Dingin bagi siapa saja sudah seperti musuh jikalau mendatanginya tanpa perisai. Seperti telanjang atau tidak memakai pakaian hangat. Francis tak akan telanjang, karena dia tak ingin mati kedinginan.
"Bukannya indah hujan salju kali ini?" Arthur berkomentar, mendatangi kekasihnya yang sibuk dengan hiasan meja makan.
"Kukira, salju turun sama saja."
Arthur mendengus, ungkapan yang berbeda dengan tahun lalu, dimana Francis memuji butiran salju turun dengan bola matanya. Kata kekasihnya itu, "memang benar kilauan salju itu memukau, apalagi permata di balik etalase toko, namun yang tetap bersinar dalam bayangku hanyalah tatapan matamu, Mon Cheri!"
Terkadang hal kecil akan dibuat sangat romantis, dengan ungkapan hiperbola berhias frasa, kali ini Francis tidak memakai salju rupanya. Cih, padahal sedang musimnya.
"Berhenti berdiri di sana! Kemarilah, makan malam sudah siap."
Tapi Arthur ingin sup, bukan serangkaian menu mewah di meja.
"Nanti, aku ingin bertegur sapa dengan alam!" Begitu mudahnya pintu dibanting, membuka lebar mengirimkan hawa dingin ke dalam.
"ARTHUUUUR!"Meski mantel dipakai dan syal pun terlilit di leher, bukan berarti orang akan kuat, apalagi mendatangi langsung kumpulan salju. Francis panik mendatangi, berlari amat kencang ingin mencegah jengkal kaki kekasihnya hinggap di hamparan putih.
Arthur menampilkan senyuman jahil.
"Ups," ujarnya setelah menarik lengan Francis dan melemparnya ke tanah, pada salju yang menumpuk sejak kemarin malam.Sedetik wajah mencium hamparan dingin, Francis menggigil tertahan setelah mengangkat wajah.
"Mau sampai kapan di sana, Hun? Kemari, kita buat penjaga gerbang rumah untuk malam ini." Arthur meraih ranting pohon yang belum terkubur salju. Dia tersenyum kecil pada tomat ceri yang ia curi sebelum beranjak mendekati pintu.
Francis bangkit, mengusap wajah dengan hati-hati. "Selalu ... Selalu wajah tampanku yang kau aniaya!"
Arthur menjulurkan lidah, tampak semburat rona menghiasi pipinya pertanda suhu badan yang merespons suhu sekitar. "Wajahmu menyebalkan, idiot."Francis menganggap serius kata-kata itu. Padahal, Arthur mengatakannya dengan maksud terbalik. Arthur tertawa pada ekspresi yang terpapar di wajah kekasihnya.
Keduanya tak mengenakan sarung tangan, mencoba yang terbaik membentuk sesuatu yang orang lain bilang manusia salju. Sampai satu jam lebih dalam kedinginan, dipenuhi candaan terhadap bentuk tak karuan si manusia salju, mereka menyelesaikan, bentuk miring dengan wajah terbuat dari sayuran yang dicuri Arthur.
"Kau tahu, aku tak membeli tomat ceri untuk kau pasangkan pada benda mati."
"Bukan kah kau menyebutnya ini romantis?"
"Romantis tidak, sinting iya!"
Menutup hari ini dengan suara bersin yang nyaring, datangnya dari Arthur."Kurasa ide buruk bermain salju di petang hari." Sembari menyeruput masuk lewat jalur indra penciuman, Arthur mengakui perbuatan dengan tampang tak bersalah. Tapi hei, dia menerima bubur dengan sup kaldu setelahnya!
Francis lebih memilih menggusur Arthur alih-alih memarahi di tempat. Membuatkan menu yang bahannya kurang lengkap.
Ketika di dalam, setelah menyantap bubur dan sup ayam, Arthur memeluk Francis dengan berbalut bermacam pakaian hangat.
"Kau membuatku seperti manusia salju."
"Kau dan paddington tak ada bedanya."
"Blimey! Apa maksudmu tidak ada bedanya?"
"Sama-sama menggemaskan."
"Git-"
Mereka berdua tampak serasi dengan selimut merah marun, duduk bersebelahan di depan perapian.
"Hei, kau demam. Ayo pindah ke kamar."
"Kau perlu ratusan tahun untuk memaksa pria ini, Tuan."
-The End-
![](https://img.wattpad.com/cover/250100340-288-k48451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonbons [FrUk]
Fanfic[Hetalia Fanfictions] [France x UK] ... Konon katanya, romansa pun bisa lebih manis dari permen. ... HETALIA © Himaruya Hidekaz Story © Shiina Collab with @Galaxy_Trip