Santet (WK)

1.5K 217 130
                                    

Jangan lupa stream Black Mamba ya, sayang-sayangku :*

.
.
.




Minggu, KST 02:24 AM

Pada suatu pagi di hari minggu yang masih sangat gelap, sesaat setelah berakhirnya drama Minjeong si tentara bantet dan seblak kimchi yang mekar, sebuah tangan dengan perlahan dan lemah mencoba untuk mengusik bobo cantik si gadis Minjeong.

"Minjeong," panggil si empunya tangan, berbisik. Menguncang tubuh Minjeong.

Tidak ada reaksi, hanya lenguhan tanpa makna karena Minjeong yang dipanggil dan digoyang-goyang itu masih asik main di Kwangya.

"Sayang, bangun bentar bisa nggak?" Hampir menyerah, tangan itu sekarang mencoba menepuk sekuat mungkin.

Sadar kalau cuma Jimin yang panggil dia sayang, mata Minjeong otomatis terbuka lebar, kantuk pun hilang seketika.

"Eh, kenapa-kenapa?" tanyanya, sedikit kaget tapi mencoba menjadi calon pasangan yang siaga.  Dilihatnya ke kanan dan ke kiri, sampai matanya menemukan Jimin yang terduduk dan tertunduk di lantai dengan sebelah tangan di atas kasur Minjeong.

"Eh, yooja chinku aku kenapa?!" heboh Minjeong, langsung lompat; walau sebenernya nggak perlu lompat. 

"Aku bukan adem sari. Aduh, sayang, jangan ngelawak dulu dong,  pengen ketawa tapi perut aku sakit banget," rintih Jimin dengan lemah.

"Sakit gimana sayang?" Minjeong menyejajarkan pandangannya dengan Jimin, menangkup wajah kecil kekasihnya. Astaga pucat banget.

"Nggak tau, tiba-tiba aja perutku kaku, terus pas mau gerak kayak ditusuk-tusuk," sungguh kasihan batin Minjeong, dengan keadaan seeprti itu Jimin harus turun untuk membangunkannya padahal jarak kasur nggak sampai semeter. Setan memang si seblak kimchi, saking enaknya membuat perut kenyang dan bobo kaya kebo.

"Waduh, sayang kamu pucat banget loh, bisa berdiri?" Begitu mencoba bangun, Jimin merintih agak keras, Minjeong sekali lagi mencoba menjadi pasangan yang siaga langsung mengangkat Jimin ala-ala bridal style, dan menidurkannya di kasur terdekat; kasur miliknya tentunya.

"Aku kurang pelan ya? Maafin aku."

"Nggak. Bukan. Barusan aku ketawa, yang. Kamu kuat ngangkat aku, terus jadi inget masalah tentara bantet tadi, kan. Aduh," Jimin jadi salah tingkah, mau ketawa sakit, tapi mau nggak ketawa nggak bisa. Sungguh dilema.

Sementara Minjeong hanya bisa tersenyum datar. Sudah dibangunkan pagi-pagi dengan kondisi yang buat panik, masih dinistakan juga. Untung Minjeong sayang Jimin banyak-banyak, jadi 'asal nona senang' aja lah.

"Nanti, ketawanya disimpen dulu. Aku buatin kompresan ya," ucap Minjeong lembut, memcoba tidak membuat keramaian. Kasihan si Jijel sama Ningnung yang pulang kemalaman.

Jimin hanya mengangguk, rasa sakitnya datang lagi, cuma, asal ga banyak gerak, nggak masalah. Apalagi diperhatiin pacar, jadi penawar rasa sakit gitu. Untung udah jadi pacar, jadi diperhatiin, wkwkwk. Aduh, perut gue. Batin Jimin saat melihat tubuh Minjeong yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu.

Minjeong ke dapur, merebus air dan menyiapkan kompresan karet berwarna biru, karena Jimin sukanya warna biru. Makanya, begitu ditanya mau rambut warna apa, Minjeong langsung jawab 'ombre warna biru' tanpa ragu.

Sambil menunggu air, dirinya termenung memikirkan nasib si cantik yang lagi sakit. Kok bisa sih tiba-tiba begitu. Dirinya jadi teringat beberapa komen jahat yang ditujukan untuk Yooja chinku nya.

BANTET-KU SAYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang