan maaf” ungkapnya.
“Beneran?”
“Bener” ucapnya mantap.
“Okey…tapi untuk saat ini sih nggak ada lain kali aja deh ya, bye” ucapku sambil melenggang bak penjual sayur di pasar.
#####
Maap bahasa gado-gado...happy reading
![](https://img.wattpad.com/cover/250694121-288-k498780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayanara
Teen Fiction"Gue mau lo.....ngajarin gue ciuman?" bisikku pelan. "CIUMAN!!" teriak Edfan shock. Aku memukul kepalanya keras. "Jangan kenceng-kenceng napa? Semua orang bisa denger" "Lagian lo aneh, lo beneran minta diajarin ciuman? Sama gue?" ia menunjuk hidung...