Han's [✓]

11. the truth

———

“Kau mudah menangis, Felix. Kau menangis karena Jisung sekarang, padahal tujuh belas tahun lamanya kau buat Jisung menangis setiap hari. Kau selalu memukulnya hanya karena dia tidak bisa berhenti mengatakan hal yang sama berulang kali. Apa yang kau rasakan setelah satu bulan tidak menemuinya?”

“Aku merasa kosong, Bu. Aku merasa seperti menjadi manusia paling buruk.”

“Karena separuh dirimu sudah mati.” Ibu memeluk Felix sekali lagi, coba meredakan tangisannya.

“Kau tidak dapat menemuinya lagi setelah ini, seumur hidupmu. Harusnya kau merasa senang. Kenapa malah menangis?” tanyanya sarkastik.

“Aku minta maaf.”

Ibu mengusap punggung Felix, lantas menatap dalam kedua bola matanya. “Dia berhasil menyelamatkanmu dan kau gagal menyelamatkannya.”

Felix tersedu-sedu, Ibu mengeluarkan semua rahasia yang ada sekaligus, agar Felix mengetahui semuanya tanpa bertele-tele.

“Jisung hanya memerlukan darahmu untuk bertahan, dan kau tidak bisa memberikannya karena kau memiliki banyak tato. Satu bulan kami mencari darah yang sama dan tak kunjung menemukannya.”

“Lalu apa? Hatimu rusak. Ibarat benda, sudah tidak bisa diperbaiki sama sekali. Dan Jisung? Dia pun sekarat kali itu. Tapi pilihan terakhir kami adalah.. Kami lebih memilih untuk menyelamatkan kamu.”

Felix benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi. Tangannya gemetar hebat, dia terus menangis sampai napasnya terasa pendek. Dadanya sesak, dia benar-benar menyesal saat ini.

“Kau bertanya apakah Jisung mati? Jawabannya tidak. Dia masih hidup, sekarang hatinya ada di tubuhmu. Organ lainnya dia donorkan pada seluruh orang yang membutuhkan di dunia ini. Han Jisung tidak pernah mati.”

“Tidak ada orang tua yang mau memakamkan putranya. Dan itu terjadi pada kami. Bahkan kami hanya mengubur jasad yang tidak utuh. Kau selalu mengatakan Jisung adalah anak idiot yang tidak pernah berguna? Dia bahkan berguna sampai akhir hidupnya. Ia mengorbankan nyawanya dan menyelamatkan nyawa banyak orang, termasuk kau, Yong.”

———