Bab 8

88 10 0
                                    

"Ride?" 

Saat mereka, maksudnya Raid dan Naira tiba di depan kamar, sebuah Rumah sakit kenamaan. Mereka langsung disambut empat orang bule lainnya. Dua pria dan dua wanita, yang langsung menyerukan nama Ride saat melihat kami.

"Where's she?"

Oke! Sebenarnya setelah ini, percakapan akan menggunakan bahasa Inggris. Namun, karena author takut kalian gak ngerti. Maka dengan baik hati author menggantinya dengan bahasa indonesia aja.

Makanya kalo lagi pelajaran Bahasa Inggris tuh, jangan tidur!!! (nyindir diri sendiri).

Let's go back to topik.

Saat Naira datang, Naira bisa melihat dengan jelas. Keempat orang itu sangat kalut dan syarat akan kekhawatiran di binar mata mereka. 

Apalagi yang tadi memanggil Ride pertama kali. Benar-benar terlihat kacau sekarang. Dan kalo menilik dari penampilan dan terkaan usianya. Naira rasa dia itu pasti neneknya princess. Sementara yang merangkul tubuh ringkihnya sedari tadi, pasti suaminya. Dan ....

"Ini Naira!"  Belum sempat Naira memindai satu-satu orang di sana. Naira sudah di kejutkan suara Ride, yang tiba-tiba menariknya ke hadapan mereka semua.

Glek!

Naira pun merasa tiba-tiba langsung menciut melihat tatapan bingung keempat orang itu. Ah salah, tiga tatapan maksudnya. soalnya yang satu lagi, tepatnya pria dewasa bermata abu-abu, terlihat biasa saja. seakan dia sudah tau akan sosok Naira selama ini.

Beuh! Kok, Naira jadi berasa penting ya, sekarang?

"Dia ...." Sang Nenek melirik Naira dengan ragu.

"Iya! Dia Naira," jelas Ride lagi, yang langsung disambut tatapan memindai oleh ketiga orang itu. 

Naira pun auto merasa jadi ciki di maret-maret, karna di pindai seperti itu.

Tapi, Mungkin mereka kaget dengan kenyataan wajah Naira, yang terlampau imut untuk di sebut Mommy sama Princess selama ini. Karna faktanya, memang Naira masih imut dan terlalu muda untuk jadi seorang Mommy.

Lah, umur aja belum genap 22 tahun, kok! Wajah, dong. Kalo dia masih terlihat unyu.

"Benarkah?" tanya sang nenek lagi. yang hanya di tanggapi anggukan tegas dari Ride.

"Tapi, dia ... terlalu muda!" komentar gadis yang lebih muda dari sang nenek, namun punya banyak kesamaan pada wajah mereka.

Nah, kan. Apa Naira bilang? Dia memang belum pantes jadi mamak-mamak.

"Tapi Dia memang Naira." Di tengah ketidak percayaan tiga orang di ruangan itu. Pria bermata abu-abu itu pun membenarkan ucapan Ride.

Siapa pula ini? Kok, gantengnya saingan sama si Raid?

"Hai, Naira. saya Darius. Daddy-nya Princess." Seakan tau apa yang Naira pikirkan. si pria bermata abu-abu itu pun, akhirnya memperkenalkan diri. seraya menawarkan tangannya untuk berjabat.

Ladalah ... jadi iki toh bopo ne Princess?

Guanteng tenan ternyata, rek!!

Naira pun mengerjap beberapa kali sejenak. Upaya untuk menetralkan pikiran absurdnya kala mulai dikelilingi pria-pria ganteng, yang pacarable banget seperti ini. Karna ....

Oh, ayolah! Bagaimana pun Naira ini juga perempuan, loh. Jadi, sudah sewajarnya punya hasrat dan punya imajinasi sendiri soal cowok ganteng.

Sama halnya dengan gadis biasa lainnya. Naira juga punya impian pengen punya pacar yang ganteng, dan most wanted kaya di novel-novel, gitu. Dan sekarang, di hadapannya terpampang nyata tipikal cowok itu.

Oh, astaga!! Jiwa jomblo Naira auto meronta kalo kaya gini, mah. Karna dua cogan di hadapannya ini, benar-benar menggoda iman sekaleee.

Setelah terdiam cukup lama, karena sempat terpesona dengan kaum adam di hadapannya saat ini. Dengan canggung, akhirnya Naira pun menyambut uluran tangan Mr Darius. namun tak sampai satu menit. Tautan tangan itu pun segera terlepas. Karna Naira benar-benar kikuk sekarang.

"Saya senang, akhirnya bisa bertemu dengan kamu, Naira," sapa ramah Darius. walaupun tanpa senyum sama sekali.

Ugh, nih Bapaknya Princess, kok, kayaknya sombong, ya? Masa ngucapin sapaan, tapi gak pake senyum sama sekali. Duh, cowok mahal nih kayaknya.

"Saya juga," balas Naira akhirnya. Tetap mencoba ramah.

Setelah itu, karena tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi dengan basa basi. akhirnya Mr Darius pun mengajak Naira duduk di bangku tunggu Rumah sakit, kemudian menceritakan maksud dan tujuannya menculik, ah ralat--mengundang Naira ke sini. Dan seperti yang sudah diceritakan di awal. Naira memang khusus didatangkan demi Princess.

"Saya tau ini gak sesuai dengan kesepakatan kita, Naira," kata Mr Darius seusai bercerita.

"Tapi ini keadaannya saat ini sangat urgent. dan, saya janji. Saya pasti akan membayar kamu lebih untuk tugas ini," tambahnya lagi dengan serius. Yang entah kenapa, malah mencubit hati Naira seketika.

Ah, ya. Terlalu lama menikmati peran jadi Ibunya Princess. Naira sepertinya mulai lupa kalo hubungannya dengan anak itu, hanya sekedar kontrak belaka. Dan mungkin, itulah yang mencubit hati Naira saat ini. Karna percaya atau tidak. Terlepas dari segala kontrak yang ada. Sebenarnya Naira sudah terlalu sayang dengan Princess saat ini. Maka dari itu, saat orang lain menilai ketulusannya hanya dengan materi, Naira agak tersinggung.

Padahal, ya ... wajar, sih. Orang Naira memang di kontrak kok, selama ini untuk menjual kasih sayangnya. Jadi, tulus ataupun tidaknya, gak akan ada orang yang peduli.

Akhirnya, Naira pun hanya mengangguk saja menanggapi perkataan Darius barusan. Walaupun sebenarnya hati kecilnya agak merepih sakit.

"Gak masalah kok, Pak. Itu bisa kita bicarakan nanti," jawab Naira mencoba santai.

"Hanya saja, kalau boleh saya bertanya? Apa ini gak akan menjadi masalah? Uhm ... maksud saya, selama ini Princess tau kan, bagaimana wajah Mommy kandungnya? Dan, dia hanya mengenal saya lewat suara. Jadi ... kalo misal kami bertemu, apa ... itu ... uhm ...,"

"Saya mengerti!" sela Darius. Seakan tahu kegundahan hati Naira.

"Dan sebenarnya, itu juga yang jadi pertimbangan kami dua hari ini, sebelum memutuskan menghadirkan kamu," Darius mengakui dengan lugas.

"Tapi jujur, kami benar-benar sudah kehilangan cara untuk membangunkan Princess dari tidurnya lagi.  Padahal kata Dokter operasinya berhasil. Dan harusnya, dia sudah bangun kemarin. Tapi ...." Darius tiba-tiba menjeda kalimatnya, sebelum menggeleng frustasi. "Kami gak punya cara lain," sambungnya kemudian.

Naira pun tak perlu penjelasan lebih panjang lagi setelahnya. Karna kini, Naira sudah bisa menarik benang merah dalam masalah ini.

Oke!!

Let's meet Princess!!

Mommy Untuk PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang