❤ PART : 1 || MENGHAPUS JEJAK PARA SAMPAH ❤

47 8 8
                                    

Seorang Arsenio Gerald Keenan Devaldi, atau biasa disapa oleh teman dan keluarganya dengan sebutan Valdi. Kini harus mengalami patah hati kembali.

Untuk kesekian kalinya mengalami patah hati. Jatuh lagi dan lagi. Hubungan yang kandas. Valdi selalu tersakiti. Tidak dengan perselingkuhan, main belakang sampai bercumbu mesra di dalam hotel.

Wanita yang mencintainya selama ini, tidak ada satu pun dari semua wanita tersebut dengan tulus mencintainya. Sehingga semua itu, membuat Valdi tidak ingin mencintai siapa pun kembali, kecuali sahabat dan keluarganya. Untuk kali ini, cukup sudah baginya tersakiti kembali.

Sesaat sedang melamunkan sesuatu, Valdi sontak terkejut dengan seseorang yang berdiri di depannya. Hingga, lamunan yang menyakitkan itu lenyap dari pikirannya.

"Val, ada apa?" sapa seorang lelaki yang satu kampus dengannya.

Valdi yang duduk di anak tangga pun mendongak ke atas wajah lelaki tersebut, yang diketahui sahabatnya. Wajahnya yang tampan menyimpan rasa amarah yang masih ingin meluap.

"Ada apa? Rere di mana? Biasanya, dia selalu bersamamu sepagi ini." tanya Rico sembari duduk di sebelahnya.

"Jangan menyebut sampah itu di hadapanku." jawab Valdi seraya pergi meninggalkan Rico di sana.

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu, Rico pun memahami apa yang terjadi pada Valdi.

"Sialan kau Rere." umpat Rico menyusul Valdi.



Valdi yang terus berusaha melupakan Rere, namun pikirannya terus terbayang wanita sialan tersebut ditengah-tengah tugas kampus memojokkan dirinya.

Betapa terluka hatinya yang masih tidak mampu melupakan wanita yang sering kali melukai perasaannya. Sehingga Valdi kembali harus menutup pintu hatinya yang seperti batu.

Sang Ibu pun mengetuk pintu kamar anaknya. Walaupun begitu, Valdi sangat pandai menyembunyikan perasaannya yang telah hancur berkeping-keping.

"Masuklah Ibu." ucap Valdi kembali fokus kebuku yang hanya sebagai bukti ia sedang sibuk belajar.

"Apakah, Ibu mengganggumu?" tanya Ibunya yang tersenyum melihat anaknya sedang belajar.

"Tidak Ibu. Ada yang perlu Valdi bantu?" tawar Valdi yang sangat menyayangi Ibunya.

"Tidak. Ibu hanya ingin melihatmu. Besok saja dilanjutkan tugasmu. Ini sudah larut malam." ujar sang Ibu yang jelas-jelas memahami perasaan sang anak.

Valdi pun menjauhi dirinya dari meja belajar yang membuatnya harus terpaku pada benda-benda di hadapannya tersebut. Ia beranjak mendekati sang Ibu. Mereka duduk bersama di sofa berwarna coklat gelap itu, yang terlihat nyaman ketika diduduki.

"Ibu. Bagaimana cara Ibu membersihkan sampah?" tanya Valdi dengan pertanyaan yang membuat sang Ibu terbahak-bahak.

"Kau ini. Ya buanglah ke tempat sampah. Kenapa kau bertanya hal semacam itu pada Ibu? Anak kecil pun tahu jawabannya." langkahnya keluar dari kamar Valdi setelah terkekeh.

Valdi pun merasa malu dan terkekeh pelan sembari menidurkan tubuhnya. Menatap langit-langit seperti tiada cinta lagi yang akan datang. Pikirannya seketika melayang terbawa-bawa nafsu yang ingin menghapus sejak pengkhianatan dari seorang yang seperti sampah.



Langkah kaki itu telah menjajaki setiap anak tangga tersebut yang terdengar tergesa-gesa akan hal sesuatu. Sang Ibu pun menatap sang anak yang terlihat terburu-buru.

"Untuk apa terburu-buru?" tanya Ibunya yang sedang bersih-bersih.

"Aku pergi dulu, Bu." balas Valdi dengan perut kosong.

MY FEELING || 🗯 ON GOING 💨 Hiatus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang