Hujan turun hari ini, bahkan lebih deras dari semalam. Padahal hari ini adalah jadwal press conference Haikal untuk mengkonfirmasi segala rumor yang tengah beredar di kalangan fans. Lihat saja sekarang ini Haikal sudah rapi dan siap berangkat.
Berbicara tentang hujan, salah satu fakta tersembunyi tentang Haikal adalah dia membenci hujan. Dia tidak suka saat air yang entah berasal dari mana itu menyentuh bajunya lalu menempel di kulit. Rasanya seperti tidak menyenangkan saja. Selain itu ia tidak suka suasana hujan yang katanya sekonyong-konyong suka membawa kesedihan seseorang. Maka dari itu ia sangat menyayangkan hujan turun sepagi ini, dan disaat dia mau beraktivitas.
Haikal mendesah berat saat melihat layar ponselnya aktif, lalu tersenyum tipis saat melihat layar ponselnya menampilkan id caller seseorang. "Halo, Bun."
"Halo, Haikal. Bunda baru lihat berita kamu hari ini. Kamu gapapa kan, Nak?"
Satu hal yang selalu Haikal syukuri di dunia ini adalah memiliki Bunda dalam hidupnya. Wanita itu tidak pernah serta-merta mengadilinya dalam hal apapun. Selalu mensupport mimpi-mimpinya, bahkan selalu ada disaat terpuruknya sekalipun.
Haikal tersenyum. "Gapapa, Bun."
Terdengar helaan napas lega dari ujung telepon sana. "Syukurlah kalo begitu, Bunda juga ikut lega dengarnya. Oh iya, hari ini kamu ada press conference, ya? Gimana persiapannya?"
"Iya, Bun. Haikal gak nyiapin apapun sih, karena sebagian besar pertanyaan bakalan dijawab sama perwakilan agensi. Haikal cuman duduk doang disampingnya, ya hitung-hitung numpang muka lah," katanya diakhiri dengan kekehan.
"Kamu itu, Kal, Kal. Nanti kabarin Bunda loh kalo sudah selesai."
"Iya, Bun. Iya. Nanti begitu Haikal keluar dari ruangan langsung aku chat Bunda."
Setelah itu keduanya hanya mengobrol ringan tanpa mengungkit rumor-rumor Haikal. Bunda selalu begitu, percaya dengan anak-anaknya melebihi apapun. Satu hal yang Haikal ingat dari ribuan pesan Bunda; kalau ada masalah itu dihadapi. Kalau salah minta maaf, kalau benar jangan dibalas. Karena kalau dibalas pun gak akan mengubah apa-apa dan malah membuat diri kita terlihat semakin buruk di mata orang lain.
Sesaat kemudian sambungan telepon terputus, dan Haikal kembali memasukkan ponselnya ke dalan saku celana. Ia mengambil kunci mobilnya lalu keluar kamar.
Ia menoleh kesana-kemari tapi tidak menemukan siapapun di ruang tengah. Bahkan keadaan sofanya pun rapi. Tidak terlihat seperti ada yang meniduri semalam. Kemana tuh cewek?
Sekilas ia mengecek di ruang dapur namun tidak ada siapapun, hanya ada makanan yang tertinggal di atas meja makan dengan kertas kecil tertinggal disana.
Jangan lupa makan. Maafin aku juga.
Tulisan biasa. Malah cenderung berantakan, persis seperti tulisan anak sekolah dasar. Namun yang membuatnya bingung, kemana perginya gadis itu? Anin, kemana dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral | Lee Haechan
Fanfiction[ON HOLD] "Pulang, Nin." Dan Anin-nya benar-benar pulang.