Baru saja Jimin membuka pintu apartemen, suara langkah tergesa langsung terdengar menghampirinya. Jimin bahkan belum sempat menaruh tasnya ketika laki-laki itu meraup bibir ranumnya dengan satu gerakan cepat.
Tubuh pria itu mendorongnya kuat ke belakang, hingga punggung Jimin terbentur dinding. Ciuman itu penuh nafsu, tak henti-hentinya menghisap bilah bibir Jimin yang mulai membengkak.
"Gi, gue belum mandi," lirih Jimin di sela-sela ciuman itu.
"Fucking care," balas Yoongi lalu kembali melumat bibir Jimin yang sudah pasrah. Kaki melemas bagai jeli dan Yoongi tak bodoh untuk menyadari kalau Jimin menumpukan tubuh kepadanya.
Tangan Yoongi meraih paha belakang Jimin, lalu mengangkatnya hingga kedua kaki jenjang itu melingkar di atas pinggangnya. Tautan basah dan penuh suara kecapan tak terputus sama sekali meski Yoongi kini menggendongnya dan membawanya menuju kamar yang telah menunggu kehadiran mereka.
Yoongi menidurkan Jimin begitu perlahan di atas tempat tidur lalu menumpukan berat tubuhnya sendiri di sikunya yang berada di kedua sisi tubuh Jimin. Lidah masih beradu, hingga yang termuda di antara mereka menyerah.
Mata Jimin membuka sayu, mencoba untuk menatap Yoongi yang mulai melucuti pakaian yang membalut tubuh keduanya sebelum akhirnya kembali sibuk menikmati tubuh Jimin.
Jimin melayang. Melakukan seks dengan Yoongi tidak pernah mengecewakan. Pria itu selalu tahu bagaimana cara membuat Jimin tak berdaya. Geraman-geraman Yoongi memanjakan telinga Jimin, seiring dengan tangan Yoongi yang menjamah dan memberi sensasi geli dan nikmat di atas tubuh indahnya.
Tangan Jimin menarik kepala Yoongi, memaksa pria itu untuk kembali menciumnya. Berapa kali pun ia mencium, nyatanya bibir Jimin tidak akan pernah puas. Yoongi adalah candu baginya.
Sungguh berbanding terbalik dengan gambaran yang orang-orang tahu tentang mereka berdua. Terkenal sebagai dua laki-laki yang selalu berdebat, tidak mengenal waktu dan tempat.
Lalu, bagaimana bisa mereka berakhir di atas ranjang seperti ini?
Jika Jimin harus menarik garis yang memulai semua ini, maka itu ketika mereka berdua mabuk setelah menghadiri pesta ulang tahun Hoseok. Efek alkohol menyeret mereka merasakan tubuh satu sama lain untuk pertama kalinya.
Entah apa yang ada di kepala Jimin saat itu karena dialah yang pertama kali menawarkan hubungan seperti ini. Friend with Benefit, kata orang. Meskipun mereka sering berdebat, tapi kenyataannya Yoongi memang masih termasuk dalam lingkaran teman Jimin.
Yoongi pun tak menolak. Namun, keduanya tidak ingin ada yang mengetahui hal ini. Semua menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh Tuhan dan mereka.
Pikiran Jimin buyar saat ia mulai merasakan benda asing memasuki dirinya. Ia meringis sedikit perih, karena jika ia ingat kembali, sudah dua minggu sejak terakhir mereka bersenggama.
Sentuhan menenangkan diberikan Yoongi. Mengelus kening Jimin yang berkeringat sambil mengecup lembut bibirnya. Ia bahkan membiarkan miliknya hanya setengah memasuki Jimin, tak ingin menyakiti lebih jauh.
"Go on," titah Jimin.
Yoongi menatap ragu sejenak. Namun, anggukan Jimin seolah memberinya lampu hijau untuk memasukkan seluruh miliknya ke lubang hangat itu.
Tak perlu waktu lama untuk suara erang nikmat dan desah panjang mengisi apartemen Jimin. Tubuh yang lengket karena keringat itu diabaikan oleh keduanya yang saling merengkuh satu sama lain. Mata tertutup rapat, menikmati setiap gesekan yang terjadi di bawah sana.
"May I cum inside?" tanya Yoongi setengah berbisik.
Jimin sudah kehilangan fungsi otak untuk bisa bicara, sehingga satu-satunya hal yang ia lakukan adalah mengangguk. Yoongi mendorong dirinya melesak lebih jauh ke dalam Jimin beberapa kali sebelum memuntahkan benih di dalam, bersama dengan Jimin yang mengotori perutnya.
Jimin bergeming saat Yoongi mulai membersihkan cairan sperma dari tubuhnya. Menyekanya dengan kain yang entah ia dapatkan dari mana. Jimin menutup mata, membiarkan Yoongi membersihkan seluruh kekacauan yang ia buat. Toh, memang Yoongi yang meminta, bukan?
"Capek banget kayaknya," kata Yoongi.
Jimin menyipit sinis. "Ya, menurut lo aja. Gue baru pulang langsung diajak main."
"Gue juga baru balik, tapi biasa aja tuh," balas Yoongi.
"Lo kan emang bukan manusia. Kategori setan lo mah."
Yoongi terkekeh seraya menutup tubuh telanjang Jimin dengan selimut, lalu ikut berbaring di sebelahnya. Sebatang rokok terselip di antara bilah bibirnya yang tipis.
Mata Yoongi melirik ke kanan saat Jimin menarik sebelah tangannya. "Kenapa?"
"Gue mau nyandar," ucap Jimin tanpa membuka mata. Yoongi pun paham. Ini adalah kebiasaan Jimin setiap kali mereka selesai bercinta.
Yoongi menurunkan tubuhnya, memudahkan Jimin untuk menyandarkan kepalanya di atas dada Yoongi yang masih asyik menghisap candunya. Sebelah tangan Yoongi bergerak naik dan mengelus kepala Jimin.
"Balik jam berapa nanti?"
Yoongi mengepulkan asap rokoknya sekali. "Jam 9-an."
Jimin berdeham pelan. Yoongi memang tak pernah menginap. Selalu kembali ke apartemennya, bahkan tak peduli jika mereka selesai larut malam.
"Udah mau jam 9 kali," balas Jimin.
"Tidur aja," ucap Yoongi. "Gue balik pas lo udah tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
alternate universe - the first ▪️
Fanfictionyoonmin short au 🔞 "di depan bickering, di belakang tidur bareng. But hey, mau sampe kapan begitu terus?"