Prolog

205 24 4
                                    

Gemuruh suara teriakan dari depan stage memenuhi indera pendengaran Haikal. Saat ini jantungnya berdegup kencang, ditambah dengan euphoria penonton yang menantikan penampilannya.

Saat ini ia ada di samping stage dengan tangan-tangan yang terasa menggerayangi tubuhnya. Mulai dari membenarkan bajunya, membetulkan arah rambutnya, juga menyemprotkan parfum dengan bau sedikit menyengat yang membuat indera penciumannya mati rasa sesaat.

Di depannya, seorang gadis yang ditaksir berusia 25 tahun atau bisa juga lebih sedang menjelaskan tentang apa saja yang harus ia lakukan di atas panggung nanti. Di mulai dengan pembukaan sebuah lagu semangat hingga menyapa penggemar sesaat setelah menyanyi. Semua itu tersusun rapi, namun Haikal tidak benar-benar mendengarnya dengan baik.

"Haikal, siap?" salah satu crew membantu membuka jalan menuju tangga stage.

Sesaat setelah musik berputar Haikal segera naik ke atas stage dan bernyanyi dengan tambahan tarian yang sedikit nyeleneh yang membuat tawa penggemarnya.

Tidak ada sesuatu spesial, hanya konser seperti sebelum-sebelumnya. Dengan lagu yang pernah ia luncurkan sebelumnya juga. Hanya saja euphoria ini begitu menuntut untuk dilepaskan. Maka dari itu, bersamaan dengan bagian high note yang siap ia nyanyikan, Haikal mengeluarkan segala debaran itu melalui satu suara tanpa tarikan napas selama 15 detik lamanya. Setelah itu, penonton berteriak sambil memanggil namanya berulang kali.

Haikal mencintai karirnya, sama seperti ia mencintai para penggemarnya yang rela memutar lagunya berulang kali hingga mencapai ratusan ribu streaming, juga tidak lupa dengan projek voting yang menjadikannya solois terbaik setiap tahunnya selama 3 tahun berturut-turut.

Dari tempatnya berdiri ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa saja yang berdiri untuk menontonnya. Ia hanya bisa melihat beberapa banner terangkat, juga kilauan cahaya lightstick yang membuat aula konser ini penuh dengan remangan cahaya.

Konser bertajuk shine with sun berhasil menoreh sejarah dalam karirnya. Tiket 100.000 kursi yang terjual habis dalam 0,8 detik itu berakhir dengan sempurna.

Di akhir sesi sebelum ia turun ke panggung, Haikal mengucapkan beberapa kata yang membuat penggemarnya terharu bahkan ada juga yang berteriak histeris.

"Terima kasih sudah menjadi rumah bagi saya untuk pulang. Gak peduli seberapa jauh saya pergi, kalian semua selalu menjadi tempat bagi saya untuk kembali. Untuk itu, mohon dukungannya selalu supaya saya tetap bisa pulang ke rumah ini. Terima kasih."

Sebelum ia benar-benar turun ke backstage ia bisa melihat kursi penonton berubah menjadi tulisan thank you dan teriakan menggelegar yang membuatnya merasa ia berhasil. Ia benar-benar berhasil mewujudkan impiannya.

• • •

"Terima kasih sudah menjadi rumah untuk saya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terima kasih sudah menjadi rumah untuk saya pulang."

Prolog ini terinspirasi dari stage oknum Lee Haechan yang selalu membuat oleng. Maka dari itu, sesama kaum oleng oknum ini ataupun kaum pengagum sosok ini silahkan baca cerita ini sampai akhir.

Aku mau mengingatkan bahwa cerita ini bergenre angst dan melankolis, jadi kalau tidak kuat boleh berhenti sampai disini aja.

Best regards,

Calaacia.

Ephemeral | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang