Langit biru dengan awan cerah seolah menjadi saksi antara Arga dan Alana. Angin yang sejuk dengan putik bunga yang berguguran pun menambah kesan romantis antara mereka berdua.
"Sebenernya gue..."
"Iya kamu kenapa?" tanya Alana dengan suara lembutnya.
"Gue... kebelet, Al. Lo tunggu disini sebentar ya gue mau ke toilet". Arga bangun dari duduknya lalu berjalan cepat ke arah toilet. Alana menghela nafasnya kesal, hampir saja Arga membuatnya terbang ke langit.
Alana mengibas-ngibaskan tangannya karena tiba-tiba oksigen yang ada disekitarnya berkurang.
"Alana, kamu itu mikir apa si ngga mungkin seorang Arga suka dan mau menyatakan perasaannya ke kamu. Kalian cuma sebatas temen ngga lebih", batin Alana.
Entah mengapa tiba-tiba Alana berfikir seperti itu, seharusnya Ia memikirkan bagaimana nasibnya nanti karena tidak mengikuti pembelajaran matematika hari ini. Bisa-bisa nilainya semakin berkurang, "Arggh.. ini semua gara-gara Arga, ngapain coba tadi dia kaya gitu aku kan jadi kena imbasnya juga".
Lima belas menit berlalu namun Arga tak kunjung tiba, apa toilet disekolahnya ini jauh sekali sampai harus memakan waktu sebanyak itu. Alana mulai gusar karena menunggu Arga yang tidak pasti kapan kemunculannya.
"Arga kenapa lama banget ya? Bikin nambah badmood aja!" Alana menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya terus memandang jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya.
Di sisi lain, Arga baru saja keluar dari dalam toilet merasa lega karena telah membuang hajatnya. Lalu kaki jenjangnya melenggang ke arah kantin, dengan santainya Ia berjalan melewati ruang demi ruang kelas yang sedang melaksankan kegiatan belajar mengajar.
Sesampainya di kantin Ia langsung memesan satu porsi makanan dan juga minum.
"Kok kaya ada yang ketinggalan tapi apa ya?" Batin Arga, kedua tangannya mengecek saku yang berada di kemeja dan celana sekolahnya barangkali ada yang tertinggal di toilet.
"Handphone ada"
"Dompet ada"
"Kunci motor juga ada"
Arga mencoba untuk mengingat kembali apa yang tertinggal, dan...
Plakkk
Arga menepuk jidatnya agak keras sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Mati gue! Gue ninggalin Alana di taman sendirian"
Arga langsung berlari secepat mungkin menuju taman belakang, dengan sesekali menyapa guru yang berlalu lalang di koridor sekolah. Untungnya gadis itu masih setia menunggunya di sana, Ia memperlambat langkahnya menghampiri Alana yang sedari tadi lelah menunggu Arga.
"22 menit 18 detik"
"Sorry Al, tadi gue lupa kalo lo masih ada disini hehe." Arga tersenyum kikuk sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Alana hanya bisa menghela nafas melihat perilaku Arga yang menurutnya memang sangat menyebalkan.
***
Jarum jam menunjukan pukul 15.05, bel pulang sekolah berbunyi sekitar 20 menit lagi. Alana dan Arga sudah dibolehkan masuk kelas karena sudah berganti mata pelajaran. Semua siswa memfokuskan pandangannya ke depan kelas, seorang guru sedang menjelaskan materi yang cukup panjang.
"Perasaan aku kenapa jadi ngga enak gini ya?" Batin Alana cemas.
"Kenapa aku jadi kepikiran bapak sama ibu,"
"Apa ada yang terjadi sesuatu disana?"
"Stop Alana! Mungkin itu cuma perasaan kamu aja"
Sebisa mungkin Alana menenangkan pikirannya dan kembali fokus ke materi yang ada di papan tulis.
Tok-tok...
"Permisi Bu, saya kesini mau memanggil siswa yang bernama Alana," Seorang lelaki dewasa berseragam PNS itu berada di ambang pintu dan mengedarkan pamdangannya mencari Alana.
"Siswa yang bernama Alana bisa mengikuti Pak Irwan, silahkan." Ujar Guru yang menerangkan materi di depan.
Alana yang terpanggil pun langsung berdiri dan berpamitan untuk keluar kelas. Arga menyerngitkan dahinya cemas, apakah ini semua ada hubungannya dengan perilakunya tadi pagi.
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, para siswa pun berkemas membereskan meja memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas. Satu per satu siswa keluar meninggalkan kelas.
Arga merasa cemas pasalnya gadis yang duduk di depannya itu belum juga kembali ke kelas. Siapa lagi kalau bukan Alana, Ia pun berinisiatif membantu memasukkan buku Alana ke dalam tas.
Tiba-tiba Alana datang dengan nafas yang tersenggal dan juga air mata yang mengalir deras. Tanpa sepatah kata pun Alana mengambil tasnya dan kembali berlari meninggalkan Arga.
"ALANA LO KENAPA!"
Tanya Arga dengan suara yang cukup keras namun Alana tetap tak menggubrisnya.
Arga pun ikut berlari keluar kelas mengejar Alana mengedarkan pandangannya mencari gadis itu namun Ia telah kehilangan jejak.
"Cepet banget dah tu anak larinya, yaudah deh besok aja Gue nanya ke dia," Pasrah Arga dan memilih menuju parkiran untuk mengambil motornya.
***
Matahari mulai terbenam menenggelamkan sinarnya di sebelah barat menampilkan warna senja yang amat indah. Kini Arga tengah berada di balkon kamarnya, menatap langit berwarna orange di sela-sela gedung kota Jakarta. Raganya yang tenang dirumah berbanding terbalik dengan fikirannya yang entah sudah kemana. Gadis yang akhir-akhir ini menganggu fikirannya tidak ada kabar sama sekali, setelah meninggalkan Arga tanpa sepatah kata pun Alana hingga saat ini tidak kunjung membalas pesan yang Arga kirimkan.
Entah sudah berapa puluh pesan yang Arga kirim namun tetap sama, tidak ada satu pun pesan yang mendapat balasan. Rasa khawatir semakin memuncak dalam dirinya, membuatnya gusar bahkan tidak nafsu makan karena terlalu keras memikirkan Alana.
"Lo kemana si, Al."
"Gue khawatir banget sama Lo."
"Udah tiga hari Lo ngga masuk sekolah."
Hari sudah semakin sore, Arga memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.
***
Hallo, apa kabar semuanya? hehehe
Maaf nih baru bisa update segitu karna emang lagi sibuk banget.
Jangan lupa vote dan komen
Jangan lupa juga follow instagram
@ismnwy
See u ♡
![](https://img.wattpad.com/cover/180650822-288-k409745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana
أدب المراهقينWaktu sungguh sesuatu yang menakutkan, waktu bisa menyembuhkan apapun. Tak peduli itu baik ataupun kenangan yang buruk. Waktu akan menghapus semua kenangan, meninggalkan luka samar pada kita.