"Aku gapapa, paman," balas Trisha dengan lesu.
"Kamu sepertinya demam, ya?" tanya paman sembari menaruh tangannya di kening Trisha.
"Aduh, kamu panas sekali, Nak, sepertinya kamu demam tinggi, ayo cepat ke rumah sakit!" ujar paman dengan serius.
"Tidak usah paman, Trisha tidak mau merepotkan paman," balas Trisha.
"Ayolah, Nak, tidak apa-apa, ini kan juga untuk kesehatanmu," ucap paman dengan meyakinkan.
Akhirnya, Trisha mengiyakan dan paman Trisha langsung membawanya ke rumah sakit. Trisha langsung dibawa ke IGD karena ia sudah sangat lemas. Para dokter dan suster langsung memeriksanya. Sembari Trisha diberi infus, paman Trisha hanya dapat menunggu di luar, tak lama seorang suster pun menghampiri paman Trisha.
"Permisi, Pak, saya ingin menginformasikan bahwa ananda Trisha mengidap demam berdarah dan kami sarankan untuk rawat inap," ucap suster tersebut.
"Astaga, Sus, kalau rawat inap saya tidak sanggup, uang saya hanya cukup untuk makan sehari-hari—"
Seketika, terlihat seorang dokter yang memeriksa Trisha tadi keluar menemui Paman Trisha.
"Paman tenang saja ya, saya akan bersedia membayar semua biaya pengobatan Trisha," ucap dokter tersebut.
"Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih banyak, Nak," ucap Paman Trisha sambil terisak-isak mengucap syukur.
"Terima kasih kembali, Pak. Trisha anak yang sangat baik sampai dulu saya pernah diberi uang untuk menjual koran agar saya tidak mengemis, saya tidak tahu lagi, Pak, kalau tidak ada Trisha," balas Ardya selaku dokter yang memeriksa Trisha.
Kebaikan Trisha selalu diingat oleh Ardya. Ia berpikir, bagaimana hidupnya jika dulu tidak ada Trisha. Kini, mereka bertemu lagi dengan saling menautkan kebaikan abadi yang membawakan mereka ke janji yang suci.
YOU ARE READING
Titik Tumpu Trisha - [COMPLETED]
Short StoryMengisahkan tentang dua insan yang bertemu dengan tujuan dan latar belakang yang sama. Namun, mereka dihadapi dengan masalah yang harus membawa kata "merelakan" Apakah mereka akan bersama lagi?