Lilura melihat dirinya di cermin dengan senyum puas. Gadis itu memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tampilan rambutnya sudah benar-benar baik. Rambutnya yang semula berwarna hitam telah dicat dengan biru muda sebagian. Hanya tinggal rambut bagian atasnya saja yang tidak ia cat.
"Kau terlihat keren, Sayang. Warna biru sangat cocok untukmu," celetuk pria yang baru saja melayani Lilura itu. Ia sedang sibuk menyapu sisa rambut Lilura yang berserakan di lantai.
"Ini tentu tidak akan terjadi tanpa keahlianmu yang sangat mahir. Terima kasih ya," ujar Lilura seraya memakaikan topi berwarna putih ke kepalanya. Rambut sebahunya terlihat menggantung sempurna di sana. "Ah, apa kau punya rekomendasi restoran kecil yang memiliki minuman cokelat enak? Aku tidak begitu suka restoran yang ramai."
"Restoran kecil ya?" sang pegawai salon terlihat mengernyitkan dahi. "Hm ... sepertinya ada restoran kecil yang namanya Selene di jalan kecil empat blok dari sini. Kau tahu 'kan videotron di kanan jalan? Arahnya persis ke sana, tapi jangan ke jalan utama. Ketika kau lihat videotron itu, langsung saja ambil jalan kecil di kanan."
"Kau sangat membantu. Sekali lagi terima kasih ya." Lilura mengatakannya sambil memberikan sedikit tip untuk pegawai salon itu. Gadis itu berusaha tersenyum meskipun jadinya terlihat canggung. Pegawai salon tidak memedulikannya. Ia menggumamkan terima kasih sebelum mengharapkan keselamatan untuk Lilura.
Lilura segera menghirup udara segar ketika keluar dari salon. Ia memerhatikan hiruk pikuk Kota Cleon di malam hari sambil berjalan sesuai arah yang diberikan oleh pegawai salon tadi. Ia sudah beberapa kali memiliki tugas dinas di ibukota, tapi baru kali ini ia bisa berjalan sendiri dan menikmati keadaan kota.
Lilura memerhatikan sekitar dengan antusias. Ia dapat melihat lampu-lampu gantung menyinari jalan, beberapa kursi kayu yang ditempati para remaja, hingga toko-toko bernuansa musim semi. Pemandangan seperti ini begitu asing dan baru untuknya. Selama ini, sangat sulit bagi Lilura untuk sekedar berjalan santai di kota, sekalipun di kota kelahirannya, Patia. Tepat ketika gadis itu berhenti di depan jalan kecil yang sepertinya dimaksud oleh sang pegawai, terdengar sebuah komersial dari videotron—
"Agensi Kuda Putih telah melayani Isleander dari generasi ke generasi. Prestasi yang kami torehkan selama ini tak lepas dari dukungan masyarakat. Saya, Zefanya Dafna, sebagai ketua Agensi Kuda Putih mengucapkan terima kasih atas kepercayaan masyarakat selama 50 tahun terakhir ini. Kami akan terus berjuang untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi."
Di videotron, terlihat tiga orang berseragam putih sedang tersenyum menghadap kamera. Zefanya Dafna, yang baru saja bersuara itu berdiri di tengah. Caranya bersikap menguarkan aura kepemimpinan yang kuat. Bahkan dua orang lainnya yang jelas-jelas menguarkan aura ksatria kalah dengan kharisma perempuan itu.
Lilura tersenyum tipis setelah melihat videotron tersebut. Ia pun bergumam, "Kelihatannya, bisnis memang berjalan dengan lancar ya Dafna."
Maka ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.
∆∆∆
"Cokelat peppermint satu," pesan Lilura yang masih menatapi menu di meja. "Ah kalian punya puding?"
"Betul. Kami punya puding leci, cokelat, mangga, vanila—"
"Mangga dan cokelat masing-masing satu," potong Lilura dengan segera. "Oh dan tidak perlu pakai vla ya."
Si gadis pelayan terlihat sibuk menuliskan pesanan Lilura sebelum akhirnya mengulang, "Ayan parmigiana satu, cokelat peppermint satu, puding mangga satu, dan puding cokelat satu. Keduanya tanpa vla."
Lilura mengangguk, "Betul."
"Baik, Nona. Pesanan akan kami hidangkan dalam dua puluh menit," ujar si gadis pelayan sambil tersenyum sebelum berlalu untuk menyampaikan pesanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
FantasyLilura pergi ke Cleon untuk mengikuti Festival Apollinaris sekaligus kabur dari pekerjaannya. Sialnya, di tengah jalan ia malah bertemu dengan mantan rekan yang mengkhianatinya, Hiro. Rencananya semakin kacau saat Badan Pengawas Kemampuan Khusus ber...