16 | Ditolak

5 1 0
                                    

Sehabis acara pentas seni, Nala langsung memasuki tenda nya. Nala menahan malu akibat perlakuan Agra barusan.

Seseorang masuk kedalam tenda Nala, Nala menatap Bianca, Jihan, dan Feby yang satu tenda dengan nya.

"Jawab gue, Lo Nerima kak Agra?" Tanya Bianca dengan tatapan intimidasi.

Nala menghela nafas nya, menggeleng. "Gue gak suka kak Agra."

Bianca, Jihan, dan Feby langsung saling tatapan. Tanpa kata kata lagi, Jihan langsung duduk disamping Nala.

"Nala, Lo hebat!" Jihan menunjukkan ibu jari nya pada Nala.

"Hebat apaan?" Tanya Nala.

"Ya, lo bisa nolak kak Agra yang nggak ada kekurangan nya sama sekali," balas Jihan.

Nala memutar bola mata nya malas. "Lo lupa gue lagi ngejalanin misi ini? Kalau gue Nerima kak Agra yang ada gue gagal di tengah jalan."

Jihan menepuk jidat nya. "Ah, iya lo kan lagi ngejalanin misi itu," ringis Jihan.

"Semangat banget mbak nya untuk ngejalanin misi?" Celetuk Bianca.

Bibir Nala membentuk senyuman miring. "lo lupa gue suka uang?"

Bianca mengangguk. "Gak bakal lupa lah," jawab nya.

"Eh, tapi apa Lo gak terlalu jahat untuk ngelakuin ini?" Tanya Feby.

Nala langsung terdiam, benar juga, sejahat apa Nala sampai dia mempertaruhkan perasaan demi uang?

Bianca yang melihat Nala seperti itu, langsung mencairkan keadaan. "Jahat apaan? Kita kan cuma main doang, Lo berdua doang yang ngira jahat kali," jawab Bianca.

Nala menaikkan pandangan nya, tenda milik nya sedikit terbuka, di celah celah itu Nala bisa melihat Agra yang tengah berjalan bersama Erlan dan Raka.

"Eh, eh, bentar yah," ujar Nala.

Nala langsung bangkit dan mengambil bunga yang diletakkan nya di dekat tas. Nala berlari keluar menuju Agra.

"Kak Agra!" Panggil Nala.

Agra langsung menatap Nala yang memanggil nya, Agra tersenyum ketika melihat bunga yang diberikan nya dipegang oleh Nala.

"Kenapa?" Tanya Agra lembut.

"Bisa ngomong bentar gak?" Tawar Nala.

Erlan dan Raka tersenyum menggoda pada 2 insan berbeda kelamin ini. "Kita tau keadaan kok, kita berdua pergi."

Tersisa Nala dan Agra, Nala melihat sekitar dan langsung menarik tangan Agra sedikit menjauh.

"Lo kenapa?"

Nala berdiri di depan Agra sembari sedikit mendongak. "Gue mau ngembaliin ini." Nala menyodorkan bunga yang diberikan Agra tadi.

"Itu buat lo," jawab nya.

Tak mau memegang bunga pemberian Agra lama lama, Nala langsung menarik tangan Agra untuk mengambil bunga itu.

"Gue nggak bisa terima bunga itu, gue nggak suka sama Lo," terang Nala.

Mata Agra langsung memancarkan emosi. "Kenapa Lo nggak bisa suka sama gue? Apa karena Arga? Apa gue kurang sempurna?"

Nala menatap mata Agra dalam. "Sesempurna apa pun Lo Dimata orang lain, kalau Lo bukan orang yang gue sukai Dimata gue Lo bukan apa apa."

Nala langsung pergi meninggalkan Agra seorang diri.

Agra mengepalkan tangan nya, tak mungkin ini akan berakhir begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Need 90 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang