Dengan balutan baju koko berwarna putih serta sarung berwarna hijau tua, malam itu Fatih sedang berjalan menuju rumahnya setelah melaksanakan salat isya di masjid yang jaraknya cukup dekat dengan rumahnya. Suasana jalan kala itu sangat sepi, Fatih hanya ditemani lampu jalan yang cahayanya cukup terang.
TIN!
Suara klakson yang cukup nyaring dari motor yang arahnya dari belakang Fatih. Fatih langsung menghentikan langkahnya dan memutar badannya 180 derajat. Sang pengendara motor itu tak lain adalah sang ayah, Ridwan.
Setelah mengetahui bahwa itu sang ayah, tarikan senyuman indah muncul di wajah Fatih. Fatih bahagia saat itu, karena kegelisahannya terhadap sang ayah sudah hilang. Ridwan tak biasanya pulang melebihi pukul 18.00
"Ayo naik!" ajak Ridwan.
Tanpa membalas satu katapun Fatih langsung mengiyakan ajakan sang ayah.
"Kok ayah tumben pulang jam segini?" tanya Fatih sembari sedikit memajukan kepalanya, agar sang ayah bisa mendengar lebih jelas.
"Tadi ada kerjaan tambahan," jawab Ridwan.
Fatih hanya mengangguk seolah ia paham.
Kurang dari satu menit, mereka sampai di rumah. Rumah yang cukup sederhana, jauh dari kata mewah, tapi layak untuk dihuni.
Mendengar suara motor yang pasti tak asing baginya. Keisha, adik dari Fatih langsung membukakan pintu rumah selebar-lebarnya agar motor sang ayah bisa langsung masuk rumah, mereka memang tak mempunyai bagasi. Tapi, setidaknya ada ruang untuk menyimpan motor tua itu di ruang tamu.
Setelah semuanya masuk rumah, Keisha kembali menutup pintu rumah.
"Ayo yah makan malem!" ajak Keisha penuh semangat.
"Ayah mandi dulu, salat dulu, baru kita makan!" jawab Ridwan sembari membuka sepatunya.
"Tau nih bocah," tambah Fatih sembari mengacak kerudung Keisha.
"Hish! Kak Fatih! Kerudung Keisha jadi maju banget kan!" kata Keisha dengan nada kesalnya.
Kejahilan Fatih tak sampai disitu, ketika ia berjalan di belakang Keisha yang sedang membenarkan kerudungnya, Fatih kembali menjahilinya dengan menarik kerudung Keisha dari arah belakang.
"KAK FATIH!" teriak kesal Keisha sembari mengejar Fatih yang ternyata sudah lari terlebih dahulu.
Setelah mendengar teriakan keras Keisha, Melinda sang ibu keluar dari kamarnya dengan menggunakan daster dengan motif batik.
"Udah malem jangan lari-larian Keisha, kakak!" kata Melinda.
Langkah Melinda membawanya pada sang suami yang tengah duduk bersandar.
"Keliatannya ada yang capek banget nih!" gurau Melinda.
Ridwan menatap Melinda dengan tatapan sinis, "wisss! Ampun bang jago," Melinda kembali menggoda sang suami.
"Nih taro," ucap Ridwan sembari menyodorkan tasnya, "terus rapihin sepatu! Aku mau mandi!" lanjut Ridwan.
Dengan sigap Melinda menerima tas itu, "siap pak bos!" balas Melinda dengan nada bak pasukan yang diperintah kaptennya.
Di samping itu, Fatih dan Keisha sedang merehatkan badan di ruang televisi, duduk dilantai sembari menikmati acara televisi malam itu dan kipas angin yang diputar dengan kecepatan sedang, nampak pula Keisha sangat kelelahan, tarikan napasnya pun tak teratur.
"Alah gitu doang capek! Lemah!" ucap Fatih sembari memasang muka songong nya.
"Aku cewek! Umur aku juga masih 14 tahun kalau ditanding sama kakak ya jelas kalah lah," kata Keisha dengan penuh emosi, "dasar! Ganteng tapi bodoh!" lanjut Keisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Love From Fatih
Teen FictionIni bukan sekedar cerita seorang pria yang berusaha mendapatkan hati sang wanita. Ini lebih daripada itu! Ketika banyak masalah yang terjadi pada keluarganya, ketulusan cinta Fatih terhadap keluarganya sangat diuji, terlebih lagi sang ayah yang har...