chapter 1

160 54 13
                                    

Untuk yg ketiga kali nya aku pindah ke rumah baru ku, hal ini sama sekali sangat tidak aku inginkan dimana aku harus mengenal lingkungan baru, sekolah baru dan teman baru.

Apa lagi aku harus meninggal kan sahabat ku Ririn, dia sangat baik walau kami tidak kenal begitu lama
Akan ku cerita kan sedikit tentang ririn dia adalah orang yang supel dan dia tidak menyukai belajar bahkan dia suka bolos pas pembelajaran berlangsung .

Tetapi dia mempunyai satu hobi yaitu bermain game dia menghabis kan hari demi hari didepan komputer hanya untuk menyelesaikan suatu misi.

Tapi saat ini aku benar benar tidak mempunyai pilihan lain, keputusan orang tua ku untuk tinggal ditempat baru tidak bisa di ganggu guga,
tak terasa roda empat itu begitu cepat melaju menembus lintasan aspal dengan gesit nya meninggal kan kenangan yang perna terukir dibelakang nya .

Ayah memarkir kan mobil tepat di depan rumah baru itu, aku pun perlahan keluar dari mobil mengeluar kan satu demi satu barang barang yang ada di bagasi mobil itu,
Ku Hela nafas panjang, aku pun perlahan bergegas memasuki rumah baru bertembok silver itu.

Aku ayun kan langka ku secara kecil menuju kamar, ku tata satu persatu barang barang secara pelan dan perlahan, tubuh ku lelah dan tanpa sadar aku tertidur.

Tiba tiba terdengar suara hempasan, aku tidak tau itu hempasan apa tapi itu sangat lh kuat hingga membangun kan ku dari tidur ku.

Ku dengar suara ayah yang sangat kuat terus dan menerus memarahi ibu dan disana aku juga mendengar suara ibu yang berusaha melawan ayah.

Ibu adalah orang yang sangat lembut ia tidak perna melawan dan membanta setiap apa yang dikata kan ayah, tapi kali ini ibu tidak hanya diam.

Akhir akhir ini aku sering mendengar ayah dan ibu bertengkar, Tapi kali ini aku sangat takut seketika tubuh ku terasa dingin, keringat ku terus menerus mengalir membasahi tubuh ku.

Ku tutup perlahan semua tubuh ku dengan selimut, ku bunyi kan musik sekuat kuat nya agar tidak mendengar pertengkaran itu.

Pertengkaran itu masih berlangsung aku mendengar ibu yg berusaha melawan ayah tapi suara ayah sangat keras, seketika ibu menangis sejadi jadi nya.

Disana aku mendengar hempasan pintu yang sangat keras,aku sangat takut tiba tiba air mata ku mengalir tampah henti aku tidak tau ntah kenapa.

suasana berubah menjadi begitu hening aku tidak mendengar sedikit pun suara, aku belum berani membuka selimut yang menutupi semua tubuh ku tanpa aku sadari aku tertidur lagi.

Hari pun pagi badan ku masih sangat lelah ku paksakan untuk berdiri, mata ku masih sangat sayu untuk berjalan, ku ayun kan kaki ku sedikit demi sedikit menuruni anak tangga itu, ku liat di bawah tidak ada siapa siapa, rumah begitu sunyi.

Aku langsung pergi kekamar mandi untuk mencuci muka ku, ku basahi seluruh muka ku dengan air dingin di pagi itu, ditambah hembusan angin yang mengenai wajah ku yang basah, kejadian semalam masih terbayang" di pikiran ku.

Ku tutup paksa mata ku, ku tarik panjang nafas ku berusaha melupakan semua itu, ku langka kan kaki ku menuju meja makan, disana aku tidak melihat ayah seperti nya dia sudah berangkat ke kantor pagi pagi tadi.

ku duduki salah satu bangku yang ada disana, ku ambil satu potong roti di atas meja itu dan ku lahap secara perlahan suasana begitu hampa,

Aku berusaha menghibur diri ku sendiri dengan menyanyikan salah satu lagu yang sering dinyanyikan ayah pas aku masih kecil dulu.

Dulu ayah adalah orang yang sangat baik dia selalu membuat ku dan ibu tertawa, dia tidak perna marah dan dia seseorang yang sangat sabar terhadap keluarga nya, tapi semua itu berubah ketika ayah pergi meninggal kan kami selama 2 bulan untuk bekerja.

Hampir Setiap malam ibu selalu menangis, setiap aku bertanya ibu hanya menjawab bahwa dia merindu kan ayah, aku bukan anak kecil yang bisa di bohongin kalau susu adalah permen.

Aku sudah cukup dewasa mengetahui perasaan ibu di hati nya ia berkata ia rindu tapi sebenar nya ia tersakiti oleh ayah, tapi dia tidak ingin aku mengetahui semua itu karna dia takut aku akan benci kepada ayah.

Pada satu malam ibu datang kekamar ku dan menangis sejadi jadi nya, ibu mengelus kepala ku dan tersenyum tipis menyembunyikan kesedihan nya didepan ku, ibu menyuruh ku menyusun semua pakaian dan barang barang ku karna besok kami akan pindah menjumpai ayah.

Aku tidak bisa menolak aku hanya mengangguk dan mulai menyusun semua pakaian ku, ku lipat satu persatu pakaian ku dan mulai memasuki nya kedalam tas bermotif kotak kotak itu.

Aku ambil hp ku dan mulai menghubungi Ririn kalau besok kami akan pindah,
Pagi nya ayah menjemput ku dan ibu untuk tinggal bersama nya, aku bisa melihat dari raut wajah ayah bahwa dia tidak menyukai hal ini.

Ibu berusaha membuat seakan akan tidak ada masalah diantara mereka, selama perjalan tidak ada percakapan apa pun hingga kami sampe kerumah baru itu.

Itu lh alasan kenapa kami pindah ke sini.

Setelah selesai aku lahap satu potong roti itu aku kembali ke kamar, pas aku melewati kamar ibu aku mendengar tangisan ibu yang tersedu sedu perlahan aku buka pintu yang tertutup itu.

Aku terkejut melihat ibu menangis dengan mata yang bengkak seketika ibu menoleh dan tersenyum kearah ku, aku mulai melangka mendekati ibu dan duduk di samping nya, aku melihat air mata yang terus menerus membasahi pipi ibu.

Kali ini ibu menasehati ku karna iya tau aku sudah cukup dewasa untuk mendengarkan ini semua dia bernasehat,

"agar pandai pandai memilih laki laki jangan sampe kau menderita atas pilihan mu itu"

Setelah mendengar itu semua aku langsung meninggal kan ibu.

Aku sudah cukup mengerti yang dikatakan ibu aku kembali kekamar sekarang aku tidak memikir kan masalah tadi, tapi aku memikir kan nasehat ibu tadi, tiba tiba hp ku berbunyi ternyata Ririn yang menelfon ku.



debated loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang