❤ PART : 6 || RASA YANG TERUNGKAP ❤

13 2 0
                                    

Hari dimana, semua bisa disatukan menjadi sebuah perasaan yang sebenar-benarnya.

Jalinan sebuah pertemanan yang terbilang sangat unik. Hanya masing-masinglah yang mengetahui ruang rasa mereka pribadi.

Seorang Valdi yang tanpa sadar, kini telah mulai ingin mendekati seorang wanita. Walaupun itu terbilang sulit. Namun saat menerima segalanya, kala itu bisa terlihat sangat jelas. Yang dirinya acuh tak acuh, atau perduli tak perduli? Lalu, kemana semuanya akan pergi? Hanya sebuah perasaan yang dapat mengungkapkan kebenarannya.

Tanpa sadar, hubungan mereka semakin dekat dan terasa lebih kuat. Semua terbukti dari sejak awal.

💗
💗
💗

Hari libur Valdi menggunakan waktunya sangat baik. Pagi-pagi sekali ia sudah keluar rumah untuk memberi sensasi pada tubuhnya sebuah peluh.

Berlarian dari lingkungan rumah sekitarnya. Kemudian ia membersihkan badannya.

Membereskan kamarnya. Lalu ia membuat sarapan seadanya. Ibunya telah pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

Setelah semua aktifitas pagi ia lakukan, tubuhnya pun langsung terjatuh pada benda yang sangat empuk.

Suara panggilan dari teman-temannya pun terdengar semakin mendekat. Sontak dirinya membuka mata dan turun.

"Astaga, kalian." kata Valdi mengeluh.

"Hai Valdi. Tante mana?" tanya mereka tanpa dosa.

Karena Valdi hafal dengan kedua sahabatnya itu, ia pun ikut duduk bersamanya di ruang tamu.

"Sore ini, ke tempat biasa yuk." ajak si kriting semangat.

"Ah, aku tidak bisa. Nenekku akan datang." Can menolak ajakan temannya itu.

"Setelah habis makan, kalian langsung pulang. Jangan merepotkan." ujar Valdi dingin.

Sikap dinginnya itu memang tidak pernah bisa ditutupi atau bahkan hilang.

Karena sudah dari lahir sifatnya seperti Manusia Es. Bukan berarti segalanya tentangnya buruk.

💗
💗
💗

Disiang hari, Alena datang bermain-main ke tempat tinggal Valdi. Karena Alena sudah paham sikapnya, ia menjadi biasa dengan lelaki yang awalnya sangat tidak ia sukai itu.

"Selamat pagi." muncul Alena dari balik pintu.

Valdi pun menoleh ke arah sumber suara. Menatap Alena yang sudah berdiri dengan membawa bingkisan kotak mungil yang ditentengnya.

"Hai, ice boy." sapa akrab Alena.

Valdi hanya menatap datar Alena.

"Ibuku sedang tidak ada," ucap Valdi, dalam hati senang wanita itu mendatangi rumahnya.

"Hm. Ini aku membawa sesuatu yang bisa dimakan." Alena langsung menunjukkan kotak tersebut.

"Apakah itu enak?" tanya Valdi curiga.

"Tidak. Disini aku menambahkan sebotol racun, agar kau cepat meleleh dan tidak dingin lagi." sambar Alena menatap tajam lelaki didepannya itu.

"Berisik!" sahut Valdi dingin.

"Kita kan teman baik-" Valdi langsung memotongnya. "Sejak kapan?" tanyanya.

Alena langsung berpikir.

"Sejak kau membayar makananku dan juga, sejak kau menyalami tanganku." sahut Alena percaya diri.

"Hm. Suka-suka kau saja." sambung Valdi seraya menghabiskan jus jeruknya.

MY FEELING || 🗯 ON GOING 💨 Hiatus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang