Hidup merupakan permainan, dimana manusia merupakan bidaknya dan Tuhan lah yang merupakan pemainnya. Tak ada yang bisa memprediksi masa depan kecuali orang gila yang mengaku dibantu makhluk tak kasat mata, atau seseorang yang memiliki kelebihan yang tak dimiliki manusia pada umumnya.
Jennifer, gadis berponi dengan rambut bob dan kaki pendek bercelana jeansnya berjalan menyusuri lorong yang kosong, tampak hampa dan terasa hening. Hanya suara tapak sepatunya yang terdengar sejauh ini.
Gadis itu memang selalu datang lebih pagi hanya untuk mengambil tempat duduk paling depan di kelasnya.
Iya, paling depan. Saat orang lain berlomba-lomba untuk duduk di paling sudut jauh di belakang sana hanya untuk mendapatkan kelas rasa bintang lima, mau tidur atau makan pun takkan ketahuan. Namun Jennifer atau lebih akrab dipanggil Jennie, selalu ingin mengambil tempat duduk paling depan agar dosen dapat melihat wajahnya dengan jelas. Cari perhatian.
Astaga, alasan macam apa itu.
"Jen..."
Bersamaan dengan suara itu memanggilnya, Jennie tersentak dan melompat karena terkejut bukan main.
"Untung tidak latah." celetuk Andrea sambil tertawa kecil menutup bibir merahnya dengan jemari lentik berkutek biru.
"Kenapa kau tiba-tiba datang seperti itu sih?!" protes Jennie kesal sambil membenarkan poni berharganya yang sempat tersibak karena melompat dengan bibir mengerucut.
"Maaf, aku tak bermaksud mengejutkanmu..." ujar Andrea terkekeh sedikit kemudian berjalan di samping Jennie yang bertubuh lebih pendek dibandingkan dirinya.
Andrea merupakan gadis berpenampilan elegan dan sangat feminim, garis matanya begitu manis saat dia tersenyum. Surai coklat madunya tergerai panjang dibalik punggungnya.
"Oh hey, kau mengganti warna kutekmu? Wah terlihat lebih cocok dibandingkan kemarin. Masa warna hitam, seperti nenek sihir." celetuk Jennie membuatnya mengaduh sakit karena Andrea menyentil dahinya.
"Selama ini kau berpikir aku nenek sihir?" protesnya dengan wajah kesal namun masih terlihat cantik. "Tuh kan, sisi nenek sihirnya bangkit." gumamnya namun masih terdengar jelas oleh Andrea.
"Kalau aku nenek sihir, kau kualinya." tukasnya jenaka mengundang tawa Jennie yang menggelegar memantul di sepanjang koridor.
"Suaramu terdengar menyeramkan kalau di tempat kosong begini." ucap Andrea sambil tertawa kecil. "Ah tapi kalau bukan di tempat kosong juga suaramu memang seperti sirine pemadam kebakaran." celetuknya lagi, namun untuk kali ini Jennie diam menatap Andrea yang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi pundaknya. Dirinya merasa apa yang diucapkannya tidak lucu, karena wajah Jennie lebih lucu lagi.
***
Wajah Jennie memang cocok untuk menjadi korban bully, tapi percayalah... sebagian orang di kampus lumayan menyeganinya karena gadis itu memegang sabuk hitam taekwondo dibalik wajah imutnya. Saat pertama kali masuk kampus dirinya sempat ditindas oleh kakak tingkatnya, namun gadis berponi itu melawan mereka dengan berani tanpa rasa takut akan di Drop-out dari kampus.
Selain itu, gadis itu berteman baik dengan Andrea yang merupakan gadis populer yang diinginkan sebagian besar laki-laki di sana. Paras Andrea begitu lembut dengan senyuman tulus di bibir tipisnya, orang-orang kampus tak akan berani menyentuh Jennie karena takut Andrea akan membenci mereka.
Terkadang Jennie lelah saat berjalan dengan Andrea, pasti gadis itu menerima banyak hadiah. Mau tak mau Jennie harus memegangi barangnya, tak buruk juga, karena Andrea kadang memberikan sebagian hadiahnya pada Jennie yang sebagian besar merupakan coklat dan boneka beruang yang menggemaskan. Itulah sebabnya Andrea selalu datang ke kampus lebih awal, bersama dengan Jennie, agar tak banyak mengambil perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek [COMPLETED]
AcciónPermainan petak umpet ini melibatkan kartu remi di dalamnya, selain harus bersembunyi, para pemain harus menebak siapa yang sedang mencarinya.