TLFF 4

9 7 0
                                        

Fatih dan Luna sudah duduk di sofa rumah Galih yang megah. Di sana juga nampak ada orangtua Galih yang tengah berbincang dengan Fatih tentang kronologi bagaimana Galih bisa luka-luka seperti itu, tak lupa Fatih pun meminta maaf atas itu.

Sudah satu jam Fatih dan Luna di rumah Galih, kini saatnya mereka pamit. Fatih dan Luna tengah berjalan dengan sejajar menuju gerbang rumah Galih yang cukup berjarak dari rumahnya.

"Fatih" Luna membuka obrolan.

"Iya ada apa?" tanya Fatih yang sibuk menendang kerikil-kerikil yang ada di bawah.

"Makan yuk?"

Ajakan luna tadi membuat fatih menghentikan langkahnya, dan menatap luna yang ada disampingnya dengan tatapan terkejutnya.

"Sekarang?"

Luna tersenyum canggung, "iya."

"Tapi sekarang saya gak ada uang. Kan tadi semua uang saya, saya kasih ke anak yatim yang tadi," fatih juga memasang muka canggungnya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Dua sudut bibir luna tertarik, "gue telaktir!"

***

Fatih terlihat sangat menikmati makanan yang ia pesan bersama luna di restoran cepat saji itu. Luna yang duduk dihadapannya, ia sempatkan mengambil foto fatih diam-diam dengan dalih sedang scroll aplikasi toko online. Hayo siapa yang sering curi-curi foto cowok yang disukai?

"Makan luna! Itu sayang gak dimakan! Main hp mulu!" pintah Fatih sembari menatap luna dengan polos.

"Gue sayang nya ke lu!" celetuk luna tanpa ia sadari.

"Hah?" fatih melongo saat itu juga.

"Gak! Gue bercanda jangan bawa serius!" Ah! Mengelak saja!.

'IYA GUE SAYANG SAMA LU!' teriak luna dalam batinnya.

Suara notifikasi ponsel luna berbunyi, ada pesan masuk dari galih.

Galih Geuleuh

Lun, nanti malem kampus kakak gue ngadain semacam festival musik gitu, dateng yuk! Ajak fatih sekalian. Gue tunggu jam 8!

Setelah menerima pesan itu luna langsung memberitahu fatih. Sebenarnya fatih sempat nolak, tapi dengan paksaan yang cukup alot dari luna, yasudah ia meniyakan ajakan galih.

***

Mereka bertiga tengah berjalan beriringan di area festival, ternyata disana banyak stand yang menjual makanan khas indonesia dan barang-barang karya anak bangsa. Tapi bukan itu yang mereka incar, acara musiknya lah yang mereka tunggu.

Mereka sudah berdiri di bawah panggung bersama para penonton lain yang terlihat sangat antusias. Ketika band yang akan bernyanyi masuk, sorakan kegirangan pecah saat itu. Fatih yang tak biasa akan hal ini hanya tersenyum paksa.

Ditengah-tengah musik diputar fatih menyadari ada seseorang yang ia kenal berdiri tepat di samping kanannya. Raymond lah orangnya, ia bersama satu temannya ternyata ada disini juga. Raymond yang menyadari ada fatih disampingnya, langsung mendekat.

"Gue kira orang sok alim kayak lo, anti sama acara-acara kayak gini," sindir Raymond sembari tertawa meremehkan.

Galih yang mendengar ucapan Raymond langsung mendorongnya agar jauh dari fatih, "gak usah bikin keributan disini!"

"Udah lih, gak usah diladenin."

***

Fatih melihat jam yang melingkar ditangan kirinya, jam sudah menunjukkan setengah sebelas malam. Ia kini tengah berdiri di tepi jalan, menunggu sang ayah yang katanya ingin menjemputnya pulang. Luna dan galih sudah pulang terlebih dahulu, tadinya fatih ditawarkan galih untuk pulang bersama menggunakan mobilnya, tapi ia menolak karena hari sudah terlalu malam, ditakutkan galih kenapa-kenapa setelah mengantarkan fatih pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Love From FatihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang