Kelas yang mendapat predikat kelas terburuk karena delapan anak laki-laki super nakal yang menyebut diri mereka Stray Kids ini mendapat tambahan penghuni di dalamnya. Namanya Seungmin, ia disukai teman-teman karena sifatnya yang baik dan pintar serta senang memotret. Tentu, wajahnya yang menawan bak malaikat juga menjadi poin tambahan tersendiri baginya. Kamera putih kesayangannya selalu dibawa kemanapun dirinya pergi. Entah itu di sekolah, saat les, bermain, dan lain sebagainya. Baginya, kamera itu seperti nyawanya sendiri.
Di hari pertamanya sebagai murid baru, banyak orang yang berebut ingin dipotret oleh Seungmin. Hasil jepretannya bukan main! Kemampuannya dalam memotret objek tidak perlu diragukan lagi. Anehnya, semua permintaan ia turuti kecuali teman sekelasnya.
"Hey! Mau gabung ke squad kita?" sapa Bangchan kepadanya. Bukan tanpa maksud mengajak orang asing ke dalam lingkungan pertemanannya. Seungmin yang tak tahu apa-apa hanya mengiyakan. Pikirnya, ini adalah keempatan yang bagus untuk menambah teman di lingkungan barunya.
Awalnya biasa saja, semua menganggap tak ada yang aneh hingga Lino menyadari sesuatu saat mereka berdelapan berkumpul bersama sepulang sekolah, tanpa Seungmin tentunya.
"Eh, kalian pada ngerasa dia agak aneh, gak sih?"
"Maksudnya?" Jisung mengalihkan pandangannya yang semula pada ponselnya ke Lino yang berbicara.
"Seungmin udah di sini selama seminggu. Dalam seminggu ini juga banyak murid-murid yang dilaporin hilang. Dua puluh orang itu gak dikit, loh. Tapi anehnya, di kelas kita aman-aman aja. Kebetulan aja atau emang ada yang janggal?"
Suasana yang semula santai berubah menjadi serius dan sedikit mencekam. Segerombol anak tersebut mulai berpikiran negatif tentang murid baru tersebut. Woojin pun mencoba memperjelas maksud dari omongan Lino barusan, "Jadi, menurut lo, Seungmin ada hubungannya sama murid-murid yang dilaporin ilang itu?" Lelaki yang duduk santai di sofa sambil mengelus kucingnya itu mengangguk mantap.
"Kamera.." gumam Ayen.
"Apa? Lo tadi ngomong apaan, Yen?" tanya Jisung.
"Kamera. Kemanapun Seungmin pergi, dia selalu bawa kameranya, kan? Bahkan sampe toilet. Apa kalian ga ngerasa itu terlalu aneh?" kata Jeongin memperjelasnya.
"Seungmin, murid yang hilang, kamera." Bangchan terlihat gundah dengan terus mondar-mandir sambil menggumam. Ia berusaha menemukan garis penghubung antara ketiga hal tersebut.
"Ah! Gimana kalau.." Changbin menggantungkan kalimatnya, ia merasa tak yakin dengan lanjutannya. Semua orang menoleh ke arahnya dengan wajah penuh tanda tanya. Laki-laki itu menarik napasnya dalam-dalam sambil berdoa semoga ini hanyalah dugaaannya semata dan bukanlah kenyataan.
"Murid-murid itu.. Mungkin, menghilang melalui kamera Seungmin? Maksudnya, kebanyakan yang hilang itu mereka pernah difoto sama dia, kan."
Kalimat yang terucap dari mulut lelaki terpendek di kelompoknya itu membuat semuanya membeku. Tertampar dengan kenyataan kalau tadi siang mereka baru saja melakukan foto bersama di depan sekolah.
"Gue mau nanya, apakah kalau kita nguntit dia diem-diem itu bakal jadi ide yang bagus?" celetuk Felix yang membuat semuanya menyadari keadaan kalau semua ini harus diluruskan, entah bagaimanapun caranya.
Lino menggeleng, "Masalahnya, kalau kecurigan kita bener, kita gak tau seberapa bahayanya dia. Kalau salah, sama aja kita ngefitnah dia, dong?"
Woojin mengangkat tangannya, meminta perhatian dari teman-teman yang sedang serius, "Gimana kalau kita amatin dia dulu besok? Gue rasa satu hari cukup."
Mereka semua menganggukkan kepalanya, setuju dengan pendapat Woojin. Jika ditemukan cukup bukti, Seungmin akan dilaporkan ke pihak sekolah untuk diproses lebih lanjut.
Selasa pagi, delapan anak laki-laki itu mulai mengamati Seungmin tanpa menarik perhatian dari yang lain. Dari pagi hingga istirahat pertama, tak ada aneh dari anak berwajah manis itu. Ia hanya belajar dan bercanda seperti murid lainnya. Bedanya, ia memisahkan diri saat istirahat.
Seperti biasa, mereka membolos di atap sekolah. Hanya saja kali ini topik yang mereka bahas sangatlah berbeda."Hm.. jadi, apakah memilih sendirian waktu istirahat itu wajar?" bisik Woojin dengan nada yang dibuat-buat.
"Lebih tepatnya, memisahkan diri waktu istirahat sambil membawa kamera dengan alasan ke kamar mandi dan makan di kantin itu wajar?" Jisung membenahi kalimat Woojin yang menurutnya perlu diperlengkap.
Mereka berdelapan mulai mencari petunjuk melalui ingatan masing-masing. Barangkali ada suatu hal yang awalnya terlihat biasa saja, tetapi bisa dijadikan sebagai sebuah petunjuk.
"Kalo ga salah, Seungmin pernah bilang saking cintanya sama fotografi, dia nganggep kameranya itu nyawanya." Ayen menemukan sesuatu yang menurutnya bisa digunakan di situasi saat ini.
"Ulangin yang terakhir," suruh Jisung.
"Kuping lo budeg apa gimana? Nyuruh gue ngulang mulu dari kemaren," protes Ayen tak terima. Ia merasa sudah cukup jelas mengatakannya tadi.
"Ulangin aja napa sih anak ayam protes mulu?!"
"Lo ngatain gue anak ayam, ya?!"
"Bacot banget sih lu berdua. Lagi serius juga." Berkat Bangchan, mereka berdua tak lagi berkutik. Keduanya langsung menutup mulut rapat-rapat karena pemimpin mereka terlihat sangat serius.
Lino mengajukan ide untuk meminjam kamera Seungmin, barangkali mereka bisa mendapat pencerahan dari sana. Idenya disetujui. Mereka berbagi tugas untuk mengalihkan Seungmin dan meminjam kameranya.
Operasi pemecahan teka-teki misterius dimulai saat bel baru berbunyi dan guru belum keluar dari kelas. Bangchan meminjam kamera Seungmin dengan meyakinkan bocah itu kalau ia perlu foto untuk mengisi akun instagramnya agar terlihat keren.
Setelah membujuk berkali-kali, akhirnya Seungmin mau meminjamkannya. Jisung bertugas untuk mengajak lelaki itu ke kantin dan untungnya berhasil tanpa harus bersusah payah.
"Wah gila, fotonya banyak bener. Memorinya berapa coba?" Bangchan terus menggulirkan foto-foto yang super banyak itu. Banyak foto pemandangan dan juga orang.
"Tunggu, coba balik ke fotonya Chaewon." Felix menyuruh Bangchan berhenti dan kembali ke foto yang terlewat. Chaewon adalah orang pertama yang dipotret oleh Seungmin sejak ia pindah sekolah. Ia juga yang pertama dilaporkan hilang dari sekolah.
Ketujuh orang itu mendadak bungkam, pikiran mereka bertambah berat saja. Lino mengamati foto gadis itu dan melihatnya bergerak seperti video yang membuat ketujuh-tujuhnya memperhatikan layar kamera itu. Mereka yakin betul format untuk foto Chaewon bukanlah format untuk video maupun gambar bergerak. Namun, wajah gadis itu terlihat seperti ketakutan.
"Wah gila, ini teknologi apaan?" gumam Woojin.
"Teknologi, matamu. Dia minta tolong!" semprot Felix kasar saking geramnya dengan laki-laki bermarga Kim itu.
Jeongin mencoba untuk mengeja kata yang berulang kali diucap oleh Chaewon dari dalam layar. Ia terus menebaknya hingga mendapat kata yang benar. Gadis itu meminta tolong untuk menghapus fotonya dari kamera putih milik Seungmin. Cukup sulit dipercaya kalau foto Chaewon malah seperti video realtime. Mereka pada akhirnya segera menghapus gambarnya dari kamera.
Sementara ketujuh temannya sibuk mencari tahu tentang kamera Seungmin, Jisung sedang mencoba untuk mengulur waktu agar pemilik kamera putih itu bisa berlama-lama di kantin. Ia sering sekali menanyakan pertanyaan tak penting agar pergerakan murid baru melambat dan tak buru-buru kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seungmin (REMAKE)
FanfictionKisah tentang Kim Seungmin, pemuda dengan hobi memotretnya yang misterius. Apapun yang ia potret perlahan menghilang dari dunia ini. Ia datang sebagai murid baru, diikuti dengan hilangnya warga sekolah secara tiba-tiba. Tentu saja, Seungmin bukanlah...