Setelah dari kantin, The Girl Squad pun datang. Bedanya, mereka hanya berdelapan yang datang, teman sekelas mereka masih ada yang bermain, diperpus, atau dikantin. Melihat perubahan wajah Tasya membuat Seftih tersenyum lega.
Setidaknya, ia bisa melihat senyuman terukir diwajahnya.
"Psttt.." panggil Riska dari arah belakang, Nathania dan Tasya yang sedaritadi berbincang pun menoleh kea rah belakang. Mata Riska menatap Nathania, dengan tangan yang diam-diam melambaikan, yang bisa diartikan Riska menyuruh Nathania untuk mendekat ke arahnya.
Setelah mendekat ke arah Riska, Nathania pun mengangkat kedua alisnya seolah bertanya. Riska menarik tangan Nathania ke pojokkan.
"Pulang sekolah kita cari siapa yang udah ngebully Tasya," ucap Riska to the point.
Nathania mengangguk paham, kemudian menuju bangkunya.
"Kenapa?" tanya Tasya bingung.
"Enggak papa, kok, si Riska cuman bilang kalau hutang gue udah dibayarin," jawab Nathania berbohong.
Tasya menatap mimik wajah Nathania, Tasya menemukan sebuah kebohongan diwajah Nathania, namun ia tutupi. "Oh, kirain apa."
***
Sepulang sekolah Tasya berada dihalte bus, bersama Nathania. Nathania sengaja mengajak Tasya disini, sebab The Girl Squad tengah membalas perlakuan seseorang yang telah membuat Tasya malu.
Murid-murid SMA Garuda Jakarta pun kini tengah berlalu lalang, dengan mata mereka yang tidak lepas dari siswi bernama Tasya.
Tasya menunduk, meskipun Nathania sudah menyuruhnya untuk mengabaikan mereka semua.
Menit berlalu, The Girl Squad pun kembali, dengan senyuman di wajah mereka. Nathania paham arti senyuman tersebut.
"Ayo pulang. Malam ini kita jadi jalan-jalan, kan?" ajak Livia sekaligus bertanya. The Girl Squad mengangguk sambil tersenyum.
***
"Nay, hati-hati, entar ketabrak," peringat Livia yang diangguki oleh Nayla. Memang bukan Nayla yang paling muda,tapi Nisa lah yang paling muda. Namun entah kenapa, Nayla lah disini yang terlihat lebih muda atau bisa disebut dengan bocah.
Tak lama, sebuah mobil tengah berjalan, hal itu membuat The Girl Squad panik. Riska pun segera mendorong Nayla, alhasil Riska lah yang tertabrak. Karena panik, The Girl squad pun meminta bantuan pada orang-orang. Dengan baik, orang-orang yang melihat kejadian tersebut pun segera membawa Riska ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya dirumah sakit, Riska pun di bawa ke ruangan UGD. Lama menunggu Dokter keluar dan memberi tahu keadaan Riska saat ini, pada akhirnya Dokter pun keluar.
"Dok, gimana keadaan sahabat saya?" tanya Putri.
Dokter tersebut terlihat menghela nafasnya. "Karena benturan yang sangat keras, membuat pasien hilang ingatan, namun tidak permanen."
Mendengar jawaban dari Dokter membuat The Girl Squad terkejut.
"Cobaan apa lagi ini?" batin Livia sambil menyendarkan tubuhnya di dinding rumah sakit. Tak lama, Dokter tersebut pun pergi setelah berpamitan.
"Gue ke kantin dulu," pamit Tasya kemudian disusuli oleh Nathania, mungkin Nathania ingin menemaninya.
"Kabarin Papanya?" tanya Putri sambil menatap layar ponselnya yang terlihat membuka room chat antara dirinya dengan ayah Riska.
"Jangan!" jawab Nayla yang sedaritadi sibuk melamun.
Putri menatap Nayla. "Why?"
Nayla berdecak sebal. "Nanti kita jawab apa kalonya ditanya kenapa Riska bisa ketabrak mobil? Masa bohong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl Squad
Teen FictionTentang sebuah geng bernama "The Girl Squad" yang ada disebuah sekolah SMA Garuda Jakarta. Dimana, geng tersebut berisikan anggota sepuluh gadis remaja yang masih menduduki kelas 10. Akankah persahabatan ini tetap bertahan atau akan kandas ditengah...