BAB 18 : Sisi Lain Abigail

14 2 0
                                    

Ten Reasons Why She's Gone.

M I S T E R I - F I K S I R E M A J A
N O V E L
Original story by :
N U R O H I M A

Follow me on my new social media :
Instagram - helloimaaaofficial
Dreame - imaofficial
Wattpad - helloimaaaofficial

S E L A M A T M E M B A C A

***

"Val, kamu kenapa daritadi bengong aja?"

Vanya terkesiap dan buru-buru memusatkan pandangannya kepada Andreas yang kini duduk di hadapannya. Ia tersenyum canggung sembari berdalih, "Oh, enggak. Aku lagi mikirin soal tugas matematika."

Meski sebenarnya semua itu hanyalah basa basi belaka. Vanya tidak benar-benar peduli dengan tugas matematikanya. Ia bahkan tidak memerhatikan guru selama mereka menjalani sistem belajar berkelompok karena Abigail.

Gadis yang tampak sibuk menggunakan parfum sejak pertama kali duduk di kafetaria itu menarik perhatian Vanya. Meski Rain mengatakan hal-hal yang baik tentang ketua dance SMA Harapan itu, tetap saja rekaman suara dari Valerie membuat hati Vanya merasa tidak tenang.

ABIGAIL MENUKAR KERTAS JAWABAN KAMI.

"Apa motivasi Abigail melakukan itu ke Valerie?" batin Vanya.

Namun pertanyaan itu justru dijawab oleh Andreas yang kembali bersuara. "Sayang, are you okay?"

Lagi, Vanya terperanjat dan menjadi gugup. Ia kemudian tertawa pelan dan mulai mengaduk nasi goreng di hadapannya. Gadis itu lupa bahwa kini dirinya tidak sedang sendirian. Ia sedang duduk dan makan bersama pacar saudari kembarnya sendiri. Rasanya canggung dan bahkan semakin bertambah parah mengingat bahwa Andreas sudah dimiliki oleh Valerie. Apakah makan berdua seperti ini adalah hal yang benar?

"Aku kayaknya benar-benar kepikiran soal tugas deh," bohongnya.

Membuat Andreas mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas. Ia menatap kekasihnya dengan lembut sebelum kemudian meraih tangan kiri Vanya dan menggenggamnya. Vanya yang terkejut pun hanya bisa membalas tatapan Andreas sembari menahan jantungnya yang terus berdetak tak karuan di dalam sana karena sentuhan fisik tersebut. "Kamu jangan khawatir gitu, dong. Kamu 'kan punya pacar yang pernah ikut olimpiade matematika di sini."

Rasa gugup itu menjelma seketika. Berubah menjadi rasa kesal karena laki-laki dengan kacamatanya itu membuat Vanya sedikit merasa ilfeel. Ia tidak lagi merasakan apapun meski tangan keduanya masih bertaut di atas meja kafetaria. "Oh gitu ya," ucapnya berusaha terlihat senang. Meski sebenarnya tidak. Vanya kini dapat menyimpulkan bahwa Andreas adalah tipikal murid penuh percaya diri alias sedikit narsis. Dan Andreas jelas bukan laki-laki idaman untuk Vanya. "Aku makan dulu ya."

Gadis berambut panjang itu buru-buru menarik tangannya dari Andreas dan dengan lahap menghabiskan nasi gorengnya. Andreas tidak bisa berhenti bicara selama membicarakan prestasi-prestasinya di sekolah dan itu membuat Vanya muak. Ia ingin segera menelan makanan pesanannya dan pergi meninggalkan pacar Valerie.

Sampai tiba-tiba, kemunculan Tomi di kafetaria pun berhasil mendistraksi rasa kesal di dada Vanya. Mata cokelat milik gadis itu segera mencuri pandang ke arah Tomi. Laki-laki dengan seragam putih abunya itu tampak terburu-buru dengan raut kesal di wajahnya. Mungkin terjadi sesuatu, pikir Vanya. Dan sesuatu itu pastilah berkaitan dengan Abigail. Karena kini terlihat bahwa Tomi yang membawa bola basket di tangan kirinya itu berhenti di meja tempat Abigail dan kedua temannya duduk sekarang.

Agar tidak ketahuan, Vanya berusaha melihat Andreas dan Tomi bergantian. Ia tentu tidak ingin tertangkap basah sedang mencari tahu soal keterlibatan Abigail, Tomi atau bahkan Andreas dalam kasus hilangnya Valerie.

Dan dari percakapan yang hanya terjadi beberapa menit itu, Vanya menilai bahwa Tomi sedang marah pada Abigail. Entah karena urusan apa, jarak meja mereka terlalu jauh untuk Vanya mendengarkan secara detil. Namun, pergerakan raut wajah dan respons Abigail menandakan bahwa Abigail telah melakukan sesuatu dan Tomi tidak menyukai hal itu.

Tepat sebelum Tomi pergi meninggalkan kafetaria, Abigail tampak menyeringai dan menoleh ke arah Vanya sehingga mereka sempat beradu pandang di sana.

Firasat Vanya tiba-tiba memburuk. Ia segera membuang wajah dan pura-pura merespons cerita Andreas, berharap agar Abigail tidak sadar bahwa Vanya memang berusaha mencuri dengar obrolan mereka.

Pasalnya, Tomi adalah orang yang memberikan diska lepas itu kepada Vanya dan Tomi sepertinya juga memiliki urusan lain dengan Abigail.

"Andre, ada sesuatu yang aku mau tanyain sama kamu," kata Vanya pada akhirnya.

Andreas yang baru selesai menghabiskan mie ayam pesanannya pun mendongak dan bergumam sembari berkata, "Ya, ada apa, Val?"

"Kamu tahu nggak hubungan aku sama Abigail tuh sebenarnya kaya gimana, sih?"

Berbeda dengan Rain, ekspresi wajah Andreas tampak santai dan tenang-tenang saja. Ia bahkan masih sempat menyedot es teh miliknya sebelum kemudian menjawab, "Kalian temenan kaya biasa kok setahuku." Vanya berkerut kening, jelas tidak percaya dengan ucapan Andreas. "Abigail itu emang orangnya agak kasar dan jutek gitu, tapi yang aku lihat sih kalian baik-baik aja."

"Kamu yakin, Ndre?" Vanya menggumam sebentar, memberi jeda, sebelum kemudian melanjutkan dengan hati-hati. "Soalnya Dito bilang kalau aku sempat berantem gitu sama Abigail sebelum aku lupa ingatan."

Mendengar nama Ardito disebut, Andreas mendadak berubah dingin. Ia membenarkan posisi kacamatanya dan menatap Vanya dengan serius. "Kamu jangan percaya sama apa yang diomongin sama berandalan itu. Rumornya, dia emang nggak disukai sama teman sekelas kita karena dia suka cari masalah dan nyebarin fitnah soal kita-kita." Vanya mendengarkan dengan saksama. "Apalagi dia tahu kondisi kamu lagi kaya gini. Dia cuma cari-cari masalah aja dengan memanfaatkan situasi kamu karena dia tahu, kamu punya banyak teman di sekolah."

Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Andreas justru membuat Vanya semakin kebingungan. Ia bertanya-tanya tentang siapakah teman yang dimaksud oleh Andreas. Mengingat bahwa sejak hari pertama Vanya yang dianggap sebagai Valerie itu kembali, tidak ada satupun dari mereka yang mendekat. Hanya Rain dan Andreas.

Lalu, siapakah teman-teman yang dimaksud oleh kekasih Valerie itu? Apakah Valerie sungguh memiliki banyak teman seperti yang diceritakan oleh Wina dan Andreas?

Jika Valerie memang memiliki banyak teman, kenapa tidak ada satupun dari mereka yang terlihat senang dengan kembalinya Valerie? Bahkan untuk menyambut kedatangannya dengan sapaan teman pun, Vanya tidak mendapatkannya.

Jadi, siapa teman-teman yang kamu bicarain itu, Andreas?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ten Reasons Why She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang