8➶ END

52 14 2
                                    

Pukul 21.00

Filan membalikan papan yang semula bertuliskan 'open' menjadi 'closed'. Setelah membereskan semuanya termasuk kursi dan juga meja, meminta izin pulang kepada Joonie, ia segera melangkahkan kaki keluar dari tempat yang sudah menampungnya untuk mencari sebuah rupiah dua tahun belakangan ini. Kakinya ia bawa berjalan di jalanan yang sepi, beberapa toko dipinggir jalan sudah tutup, memilih memasuki sebuah minimarket.

Entah apa yang ada dipikirannya, Filan memilih mengambil sebuah cimory untuk ia minum, berjalan keluar, menikmati udara malam dengan cimory ditangan.

Memilih jalan kembali ke cafe karena ada sesuatu yang ia tinggalkan disana. Belakangan ini pikirannya terus dipenuhi oleh satu orang, Leony. Ia sayang kepada gadis itu, sayang lebih dari adik kakak, ia mencintainya. Tak ingin kehilangan. Wajah polosnya, mata bulatnya, dan senyuman manisnya tidak pernah luput dari pikiran Filan, dan semenjak kabar penyakit yang ia dengar beberapa hari lalu, rasanya jantungnya hampir remuk, takut, Filan takut kehilangan orang yang disayangnya lagi, cukup sudah ia kehilangan sang ayah sewaktu dirinya menginjak sekolah menengah atas, ia tidak mau kehilangan lagi untuk sekarang.

Terlalu larut dalam pikirannya, sampai Filan tak menyadari sebuah mobil kencang melaju ke arahnya tepat saat ia menyebrang di jalanan depan cafe tempatnya bekerja.

BRUK!

Tak dapat dihindari, mobil itu menerjang dirinya sangat keras sampai terpental beberapa meter dari sana, menggelinding brutal berakhir kepalanya yang terbentur keras di trotoar jalan.

Beberapa orang yang ada didaerah kejadian langsung menggerubungi Filan, melihat pemuda itu dengan tampilan berantakan. Kepala yang bocor, mulut dan hidung yang tak henti mengeluarkan darah, genangan darah terbentuk disekitarnya. Joonie yang ada disana ikut melihat apa yang terjadi, mendadak lemas saat yang ia lihat penuh dengan darah saat ini adalah Filan, orang yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Menangis, Joonie meneriaki siapa saja untuk menelfon ambulance, mengangkat Filan agar bersandar kepadanya, tak peduli dengan darah yang mengotori bajunya, berharap kesadaran pemuda itu masih bisa ia pertahankan.

"Tolong bertahan Filan. Lo pasti kuat. Hiks..."

"B-bang,"

Sangat lemah Filan bersuara, tersedak oleh darahnya sendiri.

"B-ban t-tuin g-gue..."

"Gue pasti bantuin lo, bentar lagi ambulance datang, lo harus tahan Fil, gua yakin lo kuat!"

"G-gue s-ayangh d-dia b-bangh... uhuk!"

Lagi lagi Filan tersedak darah dimulutnya.

"Lo jangan banyak omong, lo fokus aja jaga kesadaran lo, kita bakal ke rumah sakit bentar lagi, lo harus kuat..hiks."

Sakit sekali, Filan tidak yakin bisa mempertahankan kesadarannya lebih lama. Dunianya serasa berputar dan memburam.

"B-ban t-tuin... d-donorin h-hati g-gue b-buat L-leon-ny bangh..."

Tidak kuat lagi, Filan memilih menyerah, rasa sakitnya tidak ia rasakan kembali setelah kegelapan merenggutnya. Joonie menggeleng brutal, menggoncangkan tubuh Filan, berharap pemuda itu kembali membuka matanya.

"Enggak, BANGUN FIL!! BANGUN!!! LO GAK BOLEH NINGGALIN GUE!! MASIH ADA BUNDA SAMA ADEK LO YANG NUNGGU KEPULANGAN LO FILAN!!! BANGUN FIL!! BANGUNNN!!! hiks..."



THE END




Give me your feedback❤

EVANESCENT [ end ]Where stories live. Discover now