"Kenapa ya Tuhan! Kenapa harus secepat ini, kenapa harus aku yang kaya gini," seorang gadis terduduk di samping ranjang sembari memeluk foto yang entah sudah berapa kali membuat air matanya jatuh.
"Semua perjuanganku seakan sia-sia, ya Tuhan!"
Tangisnya semakin pecah, isakan demi isakan yang keluar dari mulutnya semakin tak terkontrol. Ini adalah kali pertamanya kehilangan seseorang yang paling ia sayang. Laki-laki pertama yang ia cintai di hidupnya, yang selalu memberinya semangat, memberinya perhatian dalam hal sekecil apapun.
***
"Arga bangun, udah siang! Kamu ga berangkat ke sekolah?" Seorang wanita paruh baya menepuk-nepuk badan yang tertutup selimut berharap si empunya bangun.
Arga menggeliat di atas kasur, merasa terganggu dengan suara cempreng yang sedari tadi membangunkannya. Siapa lagi kalau bukan Mirna, ibunya.
"Argaaa! Mama hitung sampe tiga kalo kamu tetep ga mau bangun Mama siram ya!"
Hoaammm
"Aku males sekolah Ma, di sekolah ga ada Alana," ujar Arga dengan mata setengah tertutup.
"Alana? Siapa dia?"
Mata yang setengah terbuka itu kembali tertutup.
"Arga kok malah tidur lagi sih! Siapa Alana?"
"Hah? Emang tadi aku ngomong apa Ma?", Arga mengganti posisi nya menjadi duduk mengumpulkan nyawanya yang masih menyebar.
"Kamu tuh ya pagi-pagi udah bikin emosi aja! Udah sana mandi, Mama tunggu di meja makan."
Ujar Mirna karena sudah tersulut emosi lalu meninggalkan Arga di kamar.
Arga hanya bisa tersenyum tipis, "Ibu negara udah ngambek", lalu ia memutuskan untuk mandi dan bersiap ke sekolah.
Setelah 20 menit menjalankan ritual paginya, kini Arga sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menuruni anak tangga dengan sedikit berlari karena jam sudah menunjukkan pukul 06.50 yang artinya 10 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup.
Ketika sampai di meja makan ia hanya berpamitan dengan orang tuanya tanpa menyentuh sarapan yang sudah di siapkan.
"Ma, Pa. Aku berangkat dulu ya udah telat." Arga mencium tangan Papa nya setelah itu Mama nya.
"Ya udah hati-hati naik motornya jangan ngebut," ujar Mama Arga dan di angguki oleh Papanya.
"Kalo ga ngebut ga sampe sekolah dong Ma."
"Iya deh terserah kamu."
Mama Arga mengalah karena jika Ia layani akan semakin panjang masalahnya.
***
Arga kini sudah berada di sekolah tepatnya di dalam kelas, ia sedang berkutik dengan ponsel nya memandangi puluhan pesan yang tidak ada balasan.
To, Alana.
Al, Lo ga berangkat hari ini?
Chat gue kenapa ga pernah di bales sih, Al
Udah empat hari Lo ga masuk sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana
أدب المراهقينWaktu sungguh sesuatu yang menakutkan, waktu bisa menyembuhkan apapun. Tak peduli itu baik ataupun kenangan yang buruk. Waktu akan menghapus semua kenangan, meninggalkan luka samar pada kita.