8. Labirin

120 20 0
                                    


Jumat pagi, mereka membolos untuk merancang rencana penangkapan SM03. Bukan hanya menargetkan amerta yang bertindak semaunya saja, mereka juga harus mencari dalang dibalik semua kekacauan ini. Woojin agak telat karena semalam tidur di rumahnya sehabis kerja paruh waktu. Ia datang dengan wajah terkejut sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi selama ia meninggalkan markas. Hyunjin menjelaskannya dengan sukarela karena yang lain terlihat sibuk dan hanya ia sendiri yang menganggur.

Felix dan Ayen pergi membeli sarapan, Bangchan dan Changbin mengecek keadaan mobil, Seungmin dan Chaewon sibuk membahas sesuatu tentang Aksa, sedangkan Jisung sibuk melamun.

Sebelum membahas lebih lanjut, Seungmin memberti tahu kepada Chaewon jika dirinya juga diincar oleh Aksa. Mungkin hanya perlu menunggu waktu hingga mereka menghubunginya. Ia tak tahu mengapa mereka menginginkan gadis itu, dirinya hanya tak sengaja mendengar pembicaraan petinggi yang sedang membahas sesuatu.

"Jadi, kalian mau bantuin gue ga?"

"Iya, karena ini juga menyangkut warga sekolah kami. Sekolah kalo gada temen buat apa," tukas Hyunjin.

Karena mayoritas setuju, mereka mulai menyusun rencananya. Woojin meminta waktu untuk memikirkannya karena kondisi ekonomi keluarganya sedang tak bagus jadi ia harus membantu bekerja. Mereka memakluminya, walaupun sebenarnya, kenyataan yang dialami laki-laki itu bukanlah sekadar kesulitan ekonomi.

"Waktu itu, Hye bilang kalau SM03 adalah objek penelitian yang diberi misi buat nyulik remaja agar dijadikan objek penelitian juga. Itu beneran misi dari Aksa?" tanya Chaewon. Untung saja ia masih ingat dengan perkataan sahabatnya beberapa saat yang lalu. Biasanya ia akan lupa beberapa saat kemudian.

Seungmin menggeleng, misi SM03 hanyalah berbaur dengan anak-anak dan bersosialisasi layaknya manusia biasa. Aksa bukanlah organisasi sekejam itu yang menculik remaja secara acak dan melakukan penelitian terhadap mereka. Semua proyek yang dilakukan Aksa memiliki izin dari pihak yang bersangkutan.

"Oke, dari sini kita bisa tau kalo Seunghye salah satu kawan yang mendalangi penculikkan dan dia sendiri yg dimaksud 'orang' yang ngawasin pergerakan SM03. Lalu.." Chaewon berhenti karena teringat sesuatu. Saat ia akan kabur dari mobil namun ditahan oleh SM03, amerta tersebut mengatakan sesuatu.

"Seungmin, lo pernah ketemu SM03 sebelum ke sini?"

"Iya," ucapnya sambil mengangguk. "Emangnya kenapa?"

"Lo hampir dibunuh SM03 kan?"

Laki-laki itu terkekeh, teringat dengan kejadian yang sempat membahayakan nyawanya. Jika saja ia bukan setengah amerta, mungkin saja jasadnya saat ini akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan makhluk buatan itu.

Seungmin tiba-tiba mendapat pesan dari Aksa yang menyuruhnya untuk segera kembali ke laboratorium. Ia juga mendapat perintah untuk membawa teman-temannya. Chaewon mencegahnya, ia memiliki firasat tak enak jika mereka ke lab itu. Namun karena perintah Aksa adalah mutlak, Seungmin tak berani membantah dan tetap membawa kesembilan teman-temannya.

Mereka dijemput menggunakan helikopter tanpa pilot yang datang dua jam kemudian. Jarak antara lab dan markas Stray Kids itu ternyata cukup jauh dan memakan waktu hampir tiga jam lamanya. Changbin bertanya kepada Seungmin, apakah menangkap SM03 sesulit itu hingga harus melibatkan orang luar seperti mereka. Laki-laki yang kini berpangkat cukup tinggi di fasilitas tersebut menjelaskan, walaupun SM03 tak mendapat bantuan dari orang lain, tetap saja menangkapnya sendirian adalah mustahil. Meminta bantuan dari militer juga merupakan hal yang dilarang karena proyek amerta belum sempurna dan tak dipublikasikan kepada siapapun.

Tentu saja, mereka bersembilan adalah pengecualian karena sudah melihat sendiri wujud dari amerta. Bukan hal yang sulit untuk menghapus ingatan sembilan anak sekolah tentang keberadaan makhluk buatan yang dirahasiakan.

Mereka bersembilan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus dan diberikan beberapa instruksi. Di dalam ruangan tersebut, terdapat sembilan kotak yang berdekatan dan satu kotak terpisah. Seungmin berdiri di atas kotak terpisah tersebut sementara lainnya di kotak yang saling berdempetan.

Menurut sistem, mereka akan dites terlebih dahulu sebelum memasuki laboratorium. Hal ini meningkatkan kewaspadaan masing-masing dan bersiap untuk segala kemungkinan terburuk.

Tiba-tiba, kotak di mana mereka berdiri terbuka dan mengakibatkan semuanya jatuh ke bawah secara terpisah. Mereka meluncur ke tempat yang berbeda. Sesampainya di sebuah ruangan, disediakan sebuah baju khusus dan jam yang berfungsi sebagai alat komunikasi satu sama lain.

"Woi! Tes tes! Ada yang denger suara gue?" Ayen segera mencoba jam tersebut setelah memakai baju khusus yang disiapkan untuknya.

"Denger kok. Di sini Hyunjin."

"Bangchan."

"Woojin."

"Felix."

"Chaewon."

"Changbin."

"Seungmin."

"Cara makenya gimana woi?" Berbeda dari yang lain, Jisung masih kebingungan untuk mengoperasikan jam tangannya. Ia menjadi yang paling berisik di antara yang lain karena tak tahu cara mematikan mikrofon di jamnya. Padahal jelas-jelas instruksinya ada di atas meja tempat diletakkannya baju dan jam tangan tersebut.

"Oi, Seungmin! Katanya Aksa ngelakuin penelitian dengan izin? Ini mah izin darimananya woi tau-tau disuruh jalan di labirin?!" protes Ayen dengan nada tinggi karena tak terima diperlakukan layaknya kelinci percobaan.

"Sorry, lupa bilang. Pintu masuknya emang bentuknya labirin. Makanya abis ini mau gue pandu biar bisa ke luar. Pertama-tama, ada yang ruangannya pas ngambil baju sama jam bentuknya segi delapan ga?" tanya Seungmin yang menunggu di pintu ke luar labirin tersebut. Sudah bertahun-tahun ia keluar-masuk melalui labirin itu, dirinya sudah hafal dengan denahnya. Terlebih lagi, beberapa saat yang lalu dirinya naik pangkat dan sudah tak perlu masuk melalui labirin, jadi sekarang ia bisa santai sambil memandu teman-temannya.

"Gue," ucap Chaewon.

"Sip. Lu ada di tengah-tengah labirinnya. Pencet share location biar yang lain tau. Sisanya tinggal jalan ke tempat Chaewon."

Mereka berdelapan mengikuti petunjuk Seungmin sementara Chaewon duduk menunggu kedatangan yang lain.

"Gue kena jalan buntu woi ini gimana?" Jisung sangat berisik karena sedikit-sedikit masuk ke jalan buntu dan bolak-balik ke tempat yang sama. Karena terganggu dengan celotehan Jisung, Seungmin menyuruhnya untuk membagikan lokasinya agar teman yang posisinya paling dekat bisa menemuinya dan menemaninya menuju letak Chaewon berada.

"Berisik banget, matiin mikrofon lu, anjir." Lino datang lima menit kemudian dan balik mengomeli Jisung yang terlalu berisik. Namun sialnya, dirinya malah ikut tersesat bersama Jisung dan meminta bantuan kepada yang lainnya.

"Seungmin, ruangan gue berubah jadi segi enam," ucap Chaewon.

"Labirinnya selalu berubah bentuk menyesuaikan jumlah orang yang masuk dan posisi mereka. Kalian kan bersembilan, satu orang di pusat labirin, sisanya menyebar di sisi terluar. Makanya bentuknya segi delapan. Karena Jisung sama Lino berada di posisi yang sama, makanya berubah bentuk."

"Bukannya harusnya jadi segi tujuh?" tanya Ayen memastikan, firasatnya mengatakan ada yang tidak baik-baik saja.

Seungmin lantas meminta mereka untuk melaporkan posisi masing-masing. Selain Jisung dan Lino, semuanya sendirian. Akan tetapi, Woojin tak memberikan respon apapun. Ia kemudian segera berlari menuju ruang keamanan yang letaknya tak begitu jauh dari tempatnya berdiri untuk melihat rekaman kamera pengawas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kim Seungmin (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang