Setelah semalam aku membungkus rapi kemeja dan sapu tangan, aku meletakannya di atas meja Pak Rigel pagi-pagi sekali. Jam tujuh pagi aku sudah berada di kantor. Takut jika aku memberikannya pada saat jam kerja, akan banyak orang yang melihat dan itu bisa membuat mereka salah paham. Aku sisipkan note di atasnya dan kuletakkan segelas kopi dan sepotong sandwich. Berharap dia akan suka dan memaafkan kejadian kemarin.
Karena masih banyak waktu sebelum jam masuk kerja, aku memutuskan untuk membaca buku yang baru saja aku beli kemarin. Sambil sesekali menyeruput hot chocolate favoritku. Aku mulai menyukai novel-novel karya Agatha Christie sejak kuliah. Saat itu ketika aku mengelilingi perpustakaan untuk mencari buku tentang Arsitek dan Desain, aku menemukannya di sudut buku berkategori novel. Penasaran karena aku tahu namanya sejak lama tapi tidak pernah sempat membaca karyanya, aku mengambil satu buku. Setelah itu aku menjadi penggemar berat beliau. Aku kini mengumpulkan buku karya beliau. Meskipun sekarang kebanyakan adalah cetakan baru yang ceritanya sudah hampir semua aku baca, tapi kemarin aku menemukan buku yang baru diterbitkan kembali dan aku belum memilikinya.
Terlarut dalam jalan ceritanya, aku tidak sadar kalau sekarang sudah hampir jam masuk kerja. Banyak orang yang sudah masuk ke dalam kantor. Bahkan Dara sudah hampir sampai ke mejanya sambil melambaikan tangannya ke padaku. Mejanya tepat di sebrag mejaku, jadi kami memang sering ngobrol atau makan bersama.
"Good morning Arunika sayang!" seperti biasa dia menyapaku dengan ceria.
"Good morning Dara sayang!" itu memang panggilan sayang kami.
"Kamu pasti udah sarapan kan?" Dara tahu kebiasaanku, sejak kecil ibuku selalu bilang untuk sarapan sebelum pergi sekolah. Dan hal itu terjadi sampai sekarang meskipun sudah besar. AKu terbiasa sarapan sebelum pergi kerja. Itu memang sesuatu yang harus dilakukan karena sarapan meningkatkan fokus kita seharian.
"Udah kamu belum sarapan emangnya?"
"Belum, tadinya aku mau ajak kamu ke kantin bawah, tapi yaudah deh sendiri aja. Mau nitip gak"
"Engga deh, aku udah kenyang."
"Ok, aku ke bawah dulu ya, bye! Eh selamat pagi Pak."
Tiba-tiba suara Dara berubah menjadi lemah lembut. Aku reflek melihat ke arah pintu masuk dan kulihat Pak Rigel baru datang. Hari ini dia mengenakan kemaja biru dongker yang cocok sekali dengan warna kulitnya. Celananya berwarna khaki dan seperti biasa wangi parfumnya menghampiri hidungku saat dia berjalan melewati mejaku. Dia melihat ke arahku dan mengangguk. Aku balas anggukannya, amsih terpesona dengan wangi yang hangat tapi di saat bersamaan terkesan dingin. Aku ingin tahu parfum apa yang dia gunakan.
Lima menit kemudian dia bejalan ke arah mejaku, matanya terlihat ragu.
"Arunika..."
"Ya, Pak?"
"Itu, apa kamu..."
"Pak, jam kerja kan masih sepuluh menit lagi, tapi kok Pak Rigel udah kasih kerjaan ke Arunika aja sih," dengan nada bercanda suara Dara yang masih terdengar ceria memotong ucapan Pak Rigel padaku tadi. Dia melihat kembali ke arahku. Membuka mulutnya ragu kemudian menutupnya kembali.
"Tidak, tadi saya menanyakan sesuatu kepada Arunika. Kalau begitu cepat habiskan sarapannya Dara, jangan sampai jam kerja masih makan," balasnya dengan nada bercanda juga. Dia melihatku sekilas sebelum kembali ke ruangannya.
Keesokan paginya aku menemukan segelas hot chocolate dan sepotong blueberry cheese cake dengan selembar note di atas meja kerja ku.
"Terima kasih atas kemeja dan sarapannya kemarin. Meskipun udah saya bilang tidak apa-apa, tidak masalah tentang kemeja itu. But I appreciate it."
Pak Rigel yang menaruhnya. Dia memberi minuman dan makanan favoritku, yang aku tak mengerti dia tahu dari mana. Dengan sebuah note yang dia tulis sendiri. Tulisannya rapi dan bagus, huruf 'g' nya khas. Dan seketika aku terdiam, ragu. Sepertinya aku familiar dengan tulisan ini. Tidak banyak orang yang menulis huruf 'g' seperti itu. PatronusRusa juga menulis huruf 'g' nya seperti ini, sama persis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patronus Rusa
Storie d'amorePacar Online ku adalah Manager yang baru di perusahaan tempatku bekerja, tapi dia belum tahu kalau aku adalah pacar online yang sangat dia manja itu. Lebih baik aku ungkap atau tidak?