Bagian 2

22 10 0
                                    

Selamat membaca:)

Ketika aku menatap matanya, tanpa sadar dia juga menatap ku. Aku langsung salah tingkah dan beralih memandang kearah lain. Saat yang tepat Rina datang dengan membawa 2 mangkok bakso yang telah ia pesan.

Rafa berjalan menghampiri meja kami. Rina langsung saja tersedak bakso yang dia kunyah. Aku langsung memberinya minum.

"pelan-pelan dong na. Enggak bakal ilang kok bakso lo" ucap ku kesal. Rina spontan langsung menajam kan pandangan nya kearah ku.

"Gue boleh gabung?" ucap Rafa kepada kami. Entah itu ke Rina atau Aku. Rina hanya mengangguk dan melanjutkan acara makannya. Rafa tersenyum kearah Rina dan aku melihat itu.Hatiku sakit. Rina yang dilihat oleh Rafa hanya tersenyum.

Hari yang biasanya aku lalui hanya bersama Rina kini sudah bertambah dengan kehadiran Rafa. Rafa sering melakukan lelucon yang membuat kami bertiga tertawa tak henti hentinya. Seperti sekarang kami sedang duduk di bangku taman sekolah.

"Lo tahu enggak bedanya lo sama gempa bumi?" tanya Rafa kepada Rina.

"Enggak. Emang apaan?" tanya Rina kebingungan.

"sama-sama bisa menggoyangkan hati gue" jawab Rafa tertawa dengan suara beratnya . Aku yang sedari tadi hanya mendengarkan mulai merasakan sakit. Pipi Rina seketika merah merona akibat gombalan maut Rafa.

"Aku ke toilet bentar ya" Ucapku langsung berdiri dan segera berlari meninggalkan mereka. Ditoilet aku memandangi wajahku dicermin yang besar.

Apakah aku tidak pantas untuk mencintai seorang? Bantinku. Aku ingin sekali menangis dan berteriak. Tetapi entah kenapa semua itu tercekat di tenggorokan ku. Semua terasa menyakitkan sekarang.

Setelah hari itu Rina dan Rafa semakin dekat. Keberadaan ku mungkin hanya sebatas pengganggu bagi mereka. Bell sekolah berbunyi pertanda pelajaran telah usai. Aku dan Rina berjalan beriringan ke parkiran. Saat itu juga Rafa datang menghampiri kami.

"Gimana kalo habis asar kalian ke rumah Gue? Itung-itung kalian cewek pertama yang gue ajak ke rumah. Mau enggak?" Tanya Rafa dengan tas yang ia sadang hanya sebelah bahu.

Hilang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang