BAB 17 : Rahasia Pertama

7 1 0
                                    

Ten Reasons Why She's Gone.

M I S T E R I - F I K S I R E M A J A
N O V E L
Original story by :
N U R O H I M A

Follow me on my new social media :
Instagram - helloimaaaofficial
Dreame - imaofficial
Wattpad - helloimaaaofficial

S E L A M A T M E M B A C A

***

Jika Vanya berpikir bahwa hari-harinya menjadi tidak tenang setelah menjalani kehidupan sebagai orang lain bernama Valerie Putri, hari ini gadis itu merasa lebih buruk.

Bagaimana tidak, Vanya kini hidup sebagai seorang gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah saudari kembarnya sendiri. Namun masalahnya, Vanya tidak dapat mengingat apapun tentang sosok bernama Valerie itu. Ia tidak ingat sama sekali bahwa dirinya memiliki saudari perempuan dan ia tidak yakin bahwa Andika maupun Wina merupakan orang tua kandungnya.

Mau dilihat dari sisi manapun, kedua orang yang kini duduk di jok depan mobil itu tidak memiliki kemiripan dengan dirinya maupun Valerie. Dan lagi, jika Andika dan Wina memang orang tua kandung Valerie, bagaimana mereka tidak berusaha mencari Vanya selama ini dan membiarkannya hidup menderita di bawah suruhan preman di jalanan?

Namun jika Andika dan Wina bukan orang tua kandung Valerie, lalu siapa mereka berdua?

"Kita sudah sampai." Suara Wina memecah lamunan Vanya. Gadis berambut panjang itu pun buru-buru melemparkan senyum di bibirnya dan menganggukkan kepala tatkala kedua orang tuanya itu memerhatikannya. "Nanti telpon Mamah ya kalau kamu sudah mau pulang."

"Iya, Mah. Aku turun dulu ya, Mah, Pah."

Pak Darma tidak dapat pergi bekerja hari ini karena kondisinya yang sedang sakit. Kebetulan, Andika dan Wina memang berencana pergi ke suatu tempat di waktu yang bersamaan. Sehingga mereka berdualah yang kemudian turun tangan langsung untuk mengantarkan putri sematawayang mereka ke sekolah.

Vanya melambaikan tangannya sampai mobil benar-benar pergi dan tak terlihat lagi di area sekolah. Ia mengernyitkan keningnya dan teringat akan rekaman suara yang diberikan Valerie untuknya.

PERTAMA, AKU AKAN UNGKAP SEMUA RAHASIA ABIGAIL.

"Apa mungkin ya semua yang dibilang Valerie soal Abigail tuh benar?" batin Vanya.

Sesaat sebelum kemudian Rain muncul dan menepuk bahu Vanya. Membuat gadis itu lagi-lagi terkesiap karena lamunannya kembali buyar. Vanya berbalik dan menemukan gadis berambut panjang itu tengah menyunginggkan senyum lembut untuknya. Terlihat di sana bahwa Rain memiliki lesung pipi yang cukup dalam dan membuatnya tampak manis dibandingkan gadis-gadis lain.

"Ngapain bengong di sini, Val?" tanya Rain berbasa-basi. "Ayo ke kelas."

Dan semuanya berjalan seperti biasa. Vanya pergi ke sekolah, menjalani hidup sebagai Valerie dan bersikap seolah ia tengah mengalami lupa ingatan dengan tak henti-hentinya memasang wajah bingung di wajahnya.

Sampai pada pelajaran matematika, murid-murid dibagi menjadi beberapa kelompok yang dipilih secara acak oleh sang guru. Vanya mendapatkan Rain dan Arditto sebagai rekan satu kelompoknya, sementara Abigail tampak duduk bersama dua teman setianya, Lidya dan Riani. Bagaimana bisa guru pun ikut memasangkan mereka menjadi satu kelompok, sedangkan murid lain mendapatkan rekan acak?

"Karena Abigail itu masih kerabat pemilik sekolah, Val," bisik Rain tiba-tiba.

Vanya refleks menoleh. Ia mengerutkan dahi dalam-dalam karena penasaran bagaimana sosok yang duduk di sebelahnya itu dapat membaca pikirannya sekarang.

"Lo daritadi ngeliatin Abigail terus soalnya," kata Rain lagi, menambah kebingungan di wajah Vanya. "Pasti lo lagi terheran-heran 'kan kenapa mereka bisa satu kelompok kaya gitu?"

Untuk menutupi penyamarannya, Vanya pun hanya diam sembari menganggukkan kepalanya.

"Abigail itu ratunya SMA Harapan. Dia cantik, popular, nilai-nilainya juga lumayan bagus. Ya, bisa dibilang sih kalau Abigail itu kaya kebanggaan sekolah," terang Rain masih dengan suara yang pelan.

Namun penjelasan yang dilontarkan oleh Rain justru berbanding terbalik dengan kesan pertama yang diterima oleh Vanya. Ia masih mengingat jelas hari itu Abigail berkata bahwa Valerie sudah berani melawannya. Bukankah itu artinya Valerie tidak berani melakukan apa-apa terhadapnya?

Dan juga soal rekaman itu ...


ABIGAIL ITU PENIPU, VANYA.

DIA MENIPU BUAT BISA DAPETIN APA YANG DIA MAU.
ATAU BISA DIBILANG ...
ABIGAIL ITU PENIPU DAN PENCURI.

Vanya kemudian menyela. "Jadi, Abigail itu lahir dari latar belakang keluarga mampu dan popular banget di sekolah ini?" Rain mengangguk mengiyakan. "Mungkin nggak kalau Abigail itu kaya ... Uhm, ngebully seseorang di sekolah ini?"

Ekspresi di wajah Rain tiba-tiba berubah. Ia tampak tersenyum canggung dan bahkan menggaruk tengkuk lehernya yang terlihat tidak benar-benar gatal. "Setahu gue enggak," katanya.

Namun Vanya tidak percaya dengan Rain. Suaranya bergetar dan lebih rendah. Artinya gadis berambut panjang dan ikal itu tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

Tidak sampai di sana, karena dengan cepat, Ardito yang sejak tadi tertidur di hadapan Vanya tiba-tiba menye pembicaraan mereka. "Kalian berdua nggak akrab belakangan ini."

Vanya mengernyitkan alisnya. Mata cokelatnya beralih pada Rain, meminta konfirmasi, tapi gadis itu justru mengalihkan pandangan dan berpura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. Membuat Vanya kembali menatap laki-laki yang dicap sebagai berandalannya sekolah. "Apa yang terjadi di antara gue dan Abigail?"

Ardito terkekeh geli sebelum kemudian menyilang kedua tangannya di dada. "Lupa ingatan ternyata menyusahkan ya," sindirnya. "Masa nggak ada satupun ingatan lo tentang kita-kita di sini, sih, Val? Parah banget."

Vanya mencondongkan wajahnya dan menatap Ardito kesal. "Jadi lo mau kasih tahu gue atau enggak?"

"Oke oke. Gue bakalan kasih tahu semuanya ke elo. But .. ada syaratnya. Ini enggak gratis."

Gadis itu kembali ke posisi tubuhnya semula dan mendengus. Ia bahkan memutar kedua bola matanya malas saat berkata, "Jangan memanfaatkan situasi deh. Lo nggak tahu 'kan seberapa berbahayanya gue kalo gue lagi marah?"

Rain menoleh. Raut terkejut muncul di wajahnya. Pula dengan ekspresi di wajah Ardito di sana. Ia tercenung untuk beberapa saat sebelum kemudian melebarkan senyum di bibirnya yang pucat. "Gue nggak tahu lo amnesia gara-gara apa. Tapi gue suka sama gaya lo yang sekarang," tukasnya.

"Mendingan kalian berdua nggak usah ngomongin Abigail deh," bisik Rain dengan hati-hati. "Gue dengar mood dia lagi nggak baik hari ini. Jangan sampe kita terlibat masalah sama dia. Bisa panjang urusannya."

Vanya mengamati wajah Rain yang tampak waspada. Sesekali matanya melihat ke arahnya, lalu ke Ardito dan terakhir kepada Abigail yang sibuk memainkan ponsel di mejanya. Ada yang salah dengan Rain dan Abigail. Namun gadis itu belum yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka semua.

Karena Vanya sendiri mengingat bahwa Valerie menyebutkan Abigail dalam rekaman suara darinya.

APA KAMU MAU TAHU KENAPA AKU SEBUT DIA PENIPU DAN PENCURI?

KARENA SEBENARNYA ABIGAIL ...

Ten Reasons Why She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang