~1~

760 153 47
                                    

Hembusan angin kembali menerpa surai (H/c) gadis itu, (Name) yang kaget ketika adiknya menunjuk seorang pemuda tengah duduk sendirian. (Name) berjalan perlahan ke arah pemuda tersebut.

"Hei..." sapa (Name), pemuda itu hanya menatapnya sendu lalu kembali menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya.

(Name) duduk berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan pemuda tersebut. "Hee~ keadaan kamu kacau sekali, mau ikut kami pulang ke rumah dulu?" Tawar (Name) ketika melihat keadaan si pemuda yang penuh luka, ia juga tampak gemetaran dan kedinginan.

"Eh?" Ia mulai membuka suaranya, (Name) langsung mengembangkan senyum dan langsung memapah pemuda itu. (Name) menoleh kearah adiknya "Kohta, berhenti bermain ayo pulang!"

"Ha'i ~" jawab Kohta, yang langsung membantu kamu memapah pemuda tersebut pulang kerumah kalian berdua.

.
.
.
.

Kriet...

Kamu membuka pintu rumah dan masuk bersama dengan adik dan pemuda yang kamu tolong, kamu menyuruh pemuda itu untuk duduk terlebih dahulu sementara kamu ke dapur untuk menceramahi adikmu dan memasak.

"Kohta! Kan sudah kakak bilang kalau bermain itu ingat waktu, untung saja kita masih sempat pulang ke rumah sebelum badai, duh...kamu ini!" Kamu mencubit-cubit pipi Kohta perasaan antara gemas dan jengkel atas sikap adik kamu itu.

"Huwaaa, ampun kak!" Ujar Kohta sambil menangis dan membuat wajahnya imut, "Ya baiklah, kalau diulangi lagi awas saja...kakak tidak akan segan menceramahi kamu dan melarangmu bermain lagi!" Katamu.

Kohta mengangguk, ia tampaknya sudah kapok membuat kamu jengkel. Anak itu langsung saja naik ke lantai dua untuk tidur dikamarnya. Sementara kamu menghela nafas, dan mulai mempersiapkan bahan untuk memasak tetapi sepertinya kamu lupa akan sesuatu...

***

"Ah, maafkan aku sampai melupakanmu." (Name) meminta maaf pada pemuda tersebut setelah memasak, sedangkan dia hanya mengangguk saja. "Oh ya, sini biar ku obati dulu luka-lukamu."

(Name) membuka kotak persediaan obat mereka, (Name) mulai menyeka luka-luka pemuda tersebut menggunakan antiseptik. Gadis itu juga membalut luka sang pemuda dengan perban.

(Name) menyingkirkan poni pemuda tersebut dan melihat luka bekas rokok(?) mungkin dan mulai mengobatinya, pemuda itu tampak meringis sedikit ketika (Name) menekan lukanya.

"Yosh, sudah selesai." Ujar (Name).

"T-terima kasih..." kata pemuda itu dengan sedikit rona merah diwajahnya, (Name) berseru "Wah~ akhirnya kamu bicara juga, tunggu sebentar ya!"

Gadis itu berlari ke dapur, tidak lama kemudian ia keluar dari sana dengan membawa semangkuk sup hangat.

"Ini, makanlah selagi masih hangat." (Name) menyajikan sup tersebut ke pemuda itu.

Pemuda itu tampak menunduk terlebih dahulu, ia kemudian mulai memakan sup yang disajikan (Name).

"Terima kasih untuk makanannya..."

Sekali lagi (Name) mencoba untuk mengakrabkan dirinya dengan pemuda tersebut, karena (Name) itu tipe orang yang benci dengan suasana canggung.

"Nee, ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya (Name) duduk disampingnya. "Y-yoshino Junpei..."

"Nama yang bagus, Yoshino-san!" Ujar (Name) mendekatkan wajahnya. "T-terlalu dekat! " mungkin kira-kira seperti itulah yang digumamkan Junpei, lihat saja wajahnya sudah merona merah seperti kepiting rebus saat (Name) mendekatkan wajahnya. Dasar (Name) tidak peka.

"Are? Apa kamu sakit, wajahmu memerah tuh." Tanya (Name), Junpei langsung menjawab"Ti-tidak, bukan itu!"

Itu ulahmu (Name), ulahmu.

.
.
.
.

Badai sudah berhenti, Junpei memutuskan untuk pulang kerumahnya setelah pamit kepada (Name).

"Terima kasih atas semuanya, aku akan pulang." Junpei membungkuk 90° sambil mengucapkan terima kasih kepada gadis itu.

(Name) melambaikan tangannya, "Sampai jumpa lagi."

(Name) menutup pintu rumah dan pergi ke kamarnya, ia langsung berbaring dikasurnya sambil memutar kembali kejadian yang dialaminya.

"Yoshino Junpei, ya...dia tidak banyak bicara tapi kuakui dia itu imut." Gumam (Name).

Gadis itu meraih Handphone miliknya, "Uh...tidak ada yang menarik sama sekali." Keluh (Name) ia benar-benar bosan pada percakapan di grup itu.

Ding...

"Eh?" (Name) langsung membaca pesan yang dikirimkan oleh temannya, Akira. (Name) langsung kaget ketika melihat pesan itu, ya itu sebuah foto yang Akira bilang ia mendapatkannya 2 hari yang lalu.

(Name) memperhatikan foto tersebut dengan seksama setelahnya ia langsung sadar, "Yoshino-san?!"

(Name) langsung mengetik sebuah pesan ke Akira.

Ding...

Pesan dari Akira lagi, (Name) membacanya kemudian menyimpulkan, "Begitu ya...apa luka-luka itu Yoshino-san dapatkan dari orang-orang yang sering melakukan perundungan padanya...?"

.
.
.
.

"Okaa-san, aku pulang." Ucap Junpei sambil menenteng sebuah buku ditangannya, ibunya Nagi hanya tersenyum. "Ayo makan malam."

Junpei menggeleng, "Tidak, aku sudah makan...lihatlah dia juga mengobati luka-luka ku."

Nagi mengeryitkan dahinya, "Oleh siapa?"

"..."

"..."

"Aku lupa menanyakan namanya."

"Ya ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun..."

To be continued...

Aru : wahhh, saya bener-bener lupa cara nulis yang bener itu gimana, someone help me please:")

(Name) : kenapa aku dibikin gak peka sih?

Aru : ...entahlah

Junpei : ya aku emang cuma pajangan kok:")

Aru & (Name) : utututu... //puk puk Junpei

See ya at next chapter, 16 Desember 2020.

✔ Goodbye [Yoshino Junpei x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang