lima - bahaya

77 4 0
                                    

Kirana (Rara) potrayed by Mawar. Rara ini aku bikin emang agak flirty, jadi diharap jangan kaget atas kelakuan dia di chapter-chapter selanjutnya wkwkwk. 

Arkan membalas lambaian tanganku dengan senyuman singat, lalu dia langsung mengalihkan pandangan untuk kembali ngobrol dengan dua rekannya.

Lambaian tanganku langsung terhenti. Dasar sombong banget lo, Arkan. Apa susahnya sih nge bales lambaian. 

Dengan mood kesal karena ulah Arkan-Sang Danki Kompi C, aku kembali menyusun air mineral dari produsen aqua membentuk beberapa tumpukan yang dipastikan aman dari guncangan.

"Rara," panggil Wa Kiki

Aku menoleh ke arah panggung dimana Wa Kiki seperti sedang kebingungan sambil mengobrol dengan beberapa perempuan dengan kostum tari dayak. 

Perasaanku gak enak.

"Iya Wa?" jawabku, setelah sampai di atas panggung.

"Kamu pas SMA ikut ekskul tari daerah kan?"

Nah, kan.

"Iya, Wa, tapi--" jawabku sebelum dipotong

"Wah, pasti bisa dong nari ini"

Salahkan Mama yang selalu gembar-gembor apapun yang anak-anaknya lakukan. Walaupun hal terkecil seperti dapat nilai 100 di ulangan harian dimana 90% dari angkatan nilainya 100 juga karena soalnya gampang polll, gak ada yang bisa menghentikan Mama untuk upload status facebook dan nulis 

'alhamdulillah, tabarakallah. Gak sia-sia Dek Kirana belajar pagi sampai malam. Alhamdulillah.'

Terus aku malu banget pas masuk besoknya, secara Ibu-ibu temenku yang lain pasti juga ngeliat update facebooknya Mama. 

Dan untuk ekskul tari daerah ini. Pada dasarnya aku suka nari, tapi sebenarnya condong ke tari kreasi kayak yang biasa cover dance KPOP gitu, terus karena di SMA ku waktu itu gak ada ekskul tari kreasi, aku sempet milih buat di Cheers, tapi pas Papa Mama tau aku langsung diceramahi seperti kiamat besok akan datang.

Jadi, akhirnya aku ambillah tari daerah, itupun males-malesan datangnya, tapi yah namanya udah bakat, jadi walaupun gak niat, tetap menang FLS2N :)

"Bisa sih, Wak. Tapi kalau langsung sekarang kayaknya gak bisa. Harus latihan dulu supaya ingat sama gerakannya," jawabku pada akhirnya.

Wa Kiki tampak berfikir sejenak. "Ya udah hayuk, kalian latihan sekarang, kunjungannya baru mulai 3 jaman lagi kok."

"Haaa?" jawabku cengo

Wa Kiki langsung pengen cabut dari atas panggung. Tapi balik lagi karena lupa sesuatu "Oh ya kamu dapat salam dari Arkan."

"Haaaaaa?" jawabku lagi lebih cengo.

********************************************************

Setelah berlatih kurang lebih 2 jam bersama Ibu-ibu anggota muda yang rupanya punya bakat menari yang sangat mantap, aku beristirahat sambil mengobrol-obrol bersama dengan Ibu-ibu penari lain. Ada beberapa yang seumuran sama aku.

"Oh, jadi kalian emang newlyweds ya?" tanyaku kepada 3 Ibu yang lain.

"Iya, Ra. Awalny mau lanjut kuliah, tapi karena udah dilamar ya udahlah nikah aja, hehehe," jawab Lala salah satu penari dan anggota Wa Kiki. Suaminya sekarang sedang Satgas di Papua.

"Emang ditinggal-tinggal gitu kalian ga sedih apa? kok pada mau ?" tanyaku cukup frontal, dan ibu-ibu di depanku ini kaget banget denger ponakan dari Danyon bisa-bisanya ngomong gitu.

"Maksudnya, kalian hebat banget mau ditinggal-tinggal gitu, kalau aku tuh udah pasti gak bisa, karena gak bisa ngapa-ngapain sendiri hehe," lanjutku sebelum mereka salah paham.

Sani, salah satu ibu penari menjawab, "iya awalnya emang berat sih, tapi lama-lama ya kayak udah biasa jadi kalau dia mau pergi, kita udah ridho."

"Oooh," aku mengangguk-angguk.

"Emang gak mau sama tentara Ra?" tanya Lala

"NGGGAK," jawabku sambil geleng-geleng. 

Ketiga Ibu itu tertawa tapi mata mereka melihat jauh ke belakangku. Karena bingung dan penasaran, aku langsung menoleh dan mendapati Arkan berdiri di ambang pintu latihan dengan muka datarnya menatap lurus ke arahku.

"Disuruh bu Danyon mengingatkan kalau sebentar lagi acara mau dimulai," katanya. "Dan, Rara suaramu tolong dikecilkan, di sini bukan pasar."

Kemudian si 'Danki Kompi C' ini berbalik dan dengan derap langkah meninggalkan ruangan latihan dimana aku terdiam syok.

"Apaan sih tuh manusia."

"Emang dia gaada kerjaan apa? kok bisa-bisanya datang ke sini cuma buat ngomong gitu sambil mojokin aku," kataku marah.

Ketiga Ibu itu yang tadi mengira akan terjadi hal lucu, langsung ikut terdiam juga. Melihat Arkan yang merupakan atasan suami mereka dan ponakan dari Danyon berselisih.

"Ya udah, ayo kita siap-siap," kata Sani memecah keheningan 

*****

Penampilam tari pembuka dari aku dan beberapa ibu tadi baik. Mengingat waktu latihan yang sempit dan adegan tidak enak dengan si kampret Arkan.

Sampai akhir acara, aku masih memakai kostum tari dan diakhir foto para penari diminta berfoto dengan beberapa petinggi.

Selesai berfoto, aku dikenalkan oleh Wa Kiki dengan Ibu Kasad yang sedang melakukan kunjungan. Beberapa orang dengan pangkat tinggi juga berada di sekitar kami.

"Izin ibu, ini perkenalkan ponakan saya, Kirana." kata Wa Kiki sambil memperkenalkanku.

Aku yang anak baik dan manis tersenyum se manis mungkin dan mencium punggung tanggan dari Ibu Kasad ini. 

"Cantik ya ponakannya, Bu. Mau sama anak saya gak kira-kira?" tanya Ibu Kasad sambil tertawa kecil. "Dia udah Danki loh."

Wah, Ibunya setipe sama Mama nih.

"Kalau ganteng boleh Bu," jawabku bermaksud bercanda. 

Tapi bukannya tertawa, Ibu Kasad dan Wa Kiki sibuk celingak-celinguk.

"Nah itu anaknya." Ibu Kasad melambai-lambai.

Aku yang mengikuti arah pandang Bu Kasad seketika membuat senyum dibibirku langsung turun. 

"Anjir demi apa?" kataku cukup untuk mendapat cubitan yang super menyakitkan dari Wa Kiki.

Asmara (A Lieutenant And A Socialite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang