04# 害と弱さ

586 165 53
                                    

Benar kata orang, Yuta dan alam adalah satu kesatuan. Mereka mengagumkan namun penuh misteri, bahkan Jiskia yang tengah menatapnya dari jauh itu kini termenungㅡ memikirkan tentang 'bagaimana bisa naka tertawa dengan mata yang menyorot tajam ke arah lawan bicaranya?'.

Jiskia ingin menerka-nerka namun tidak sanggup, karena di otaknya itu hanya terlintas tentang betapa manisnya tawa lelaki Osaka itu.

Hingga beberapa sekon kemudian tatapan tajam itu bertemu dengan miliknya, dan seketika berubah menjadi tatapan berbinar penuh pemujaanㅡ bertepatan dengan semilir angin pegunungan yang sejuk menerpa wajahnya.

Lelaki itu bangkit dari duduknya, meninggalkan teman lelakinya yang tengah mengobrol asyik sambil meminum kopi itu untuk menghampiri sang pacarㅡ berjongkok di hadapannya lalu menyodorkan secangkir kopi, "mau?"

"Enggak, itu kopi item ... gasuka" jawab Jiskia, dan berhasil membuat Yuta tertawa kecil.

"Kalo sama yang pake kaus item ini, suka gak?" Katanya, sambil menunjuk dirinya sendiri.

Jiskia menjawil hidung mancung itu lalu menampilkan senyum manisnya, yang berefek cukup parah pada hati Yuta. Bahkan bila saat itu ia meminum kopi hitamnya yang pahit akan terasa jauh lebih manis, sungguh ia memang se-lebay itu!

Dan jika saja saat itu hanya ada mereka berdua, mungkin Yuta tidak akan segan membawanya kedalam pelukan gemas dan tidak melepaskannya dalam waktu sebentar.

"Kiaa~"

"Apaaa?"

"Makasih ya"

"Hm??"

Yuta hanya tersenyum lalu mengusak gemas surai Jiskia, dan pergi kembali ke kumpulan lelakiㅡmenyesap kopinya, sekon kemudian tawanya kembali terdengar karena lelucon yang dilontarkan oleh Johnny.

Lihat? Bukankah Jiskia bilang lelaki itu penuh misteri? Itu benar adanya! Rasanya sulit sekali mengetahui mood-nya, apa yang ia rasakan, dan mengartikan apa yang ia ucapkan.

Entah Jiskia yang bodoh atau memang Yuta yang seperti itu.

***

Hingga saat malam tiba, Jiskia akhirnya tau arti tatapan tajam yang kekasihnya layangkan pada Kunㅡlawan bicaranya kala ituㅡadalah karena lelaki pemilik senyuman meneduhkan itu menyimpan rasa untuknya.

Jiskia sendiri tidak peka akan hal itu, ia rasa perhatian yang Kun berikan padanya sama saja dengan perhatian yang ia berikan pada Selgie, Bona, dan Lisa. Tapi Yuta kelewat peka terhadap ancaman, bahkan kini Kun sudah memiliki memar di pipinya sebagai hadiah.

Yahㅡsalahkan tindakan gegabah lelaki itu yang mengakui perasaannya pada Jiskia disaat Yuta selalu saja memperhatikannya.

"Udah tuy udahh, gabaik di gunung berantem gini, pamali anjir!" Kata Johnny yang memisahkan.

Yuta marah. Bukan hanya karena pengakuan Kun, namun karena kata-kata yang diucapkan lelaki itu tentang merebut Jiskia dari pelukannya dan mengatakan segala kekurangannya dengan wajah tenang yang menghanyutkan.

Kun tidak main-main, dan ia cukup tau bila Yuta tidak begitu percaya diri bersanding dengan Jiskia yang terlalu bersinar. Harusnya bagi Kun mendapatkan hati Jiskia tidak sulit, kan?

"Gua peringatin sekali lagi, jangan pernah deket-deket Jiskia. Lo sendiri tau konsekuensinya apa, dan gua enggak pernah bercanda soal itu." Perkataan Yuta yang tajam itu bersamaan dengan kembalinya Winza dan Bona dari pos 3 untuk membeli makanan.

"Lah?? Apanih??" Heran Bona.

Yuta menepus tangan Johnny dan Jiskia yang menahannya cukup keras, ia membalikkan tubuhnya lalu pergi begitu saja.

Winza menganga, "lah ngamook?"

"Diem win." Peringat Lisa, winza lantas kembali menutup rapat mulutnya.

Jiskia sendiri kini diam mematung menatap kepergian Yuta, ia hanya masih kaget dengan semua yang terjadi saat ini.

"Jiskia.." panggil Kun, ia mencoba menggapai gadis itu namun dihalangi oleh Johnny dan Selgie.

"Tsk! Mundur gak??!" Galak Selgie, dengan mata rubah yang memicing tajam.

Setelah sadar dengan yang terjadi, Jiskia berlari pergi menyusul Yuta yang tubuhnya tidak lagi terlihat oleh jarak pandang yang dekat.

"Lo tuh sadar gak sih kun?" Tanya Johnny, yang membuat Kun lantas mengacak rambutnya frustasi.

"Gua sadar! Makanya gua confess ke dia! Apa kalian tau gimana muaknya liat orang yang kalian suka bersanding sama orang rendahan kaya Yuta?!"

Bugh!

Kala itu, Winza lah yang memberikan pukulan. Lelaki yang seringkali berdebat dengan Yuta itu kelihatan marah, tidak terima Yuta dikatai rendahan. Memangnya Kun siapa sih? Anak presiden?! Sombong sekali dia hingga berani mengatai sohibnya rendahan.

Kun mengepalkan tangannya, "Dia itu anak mantan mafia, apa yang lebih rendahan dari itu?! Mereka bahkan pernah ngebatai satu keluarga!"

Karena topik sensitif yang satu itu kembali diangkat ke permukaan, Johnny menjadi orang yang paling merasa marah.

"Itu kesalahan orang tuanya, bukan Yuta, bangsat!"

Karena Johnny tau penderitaan apa saja yang sudah Yuta lalui selama ini karena label busuk yang satu itu.

"Liat gua! Gua jauh lebih pantes buat ada di samping Jiskia!" Kekeuh Kun, matanya memancarkan amarah sekaligusㅡ kesedihan (?)

"Ngomong nih sama pantat panci gosong!!" Kesal Bona, ia menyodorkan bagian belakang panci yang hitam ke hadapan Kun lalu pergi ke dekat tenda untuk memasak mie instan diikuti kawannya yang lain.

Yah, sebenarnya Kun itu baik, hanya saja ia mudah sekali merendahkan orang lain dan membandingkannya dengan dirinya.

*

Sementara itu Jiskia masih berlari, mencari Yuta yang marahㅡatau lebih tepatnya cemburu? Ia terus berlari, bahkan sempat beberapa kali tersandung hingga memiliki luka di pelipisnya yang terkatuk batang pohon yang kasar.

"NAKAA!!" Panggil gadis itu sambil menahan tangisnya yang hendak pecah.

Yuta itu memang susah ditebak, hanya saja untuk yang satu ini Jiskia sudah hafal. Lelaki itu krisis kepercayaan diri semenjak kejadian-kejadian menyedihkan yang menghampiri hidupnyaㅡkejadian yang berhasil membuatnya terpuruk bahkan hubungan mereka terancam putus.


***
29 Desember 2020
07:37

Dear Naka • yusoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang